Selasa, 13 Juli 2010

TUGAS TERAPI LATIHAN

PROTAP
PELAKSANAAN MANUAL REX
Extremitas superior
REX EKSENTRIK

 REGIO SHOLDER

1. Fleksi Sholder
a. Posisi Pasien
Pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur dalam posisi anatomi, posisi sholder dalam keadaan fleksi penuh.
b. Posisi FT
FT berada di sisi lengan pasien pasien yang akan di gerakan
 Tangan Penggerak
Tangan kanan FT memegang disekitar pergelangan tangan pasien
 Tangan Stabilisator
Tangan kiriFT di letakkan pada lengan bawah siku.
c. Pelaksanaan
Tangan kanan FT di letakkan pada pergelangan tangan pasien, dan tangan kiri FT memegang sendi siku bagian bawah. Gerakkan tangan dari arah fleksi ke ekstensi (dari atas ke bawah) suruh pasien untuk memberikan tahanan terhadap gerakkan.


2. Ekstensi Sholder
a. Posisi Pasien
Pasien tidur terlentang disisi tempat dalam posisi anatomi, posisi sholder (lengan atas) dalam keadaan ekstensi
b. Posisi FT
FT berada di sisi lengan pasien pasien yang akan di gerakan
 Tangan Penggerak
Tangan kiri FTmemegang di sekitar pergelangan tangan pasien
 Tangan Stabilisator
Tangan kanan FT di letakkan pada pergelangan tangan di bawah siku
c. Pelaksanaan
Tangan kiri FT memegang pergelangan tangan pasien, dan tangan FT saling bersilang dengan tangan kiri FT, tangan kanan FT memegang lengan bawah siku pasien, angkat lengan pasien dari arah ekstensi ke arah fleksi, (dari bawah ke atas ), suruh pasien untuk memberikan tahanan terhadap gerakkan yang di berikan oleh FT



3. Abduksi Sholder
a. Posisi Pasien
Pasien dalam posisi tidur terlentang di sisi tempat tidur
b. Posisi FT
FT berada di sisi lengan pasien pasien yang akan di gerakan
 Tangan penggerak
Tangan kiri FT berada pada pergelagan tangan pasien
 Tangan Stabilisator
Tangan kanan FT di letakkan pada siku (dari bawah siku) yang bertujuan untuk menstabilkan gerakan
c. Pelaksanaan
Posisi sholder (lengan atas) pasien dalam kedaan abductor, kedua tangan dalam keadaan menyilang, gerakkan tangan pasien dari arah abduksi ke arah adduksi atau dari arah lateral kea rah medial, suruh pasien untuk memberikan tahanan terhadap gerakan yang di berikan oleh FT

4. Adduksi Sholder
a. Posisi Pasien
Pasien dalam posisi tidur terlentang di sisi tempat tidur, posisi lengan atas pasien dalam keadaan adduksi.
b. Posisi FT
FT berada di sisi lengan pasien pasien yang akan di gerakan
 Tangan penggerak
Tangan kanan FT pada pergelangan tangan pasien
 Tangan stabilisator
Tangan kiri FT memegang lengan bawah siku
c. Pelaksanaan
Posisi lengan atas pasien dalam keadaan adduksi (medial), letakkan tangan kanan pada pergelangan tngan pasien, tangan kiri FT menyanggah pada lengan bawah siku pasien . gerakkan tangan pasien dari adduksi kea rah abduksi atau dari arah medial kea rah lateral, suruh pasien untuk memberikan tahanan (melawan gerakan) terhadap gerakkan yang di berikan oleh FT






5. Eksorotasi Sholder
a. Poisisi Pasien
Pasien dalam posisi tidur terlentang di sisi tempat tidur, posisi lengan pasien dalam keadaan abduksi 90¬¬¬0 , disertai dengan fleksi elbow 45o, lengan atas dalam keadaan eksorotasi
b. Posisi FT
FT berada di sisi lengan pasien pasien yang akan di gerakan
 Tangan penggerak
Tangan kanan FT memegang pergelangan tangan pasien
 Tangan stabilisator
Tangan kiri FT berada pada bagian siku FT menekan Sholder Joint tepat pada m.pectoralis major dan jari-jari FT menahan siku pasien bagian bawah dengan cara menyilang
c. Pelaksanaan
Posisi lengan atas pasien dalam keadaan abduksi 900 disertai dengan fleksi elbow 450, lengan atas dalam keadaan eksorotasi (keluar) , letakkan tangan kanan FT memegang pergelangan tangan FT (kiri), disilangkan pada lengan atas pasien siku FT menekan sholder joint, tangan (jari-jari) FT menahan siku bawah pasien. Gerakkan tangan pasien dari arah dari arah eksorotasi kearah endorotasi atau dari arah luar ke dalam, suruh pasien untuk memberikan tahanan terhadap gerakan yang diberikan oleh FT.

6. Endorotasi Sholder
a. Posisi Pasien
Pasien dalam posisi tidur terlentang di sisi tempat tidur, posisi lengan pasien dalam keadaan abduksi 900 di sertai dengan fleksi elbow 450, lengan atas dalam keadaan endorotasi (arah dalam).
b. Posisi terapis
Posisi FT berada berada di sisi lengan pasien yang akan di gerakkan.
 Tangan penggerak
Tangan kiri FT memegang pergelangan tangan pasien
 Tangan stabilisator
Telapak tangan kanan FT menekan pada shoulder pasien
c. Pelaksanaan
Posisi lengan atas pasien dalam keadaan abduksi 900 di sertai dengan fleksi elbow 450, lengan atas dalam keadaan endorotasi (kedalam). letakkan tangan kiri FT di pergelangan tangan pasien, telapak tangan kanan FT menekan shoulder, lalu rotasikan dengan menggerakan lengan bawah seperti memutar roda dari arah bawah ke atas, lalu suruh pasienuntuk memberikan tahanan (melawan gerakan) terhadap gerakan yang di berikan oleh FT



 REGIO ELBOW

1. Fleksi elbow
a. Posisi pasien
Posisi pasien dalam keadaan tengkurap dan lengan bawah dalam keadaan tergantung di sisi tempat tidur
b. Posisi FT
Posisi Ft berada di sisi tempat tidur, di samping lengan pasien yang akan di gerakkan
 Tangan penggerak
Tangan kiri FT memegang pergelangan tangan pasien
 Tangan stabilisator
Tangan kanan FT menekan sholder pasien
c. Pelaksanaan
Posisi pasien dalam keadaan terlentang di sisi tempat tidur, tangan kiri FT memegang pergelangan tangan pasien. Dan tangan kanan FT menekan shoulder pasien. Gerakkan tangan pasien dari arah fleksi ke ekstensi, suruh pasien untuk memberikan tahanan terhadap gerakan yang di berikan oleh FT.


2. Ekstensi elbow
a. Posisi pasien
Posisi pasien dalam keadaan terlentang di sisi tempat tidur dengan di berikan penyanggah di bagian bawah distal lengan atas, shoulder joint di abadikan sekitar 350
b. Posisi FT
Poisisi FT berada di sisi lengan pasien yang akan di gerakkan
 Tangan penggerak
Tangan kiri FT memegang pergelangan tangan pasien
 Tangan stabilisator
Tangan kanan FT menekan shoulder sebagai stabilisator
c. Pelaksanaan
Posisi lengan pasien diabduksikan sekitar 350dengan di berikan penyanggah di bagian bawah distal lengan atas, letakkan tangan kiri FT dan memegang pergelangan tangan pasien, gerakkan tangan pasien dari keadaan normal kearah fleksi. Suruh pasien untuk memberikan tahanan terhadap gerakkan yang di berikan oleh FT, kemudian tangan kanan FT menekan Shoulder pasien agar tidak ikut bergerak saat pasien melakukan gerakan ekstensi.





3. Pronasi elbow
a. Posisi pasien
Posisi pasien tidur terlentang disisi tempat tidur dan elbow pasien dalam keadaan fleksi 900, tangan (elbow) pasien dalam posisi pronasi
b. Posisi FT
FT berada dalam di sisi lengan pasien yang akan di gerakkan.
 Tangan penggerak
Kedua tangan FT mengapit pergelangan tangan pasien,tepat di ujung distal dari lengan bawah
 Tangan stabilisator
Pada gerakan ini yang menjadi stabilisator adalah tempat tidur terhadap elbow joint
c. Pelaksanaan
Genggam bagian distal lengan bawah denhan kedua tangan FT yang saling menjalin, gerakannya di putar dari arah pronasi ke supinasi atau dari arah bawah ke atas.

4. Supinasi elbow
a. Posisi pasien
Posisi pasien tidur terlentang disisi tempat tidur dan elbow pasien dalam keadaan fleksi 900, lengan bawah pasien dalam posisi supinasi.
b. Posisi terapis
FT berada dalam di sisi I samping lengan tempat tidur lengan pasien yang akan di gerakkan.
 Tangan penggerak
Kedua tangan FT mengapit pergelangan tangan pasien,tepat di ujung distal dari lengan bawah
 Tangan stabilisator
Pada gerakan ini yang menjadi stabilisator adalah tempat tidur terhadap elbow joint
c. Pelaksanaan
Genggam bagian distal lengan bawah denhan kedua tangan FT yang saling menjalin, gerakannya di putar dari arah supinasi ke pronasi. Suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakkan yang di berikan oleh FT







 REGIO WRIST

1. Palmar fleksi
a. Posisi pasien
Posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang di sisi temat tidur
b. Posisi FT
Posisi FT berada di depan tangan yang akan di gerakkan, FT dalam posisi duduk
 Tangan penggerak
Tangan kanan FT menahan tangan pasien
 Tangan stabilisator
Tangan kiri FT menekan lengan bawah pasien agar elbow joint tidak ikut bergerak
c. Pelaksanaan
Tangan kanan FT memegang dan menahan tangan pasien dan tangan kiri FT menekan lengan bawah pasien agar elbow tidak ikut bergerak, gerakkan tangan pasien ke arah dorso fleksi (dari atas ke bawah). Suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakan yang di berikan oleh FT.


2. Dorso fleksi
a. Posisi pasien
Posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, berada di sisi tempat tidur
b. Posisi FT
Posisi FT berada di depan tangan pasien yang akan di gerakkan.
 Tangan penggerak
Tangan kanan FT menahan tangan pasien
 Tangan stabilisator
Tangan kiri FT menekan lengan bawah pasien agar elbow joint tidak ikut bergerak
c. Pelaksanaan
Tangan kanan FT memegang dan menahan tangan pasien dan tangan kiri FT menekan lengan bawah pasien agar elbow tidak ikut bergerak,gerakkan tangan pasien kea rah palmar fleksi (dari bawah ke atas) suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakan yang di berikan oleh FT








3. Ulnar deviasi
a. Posisi pasien
Posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, berada di sisi tempat tidur, tangan pasien dalam posisi ulnar deviasi
b. Posisi FT
posisiFT dalam posisi duduk, berada di depan tangan yang akan di gerakan
 Tangan penggerak
Tangan kiri FT memegang tangan pasien dengan tangan yaitu antara ibu jari dan jari-jari.
 Tangan stabilisator
Tangan kanan FT memegang lengan bawah pasien untuk menstabilkan gerakan
c. Pelaksanaan
Posisi tangan pasien dalam posisi ulnar deviasi, tangan kiri FT memegang dan menahan tangan pasien dan tangan kanan FT menumpu lengan bawah pasien agar elbow tidak ikut bergerak. Gerakkan tangan dari arah ulnar deviasi kea rah radial deviasi (dari arah lateral kearah medial)suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakan yang di berikan oleh FT



4. Radial deviasi
a. Posisi pasien
Posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, berada di sisi tempat tidur, tangan pasien dalam posisi radial deviasi
b. Posisi FT
posisiFT dalam posisi duduk, berada di depan tangan yang akan di gerakan
 Tangan penggerak
Tangan kanan FT memegang tangan pasien dengan tangan yaitu antara ibu jari dan jari-jari
 Tangan stabilisator
Tangan kiri FT memegang lengan bawah pasien agar elbow jaint tidak ikut bergerak
c. Pelaksanaan
Posisi tangan pasien dalam posisi radial deviasi. Tangan kanan FT memegang tangan dengan menggunakan antara ibu jari dan jari-jari, tangan kiri FT memegang lengan bawah pasien . gerakkan tangan pasien dari arah radial deviasi ke arah ulnar deviasi (arah medial kea rah lateral), suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakan yang di berikan oleh FT







 MCP JOINT

1. Fleksi MCP
a. Posisi pasien
Posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, berada di sisi tempat tidur, tangan pasien dalam posisi fleksi
b. Posisi FT
Posisi FT berada di depan tangan pasien, dalam posisi duduk
 Tangan penggerak
Tangan kanan FT memegang jari-jari pasien
 Tangan stabilisator
Tangan kiri FT menahan pergelangan tangan pasien,
c. Pelaksanaan
Tangan kanan FT menahan jari-jari pasien, tangan kiri FT memegang pergelangan tangan pasien agar wrist joint tidak ikut bergerak saat di lakukan gerakan, suruh pasien untuk memberikan tahan terhadap gerakan yang di berakan oleh FT


2. Ekstensi MCP
a. Posisi pasien
Posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, berada di sisi tempat tidur, tangan pasien dalam posisi ekstensi
b. Posisi FT
Posisi FT berada di depan tangan pasien, dalam posisi duduk
 Tangan penggerak
Tangan kanan FT memegang jari-jari pasien
 Tangan stabilisator
Tangan kiri FT menahan pergelangan tangan pasien,agar wrist joint tidak ikut bergerak
c. Pelaksanaan
Tangan kanan FT menahan jari-jari atau carpal pasien, tangan kiri FT memegang tangan pasien agar wrist joint tidak ikut bergerak saat di lakukan gerakan, gerakkan FT dari arah ekstensi kea rah fleksi,
suruh pasien untuk memberikan tahan terhadap gerakan yang di berakan oleh FT

PROTAP
PELAKSANAAN MANUAL REX

Extremitas superior

REX KOSENTRIK

A. REGIO HIP

1. Fleksi Hip
a. Posisi Pasien
Pasien dapat diposisikan dengan dua cara yaitu:
• Pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur, kaki diluruskan
• Pasien terlentang di sisi tempat tidur dengan knee joint di fleksikan

b. Posisi Terapis
Terapis berada di sisi kaki ( Hip joint ) yang akan digerakkan
• Tangan penggerak
Cara 1: tangan terapis sebelah kiri memegang pergelangan kaki
Cara 2: tangan kanan terapis memegang tumit kaki
• Tangan stabilisator
Cara 1: tangan kanan terapis memegang knee pasien bagian bawah
Cara 2: tangan kiri terapis memegang lutut ( knee joint ) dari arah medial

c. Pelaksanaan
• Cara 1
Tangan kiri terapis memegang pergelangan kaki pasien dan juga berfungsi sebagai tahanan, kemudian tangan kanan terapis memegang knee bagian bawah. Kedua tangan terapis saling bersilang posisinya. Gerakkan kaki pasien dengan memfleksikan dari arah bawah ke atas dan dilakukan berulang.
• Cara 2
Tangan kanan terapis memegang tumit pasien yang berfungsi sebagai tahanan,
kemudian tangan kiri terapis memegang lutut ( knee joint) dari arah medial. Gerakkan kaki pasien dengan memfleksikan dengan ROM yang ada.











2. Ekstensi Hip
a. Posisi Pasien
Pasien dapat diposisikan dengan 2 cara:
o Pasien tidur terlentang disisi tempat tidur dengan kaki diluruskan
o Pasien tidur terlentang disisi tempat tidur dengan knee joint difleksikan

b. Posisi Terapis
• Tangan penggerak
Cara 1: tangan terapis sebelah kanan memegang pergelangan kaki
Cara 2: tangan terapis sebelah kanan memegang tumit pasien
• Tangan stabilisator
Cara 1: tangan kiri terapis memegang lutut pasien ( di atas lutut pasien )
Cara 2: tangan kiri terapis memegang pada lutut pasien (atas lutut pasien)

c. Pelaksanaan
• Cara 1:
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki pasien dan tangan sebelah kiri memegang lutut bagian atas pasien. Gerakkan kaki pasien dari atas ke bawah dan lakukan secara berulang-ulang.
• Cara 2:
Tangan kanan terapis memegang pada tumit pasien yang berfungsi sebagai tahanan, kemudian tangan kiri terapis lutut pasien dari arah medial ( berada tepat di atas lutut pasien ). Gerakkan kaki pasien dari posisi fleksi ke ekstensi ( dari atas ke bawah ).

3. Abduksi Hip
a. Posisi pasien
Pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur dengan kaki diluruskan.

b. Posisi Terapis
Terapis berada di samping tempat tidur, di sisi kaki pasien ( hip joint )
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kakitepat di bagian bawahnya
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis memegang tepat di atas lutut pasien

c. Pelaksanaan
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki bagian bawahyang berfungsi sebagai tahanan, lalu tangan kiri terapis memegang tepat di atas lutut pasien. Gerakkan pasien dari arah medial ke arah lateral. Gerakan dilakukan secara berulang.






4. Adduksi Hip
a. Posisi Pasien
Pasien dapat diposisikan dengan dua cara:
• Pasien tidur terlentang di sisi temapt tidur dengan kaki diluruskan, kaki pada posisi abduksi
• Knee joint ( sebelah kiri ) di fleksikan dan menyilang ke arah kaki kanan

b. Posisi Terapis
Terapis berada di sisi kaki pasien yang akan digerakkan
• Tangan penggerak
Cara 1: tangan kiri terapis memegang pergelangan kaki pasien
Cara 2: tangan kanan terapis memegang bagian atas pergelangan kaki
• Tangan stabilisator
Cara 1: tangan kanan terapis memegang lutut bagian bawah
Cara 2: yang berfungsi sebagai stabilisator pada gerakan adduksi yaitu knee joint (kiri) di fleksikan dan menyilang ke arah kaki kanan.

c. Pelaksanaan
• Cara 1
Tangan kiri terapis memegang pergelangan kaki yang berfungsi sebagai tahanan, kemudian tangan kanan terapis memegang lutut bagian bawah. Gerakkan kaki pasien dari arah abduksi ke arah adduksi (dari arah lateral ke medial). Lakukan secara berulang dengan memberikan tahanan.
• Cara 2
Posisi pasien dalam keadaan terlentang dengan knee joint sebelah kiri difleksikan dan menyilang ke arah kaki kanan pasien. Tangan kanan terapis memegang bagian atas pergelangan kaki, knee joint yang difleksikan yang saling bersilang juga berfungsi sebagai stabilisator. Gerakkan kaki dari arah lateral ke medial.


















5. Endorotasi Hip
a. Posisi Pasien
Pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur dengan posisi fleksi 90 dan di ikuti fleksi knee 90

b. Posisi Terapis
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki yang berfungsi sebagai tahanan
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis memegang lutut pasien atau tangan kiri terapis masuk menyilang memegang betis pasien.

c. Pelaksanaan
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki yang berfungsi sebagai tahanan, kemudian lutut pasien dipegang. Tangan kiri terapis dari arah lateral atau dapat pula dengan tangan kiri terapis masuk menyilang memegang betis pasien. Gerakkan kaki dari arah ekso ke arah endo. Lakukan secara berulang.

6. Eksorotasi Hip
a. Posisi Pasien
Pasien tidur disisi tempat tidur dengan posisi fleksi hip dan knee 90, dalam posisi endo.

b. Posisi Terapis
Terapis berada di sisi temapt tidur, tepat di samping kaki yang akan digerakkan.
• Tangan penggerak
Tangan kiri terapis memegang lutut pasien yang juga berfungsi sebagai tahanan.
• Tangan stabilisator
Tangan kanan terapis memegang pergelngan kaki (dipegang dari arah medial)

c. Pelaksanaan
Paha dan lutut pasien ditekuk pada posisi 90. Tangan kiri terapis memegang lutut pasien dan tangan kanan terapis memegang pergelngan kaki. Femur dirotasikan dengan menggerakkan tungkai dari arah endo ke arah ekso.








B. REGIO KNEE


1. Fleksi Knee
a. Posisi Pasien
Pasien dapat di posisikan tengkurap disisi tempat tidur dengan kaki diluruskan.

b. Posisi Terapis
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki dari arah bawah, yang juga berfungsi sebagai tahanan
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis menahan pada gluteus


c. Pelaksanaan
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki dari arah bawah dan tangan kiri terapis menahan pada gluteus agar hip joint tidak ikut bergerak. Knee joint difleksikan dengan cara menekuk lutut knee joint, kaki diangkat.



2. Ekstensi Knee
a. Posisi Pasien
Pasien diposisikan dengan tidur di sisi tempat tidur, knee joint dalam posisi fleksi penuh

b. Posisi Terapis
Posisi terapis berada di sisi tempat tidur di samping kaki yang akan digerakkan
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis memegang paha bagian belakang , agak distal mendekati knee joint pasien

c. Pelaksanaan
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki pasien dan tangan kiri terapis memegang paha bagian belakang. Gerakkan kaki pasien dari arah fleksi ke ekstensi atau dari atas ke bawah. Lakukan gerakan secara berulang-ulang.

NOTE: Fleksi dan ekstensi knee dapat dilakukan dengan cara lain, yaitu:





1. Fleksi Knee
a. Posisi Pasien
Pasien diposisikan tidur terlentang di sisi tempat tidur, hip dan knee difleksikan  45. Knee sebelah kanan di posisikan dalam keadaan ekstensi.

b. Posisi Terapis
Posisi terapis berada di sisi tempat tidur tepat di samping kaki yang akan digerakkan
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis masuk melewati bawah lutut pasien sebelah kanan. Palmar terapis memegang lutut kiri atas pasien, sehingga kaki pasien sebebalh kanan disanggah oleh lengan bawah terapis.

c. Pelaksanaan
Pasien dalam keadaan tidur terlentang. Posisi fleksi hip dan knee  45, knee kanan diposisikan denagn ekstensi. Tangan kiri terapis masuk melewati bawah lutut pasien sebelah kanan, lalu palmar terapis (kiri) memegang lutut kiri atas pasien. Sehingga kaki kanan pasien yang akan digerakkan disanggah dengan lengan bawah kiri terapis. Tangan kanan terapis pada pergelangan kaki pasien yang akan digerakkan. Geakkan kaki pasien dari arah ekstensi ke arah fleksi atau dari atas ke bawah. Gerakan dilakukan berulang-ulang.



2. Ekstensi knee
a. Posisi pasien
Pasien di posisikan tidur terlentang di sisi tempat tidur hip dan knee di fleksikan sekitar 450 dan knee sebelah kanan di posisikan dalam keadaan fleksi

b. Posisi Perapis
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang pada pergelangan kaki bagian atas
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis masuk melewati lutut pasien sebelah kanan, palmar kiri terapis memegang atas lutut kiri pasien, sehingga kaki pasien sebelah kanan disanggah dengan lengan bawah pasien.







c. Pelaksanaan
Posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, posisi fleksi hip dan knee sekitar 450 knee pasien (kanan)di posisikan dalam keadan ekstensi, tangan kiri terapis masuk melewati bawah lutut pasien sebelah kanan. Kemudian palmar kiri terapis memegang atas lutut pasien sebelah kiri, sehingga kaki pasien sebelah kanan yang akan digerakkan tergantung karena disanggah dengan lengan bawah kiri terapis. Lalu tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki pasien dari arah fleksi ke arah ekstensi atau dari arah bawah ke atas.



3. Eksorotasi knee
a. Posisi pasien
Pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur, posisi hip di fleksikan sekitar 450 posisi ankle dalam keadaan dorso fleksi, knee pasien dalam posisi endorotasi

b. Posisi terapis
Posisi terapis berada di sisi tempat tidur, tepat di samping kaki yang akan di gerakkan
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang pada punggung kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis memegang lutut pasien

c. Pelaksanaan
Pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur, posisi hip di fleksikan sekitar 450 posisi ankle dalam keadaan dorso fleksi. Kemudian tangan kanan terapis memegang pada punggung kaki pasien, dan tangan kiri terapis memegang pada lutut pasien, gerakkan kaki pasien dari arah endorotasi ke arah eksorotasi atau dari arah medial ke arah lateral














4. Endorotasi knee
a. Posisi pasien
Pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur, posisi hip di fleksikan sekitar 450 posisi ankle dalam keadaan dorso fleksi, knee pasien dalam posisi eksorotasi

b. Posisi terapis
Posisi terapis berada di sisi tempat tidur, tepat di samping kaki yang akan di gerakkan
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang pada punggung kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis memegang pada lutut pasien

c. Pelaksanaan
Pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur, posisi hip di fleksikan sekitar 450 posisi ankle dalam keadaan dorso fleksi. Kemudian tangan kanan terapis memegang pada punggung kaki pasien, dan tangan kiri terapis memegang pada lutut pasien. Gerakkan kaki pasien ke arah medial atau dari arah eksorotasi ke arah endorotasi



C. REGIO ANKLE

1. Dorso fleksi ankle

a. Posisi pasien
pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur

b. Posisi terapis
Posisi terapis berada di sisi tempat tidur di depan kaki yang akan di gerakkan
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang plantar pasien, tepatnya palmar terapis memegang tumit pasien dari bawah. Lengan bawah terapis menahan pada telapak kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis memegang pada lutut pasien bagian atas

c. Pelaksanaan
Pasien tidur terlentang, tangan kanan terapis memegang sekitar malleolus, sehingga lengan bwah terapis menahan sekitar telapak kaki, tumit di tarik ke arah distal dengan jari-jari dan ibu jari sambil lengan bwah mendorong telapak kaki ke atas. Kemudian tangan kiri terapis memegang pada lutut pasien. Agar knee joint tidak ikut bergerak,



2. Plantar fleksi
a. Posisi pasien
pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur

b. Posisi terapis
Posisi terapis berada di sisi tempat tidur di depan kaki yang akan di gerakkan
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang punggung kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis menyanggah tumit pasien.

c. pelaksanaan
Tangan kiri terapis memegang punggung kaki pasien, gerakkan kaki pasien ke arah bawah.



3. Eversi ankle
a. Posisi pasien
Pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur, posisi ankle di plantarkan

b. Posisi terapis
Posisi terapis berada di sisi tempat tidur di samping kaki yang akan di gerakkan
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang pada punggung kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis memegang pada tumit pasien dari arah medial

c. Pelaksanaan
Tangan kanan terapis di letakkan pada punggung satu kaki pasien kemudian letakkan tangan kiri terapis (jari-jari terapis) memegang pada sisi medial tumit, lalu putar ankle pasien ke arah luar







4. Inversi ankle
a. Posisi pasien
Pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur, posisi ankle dalam posisi di plantarkan

b. Posisi terapis
posisi terapis berada di sisi tempat tidur, di samping kaki yang akan di gerakkan
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang punggung kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis memegang tumit pasien dari arah medial

c. Pelaksanaan
Tangan kanan terapis di letakkan pada punggung kaki pasien (ibu jari dan jari-jari terapis) kemudian letakkan tangan kiri terapis memegang pada sisi medial tumit, lalu putar ankle pasien kearah medial (dari arah lateral ke arah medial)



Protap
Pelaksanaan Manual Rex

Rex Konsentrik
A. REGIO HIP
1. Fleksi Hip
a. Posisi Pasien
Pasien dapat diposisikan dengan dua cara yaitu:
• Pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur, kaki diluruskan
• Pasien terlentang di sisi tempat tidur dengan knee joint di fleksikan

b. Posisi Terapis
Terapis berada di sisi kaki ( Hip joint ) yang akan digerakkan
• Tangan penggerak
Cara 1: tangan terapis sebelah kiri memegang pergelangan kaki
Cara 2: tangan kanan terapis memegang tumit kaki
• Tangan stabilisator
Cara 1: tangan kanan terapis memegang knee pasien bagian bawah
Cara 2: tangan kiri terapis memegang lutut ( knee joint ) dari arah medial

c. Pelaksanaan
• Cara 1
Tangan kiri terapis memegang pergelangan kaki pasien dan juga berfungsi sebagai tahanan, kemudian tangan kanan terapis memegang knee bagian bawah. Kedua tangan terapis saling bersilang posisinya. Gerakkan kaki pasien dengan memfleksikan dari arah bawah ke atas dan dilakukan berulang.
• Cara 2
Tangan kanan terapis memegang tumit pasien yang berfungsi sebagai tahanan,
kemudian tangan kiri terapis memegang lutut ( knee joint) dari arah medial. Gerakkan kaki pasien dengan memfleksikan dengan ROM yang ada.

2. Ekstensi Hip
a. Posisi Pasien
Pasien dapat diposisikan dengan 2 cara:
• Pasien tidur terlentang disisi tempat tidur dengan kaki diluruskan
• Pasien tidur terlentang disisi tempat tidur dengan knee joint difleksikan

b. Posisi Terapis
• Tangan penggerak
Cara 1: tangan terapis sebelah kanan memegang pergelangan kaki
Cara 2: tangan terapis sebelah kanan memegang tumit pasien
• Tangan stabilisator
Cara 1: tangan kiri terapis memegang lutut pasien ( di atas lutut pasien )
Cara 2: tangan kiri terapis memegang pada lutut pasien ( di atas lutut pasien )

c. Pelaksanaan
• Cara 1:
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki pasien dan tangan sebelah kiri memegang lutut bagian atas pasien. Gerakkan kaki pasien dari atas ke bawah dan lakukan secara berulang-ulang.
• Cara 2:
Tangan kanan terapis memegang pada tumit pasien yang berfungsi sebagai tahanan, kemudian tangan kiri terapis lutut pasien dari arah medial ( berada tepat di atas lutut pasien ). Gerakkan kaki pasien dari posisi fleksi ke ekstensi ( dari atas ke bawah ).

3. Abduksi Hip
a. Posisi pasien
Pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur dengan kaki diluruskan.

b. Posisi Terapis
Terapis berada di samping tempat tidur, di sisi kaki pasien ( hip joint )
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kakitepat di bagian bawahnya
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis memegang tepat di atas lutut pasien

c. Pelaksanaan
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki bagian bawahyang berfungsi sebagai tahanan, lalu tangan kiri terapis memegang tepat di atas lutut pasien. Gerakkan pasien dari arah medial ke arah lateral. Gerakan dilakukan secara berulang.

4. Adduksi Hip
a. Posisi Pasien
Pasien dapat diposisikan dengan dua cara:
• Pasien tidur terlentang di sisi temapt tidur dengan kaki diluruskan, kaki pada posisi abduksi
• Knee joint ( sebelah kiri ) di fleksikan dan menyilang ke arah kaki kanan

b. Posisi Terapis
Terapis berada di sisi kaki pasien yang akan digerakkan
• Tangan penggerak
Cara 1: tangan kiri terapis memegang pergelangan kaki pasien
Cara 2: tangan kanan terapis memegang bagian atas pergelangan kaki
• Tangan stabilisator
Cara 1: tangan kanan terapis memegang lutut bagian bawah
Cara 2: yang berfungsi sebagai stabilisator pada gerakan adduksi yaitu knee joint (kiri) di fleksikan dan menyilang ke arah kaki kanan.

c. Pelaksanaan
• Cara 1
Tangan kiri terapis memegang pergelangan kaki yang berfungsi sebagai tahanan, kemudian tangan kanan terapis memegang lutut bagian bawah. Gerakkan kaki pasien dari arah abduksi ke arah adduksi (dari arah lateral ke medial). Lakukan secara berulang dengan memberikan tahanan.
• Cara 2
Posisi pasien dalam keadaan terlentang dengan knee joint sebelah kiri difleksikan dan menyilang ke arah kaki kanan pasien. Tangan kanan terapis memegang bagian atas pergelangan kaki, knee joint yang difleksikan yang saling bersilang juga berfungsi sebagai stabilisator. Gerakkan kaki dari arah lateral ke medial.

5. Endorotasi Hip
a. Posisi Pasien
Pasien tidur terlentang di sisi tempat tidur dengan posisi fleksi 90 dan di ikuti fleksi knee 90

b. Posisi Terapis
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki yang berfungsi sebagai tahanan
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis memegang lutut pasien atau tangan kiri terapis masuk menyilang memegang betis pasien.

c. Pelaksanaan
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki yang berfungsi sebagai tahanan, kemudian lutut pasien dipegang. Tangan kiri terapis dari arah lateral atau dapat pula dengan tangan kiri terapis masuk menyilang memegang betis pasien. Gerakkan kaki dari arah ekso ke arah endo. Lakukan secara berulang.

6. Eksorotasi Hip
a. Posisi Pasien
Pasien tidur disisi tempat tidur dengan posisi fleksi hip dan knee 90, dalam posisi endo.

b. Posisi Terapis
Terapis berada di sisi temapt tidur, tepat di samping kaki yang akan digerakkan.
• Tangan penggerak
Tangan kiri terapis memegang lutut pasien yang juga berfungsi sebagai tahanan.
• Tangan stabilisator
Tangan kanan terapis memegang pergelngan kaki (dipegang dari arah medial)

c. Pelaksanaan
Paha dan lutut pasien ditekuk pada posisi 90. Tangan kiri terapis memegang lutut pasien dan tangan kanan terapis memegang pergelngan kaki. Femur dirotasikan dengan menggerakkan tungkai dari arah endo ke arah ekso.

B. REGIO KNEE
1. Fleksi Knee
a. Posisi Pasien
Pasien dapat di posisikan tengkurap disisi tempat tidur dengan kaki diluruskan.

b. Posisi Terapis
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki dari arah bawah, yang juga berfungsi sebagai tahanan
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis menahan pada gluteus




c. Pelaksanaan

Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki dari arah bawah dan tangan kiri terapis menahan pada gluteus agar hip joint tidak ikut bergerak. Knee joint difleksikan dengan cara menekuk lutut knee joint, kaki diangkat.

2. Ekstensi Knee
a. Posisi Pasien
Pasien diposisikan dengan tidur di sisi tempat tidur, knee joint dalam posisi fleksi penuh

b. Posisi Terapis
Posisi terapis berada di sisi tempat tidur di samping kaki yang akan digerakkan
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis memegang paha bagian belakang , agak distal mendekati knee joint pasien

c. Pelaksanaan
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki pasien dan tangan kiri terapis memegang paha bagian belakang. Gerakkan kaki pasien dari arah fleksi ke ekstensi atau dari atas ke bawah. Lakukan gerakan secara berulang-ulang.

NOTE: Fleksi dan ekstensi knee dapat dilakukan dengan cara lain, yaitu:

1. Fleksi Knee
a. Posisi Pasien
Pasien diposisikan tidur terlentang di sisi tempat tidur, hip dan knee difleksikan  45. Knee sebelah kanan di posisikan dalam keadaan ekstensi.

b. Posisi Terapis
Posisi terapis berada di sisi tempat tidur tepat di samping kaki yang akan digerakkan
• Tangan penggerak
Tangan kanan terapis memegang pergelangan kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan kiri terapis masuk melewati bawah lutut pasien sebelah kanan. Palmar terapis memegang lutut kiri atas pasien, sehingga kaki pasien sebebalh kanan disanggah oleh lengan bawah terapis.

c. Pelaksanaan
Pasien dalam keadaan tidur terlentang. Posisi fleksi hip dan knee  45, knee kanan diposisikan denagn ekstensi. Tangan kiri terapis masuk melewati bawah lutut pasien sebelah kanan, lalu palmar terapis (kiri) memegang lutut kiri atas pasien. Sehingga kaki kanan pasien yang akan digerakkan disanggah dengan lengan bawah kiri terapis. Tangan kanan terapis pada pergelangan kaki pasien yang akan digerakkan. Geakkan kaki pasien dari arah ekstensi ke arah fleksi atau dari atas ke bawah. Gerakan dilakukan berulang-ulang.



PROTAP
Penatalaksanaan Manual REX
Extremitas inferior
Rex eksentrik
A. Regio Hip
1. Fleksi hip
a. Posisi pasien
Pasien dapat diposisikan dengan
• Pasien tidur terlentang disisi tempat tidur, kaki diluruskan
• Pasien tidur terlentang disisi tempat tidur dengan fleksi knee 90 0 dan fleksi hip, hip dalam fleksi penuh
b. Posisi pasien
FTis berada disisi kaki yang akan digerakkan
• Tangan penggerak
Cara I : tangan FTis (kanan) memegang pergelangan kaki
Cara II : tangan FT is (kanan) memegang pada tumit pasien
• Tangan stabilisator
Cara I : tangan FTis (kiri) memegang pada lutut pasien (diatas lutut paisen)
Cara II : tangan FTis (kiri) memegang pada lutut pasien ( diatas lutut pasien)
c. Pelaksanaan
Cara I :
Letakkan tangan FTis (kanan) memegang pergelangan kaki pasien , dan tangan FTis (kiri) memegang pada lutut pasien (diatas lutut pasien), gerakkan kaki pasien dari arah fleksi kearah ekstensi, suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakkan yang diberikan oleh FTis.
Cara II :
Tangan FTis (kanan) memegang pada tumit pasien, kemudian tangan FTis (kiri) memegangpada lutut pasien dari arah medial (berada tepat diatas lutut pasien) gerakkan kaki pasien dari posisi fleksi keekstensi, suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakan yang diberikan oleh FTis.
2. Ekstensi hip
a. Posisi pasien
Posisi pasien dapat diposisikan dengan dua cara
• Pasien tidur terlentang disisi tempat tidur, kaki diluruskan
• Pasien tidur terlentang disis tempat tidur dengan knee joint difleksikan
b. Posisi FTis
FTis berada disisi kaki yang akan digerakkan
• Tangan penggerak
Cara I : tangan FTis (kiri) memegang pergelangan kaki
Cara II : tangan FTis (kanan) memegang tumit pasien
• Tangan stabilisator
Cara I :tangan FTis (kanan) memegang knee bagian bawah
Cara II : tangan FTis (kiri) memegang lutut knee (knee) dari arah medial
c. Pelaksanaan
Cara I :
Tangan FTis (kiri) memegang pergelangan kaki p[asien, kemudian tangan FTis (kanan) memegang knee bagian bawah, kedua tangan FTis saling bersilangan posisinya. Gerakkan kaki pasien dari posisi ekstensi keposisi fleksi, suruh pasien untuk memberikan tahanan terhadap gerakkan.
Cara II :
Tangan FTis (kanan) memegang tumit pasien, dan tangan FTis (kiri) memegang lutut dari arah medial, gerakkan kaki pasien dari posisi ekstensi fleksi, suruh pasien untuk memberikan tahanan terhadap geraka
3. Abduksi hip
a. posisi pasien
pasien tidur terlentang disisi tempat tidur, hip dalam posisi abduksi atau kearah lateral
b. posisis FTis
FTis berada disisi kaki yang akan digerakan
• Tangan pengerak
Tangan FTis (kiri) memegang pada pergelangan kakipasien
• Tangan stabilisator
Tangan Ftis (kanan) memegang pada lutut bagian bawah
c. Pelaksanaan
Tangan FTis (kiri) memegang pada pergelangan kaki pasien, dan tangan FTis (kanan)memegang pada lutut bagian bawah. Gerakkan kaki pasien dari arah abduksi kearah adduksi (lateralkemedial),suruh pasien untuk memberikan tahanan terhadap gerakan.
4. Adduksi hip
a. Posisi pasien
Pasien tidur terlentang disisi tempat tidur
b. Posisi FTis
FT berada di samping tempat tidur disisi kaki yang akan digerakan
• Tangan pengerak
Tangan FTis (kanan) memegang pada pergelangan kaki
• Tangan stabilisator
tanganFtis (kiri) memegang tepat diatas lutut pasien
c. Pelaksanaan
Tangan Ft (kanan) memegang pada pergelangan kaki bagian bawah, dan tangan FTis (kiri) memegang tepat diatas lutut pasien. Gerakan kaki pasien dari posisi adduksi keabduksi (medial kelateral) suruh pasien untuk memberikan tahanan terhadap gerakan.
5. Endorotasi
a. Posisi pasien
Pasien tidur terlentang disisi tempat tidur, dengan posisi fleksi hip dan knee 90O dalam posisi endorotasi
b. Posisi pasien
Ftis berada disisi tempat tidur, tepat disamping kaki yang akan digerakan
• Tangan penggerak
Tangan FTis (kiri) memegang pada lutut pasien
• Tangan stabilisator
Tangan Ftis (kanan) memegang pada pergelangan kaki (dipegang dari arah medial)


c. Pelaksanaan
Tekuklah paha dan lutut pasien dalam posisi 90o, tangan Ft (kiri) memegang pada lutut pasien dan tangan FTis (kanan) memegang pada pergelangan kaki, rotasikan femur dengan menggerakan tungkai dari arah endorotasi kearah eksorotasi, pasien memberikan tahanan.
6. Eksorotasi hip
a. Posisi pasien
Pasien tidur terlentang disisi tempat tidur, dengan posisi fleksi hip900 dan fleksi knee 900
b. Posisi FTis
FTis berada disisi kaki yang akan digerakan
• Tangan penggerak
Tangan Ftis (kanan) memegang pada pergelangan kaki
• Tangan stabilisator
Tangan Ftis (kiri) memegang pada lutut pasien, sebagai stabilisator
c. Pelaksanaan
Tangan Ftis (kanan) memegang padapergelangan kaki, dan lutut pasien dipegang tangan Ftis (kiri) dari arah lateral, atau dapat pula tangan Ftis (kiri) masuk menyilang betis pasien, gerakkan kaki dari arah eksorotasi kearah endorotasi. Suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakan.

B. Regio knee
1. Fleksi knee
a. Posisi pasien
Pasien dapat diposisikan dengan tidur terlentang disisi tempattidur, knee dalam posisi fleksi penuh.
b. Posisi FTis
Posisi Ftis berada disisi tempat tidur tepat disamping kaki yang akan digerakan
• Tangan pengerak
Tangan FTis kanan memegang pada pergelangan kaki pasien
• Tangan stabilisatoe
Tangan FTis (kiri) memegang pada paha bagian belakang agar distal mendekati knee joint pasien
c. Pelaksanaan
Tangan Ftis (kanan) memegang pada pergelangan kaki pasien, dan tangan FTis (kiri) memegang pada paha bagian belakang. Gerakan kaki pasien dari fleksi ke ekstensi (arah atas ke bawah), suruhpasien memberikan tahanan terhadap gerakan.
2. Ekstensi knee
a. Posisi pasien
Pasien dapat diposisikan tengkurap disisi tempat tidur, dengan kaki diluruskan
b. Posisi FTis
FTis berada disisi tempat tidur tepat disamping kaki yang akan digerakan
• Tangan penggerak
Tangan Ftis kanan memegang pada pergelangan kaki dari arah bawah
• Tangan stabilisator
Tangan Ftis (kiri) menahan pada gluteus
c. Pergelangan
Tangan Ftis (kanan) memegang pada pergelangan kaki dari arah bawah, dan tangan Ftis (kiri) menahan pada gluteus. Gerakan kaki dari arah ekstensi kea rah fleksi. Suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakan. Fleksi dan ekstensi knee dapat dilakukan dengan mengunakan cara lain yaitu :
→ekstensi knee
a) Posisi pasien
Pasien dapat diposisikan tidur terlrntang disisi tempat tidur, hip dan knee difleksikan ± 450 dan knee (kanan) diposisikan dalam keadaan ekstensi.
b) Posisi Ftis
Posisi FTis berada disisi tempat tidur tepat disamping kaki yang akan di terapi
• tangan pengerak
Tangan Ftis (kanan) memegang pada pergelangan kaki pasien
• tangan stabilisator
Tangan Ftis (kiri) masuk melewati lutut pasien sebelah kanan, palmar Ftis (kiri) memegang atas lutut (kiri) sehingga kaki pasien (kanan) di sanggah dengan lengan bawah FTis


c) Pelaksanaan
Pasien dalam posisi tidur disisi tempat tidur, dengan posisi fleksi hip dan knee ± 45°, knee kanan pasien diposisiskan dalam keadaan ekstensi, tangan FTis (kiri) masuk melewati bawah lutut pasien sebelah kanan, kemudian palmar FTis (kiri) memegang atas lutut pasien (kiri), sehinga kaki pasien (kiri). Yang akan digerakan tergantung karna disanggah dengan lengan bawah FTis (kiri), kemudien tangan FTis (kanan) memegang pada pergelangan kaki pasien yang akan digerakan. Gerakkan kaki psien dari arah ekstensi kea rah fleksi atau dari arah atas ke bawah
→ Fleksi knee
a) Posisi pasien
Pasien dapat diposisikan tidur disisi tempat tidur hip dan knee di fleksikan ± 45°, dan knee (kanan) diposisikan dalam keadaan fleksi.
b) Posisi FTis
Pasien tidur disisi tempat tidur
• Tangan penggerak
Tangan FTis (kanan) memegang pada pergelangan kaki bagian atas
• tangan stabilisator
Tangan FTis (kiri) masuk melewati bawah lutut pasien sebelah (kanan), palmar FTis (kiri) memegang atas lutut (kiri) sehingga kaki pasien (kanan) disanggah dengan lengan bawah FTis
c) Pelaksanaan
Posisi pasien tidur terlentang, posisi fleksi hip dan knee ± 45°, knee pasien (kanan) diposisikan dalam keadaan akstensi, tangan FTis (kiri) masuk melewati bawah lutut pasien sebelah (kanan), kemudian palmar FTis (kiri), sehinga kaki pasien (kanan) yang akan digerakan tergntung karena disanggah dengan lengan bawah FTis (kiri), kemudian tangan FTis (kanan) memegang pada pergelangan pada pergelangan kaki pasien yang akan digerakkan. Gerakan kaki pasien dari posisi fleksi ke posisi ekstensi, suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakan yang diberikan FTis.


3. Eksorotasi knee
a) Posisi pasien
Pasien tidur terlentang disisi posisi hip dan knee fleksi 45°, posisi ankle dalam keadaan dorso fleksi, knee dalam posisi eksorotasi
b) Posisi FTis
Posisi FTis berada disisi tempat tidur, tepat disamping kaki yang akan di gerakan
• Tangan penggerak
Tangan FT (kanan) memegang pada punggung kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan FTis (kiri) memegang pada lutut pasien
c) Pelaksanaan
Posisi pasien tidur terlentang dengan posisi fleksi hip dan knee 45°, posisi ankle dalam keadaan dorso fleksi, kemudian tangan FTis (kanan) memegang pada punggung kaki pasien, dan tangan FTis (kiri) memegang pada lutut pasien. Gerakkan kaki pasien dariposisi eksorotasi ke posisi endorotasi. Suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakan yang di berikan FTis
4. Endorotasi knee
a) Posisi pasien
Pasien tidur terlentang disisi tempat tidur, posisi hip di fleksikan 45° , posisi ankle dalam keadaan dorso fleksi, knee pasien dalam posisi endorotasi
b) Posisi FTis
Posisi FTis berada disisi tempat tidur, tepat disamping kaki yang akan di terapi
• Tangan penggerak
Tangan FTis (kanan) memegang pada punggung kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan FTis (kiri) memegang pada lutut pasien






c) Pelaksanaan
Posisi pasien tidur terlentang dengan posisi fleksi hip dan knee 45°, posisi ankle dalam posisi dorso fleksi, kemudian tangan FTis (kanan) memegang pada lutut pasien, gerakkan kaki pasien dari posisi endorotasi ke posisi eksorotasi, suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakan.

c. Regio ankle
1. Dorso fleksi ankle
a) posisi pasien
pasien tidur terlentang disisi tempat tidur
b) posisi FFTis
posisi FTis berada disisi tempat tidur, didepan kaki yang akan digerakkan
• Tangan penggerak
Tangan FTis (kanan) memegang punggung kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan FTis (kiri) menyanggah tumit pasien
c) pelaksanaan
tangan FTis (kanan) memegang punggung kaki pasien, gerakkan kaki pasien dari arah kebawah, suruh pasien memberikan tahanan terhadap yang diberikan
2. plantar fleksi ankle
a) posisi pasien
pasien tidur terlentang disisi tempat tidur
b) posisi FTis
posisi FTis berada disisi tempat tidur, didepan kaki pasien yang akan digerakkan
• Tangan penggerak
Tangan FTis (kanan) memegang kaki pasien, tepatnya palmar FTis memegang tumit pasien dari bawah, lengan bawah FTis menahan pada telapak kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan FTis (kiri) memegang pada lutut pasien bagian atas



c) pelaksanaan
pasien tidur terlentang, tangan FTis (kanan) memegang sekitar malleolus, sehingga lengan bawah FTis menahan sekitar telapak kaki. Tarik tumit kea rah distal dengan jari-jari dan ibu jari sambil lengan bawah mendorong telapak kaki ke atas, kemudian tangan FTis (kiri) memegang pada lututpasien, gerkkan kaki pasien dari arah bawah keatas. Suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakkan.

3. Eversi ankle
a) Posisi pasien
pasien tidur terlentang disisi tempat tidur, posisi ankle dalam keadaan plantar fleksi
b) posisi FTis
posisi FTis berada disisi tempat tidur disamping kaki yang akan digerakan
• Tangan pengerak
Tangan FTis (kanan) memegang punggung kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan FTis (kiri) memegang tumit pasien dari arah medial
c) pelaksanaan
letakkan satu tangan FT (kanan) padapunggung kaki pasien (ibu jari dan jari-jari FTis), kemudian letakkan tangan FTis, tangan FTis (kiri) memegang pada sisi medial tumit, lalu putar ankle pasien kearah medial, suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakkan yang diberikan
4. Inversi ankle
a) Posisi pasien
pasien tidur terlentang disisi tempat tidur, posisi ankle diplantarkan
b) Posisi FTis
posisi FTis berada disisi tempat tidur disamping kaki yang akan digerakan
• Tangan penggerak
Tangan FTis (kanan) memegang pada punggung kaki pasien
• Tangan stabilisator
Tangan FTis (kiri) memegang tumit pasien dari arah medial


c) pelaksanaan
letakkan satu tangan FTis (kanan) pada punggung kaki pasien, kemudian letakkan tangan FTis (kiri), jari-jari FTis memegang pada sisi medial tumit, lalu putar ankle pasien kea rah luar. Suruh pasien memberikan tahanan terhadap gerakan.

PROMKES

DAMPAK KESEHATAN TERHADAP FILM PORNO BAGI PELAJAR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sering sekali kita mendengar kata-kata porno, sering kali juga kita melihat hal-hal yang porno. Sengaja maupun tidak sengaja kita selalu berhadapan dengan hal ini. Tanpa kita sadari dampak negatif dari hal ini sangatlah besar, apalagi dalam dunia pendidikan. Dan perlu kita garis bawahi, pengaruh luar pada saat generasi muda ini harus kita perhatikan, mereka sangatlah liar, mereka mudah goyang iman.
Sarana teknologi yang canggih, yang salah satu fasilitasnya bisa menampilkan video benar-benar sangat dimanfaatkan oleh para pemuda saat ini, akan tetapi sarana ini mereka buat untuk melihat video yang berbau xxx. Tak hanya itu, mereka juga merekam adegan mereka sendiri saat bermesraan dengan lawan pasangannya. Mungkin maksut mereka dibuat momen yang bagus, padahal tanpa mereka sadari hal ini akan menjadi senjata untuk membunuh mereka sendiri.
Tontonan-tontonan acara televisi sekarang ini cenderung kepada hal-hal yang romantis yang sama sekali tidak mendidik para generasi muda ini. Acara sinetron cinta, kebanyakan ke hal-hal yang justru mempengaruhi pola pikir mereka yang belum saatnya mereka lakukan.
B. Tujuan
1. Memberikan informasi kepada siswa sekolah terutama pada bahayanya nonton porno dikalangan pelajar
2. Memberikan informasi tentang FISIOTERAPI pada khususnya
3. Menjalin hubungan baik dengan siswa sekolah yang dikunjungi dan
4. Tentunya merupakan tugas mahasiswa yang harus diselesaikan pada mata kuliah promosi kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN MATERI

A. Nonton Film Porno Bisa Merusak Lima Bagian Otak
keseringan nonton film porno bisa merusak bagian otak. Bahayanya, bahkan lebih ganas dari pada kita mengkonsumsi narkoba yang hanya merusak tiga bagian otak anda saja, sementara jika menonton film porno akan ada lima bagian otak yang terserang.
Fornograpi dapat merusak lima bagian otak kita, sedangkan narkoba yang rusaknya hanya tiga,"tutupnya. bahaya akibat seringnya nonton film porno akan mengkeredilkan otak kita. "Fornografi adalah perusak otak, lebih dari methapetamin. Bagian otak prefrontal conteks kita akan hancur. Bagian tersebut merupakan bagian otak yang mengontrol moral dan nilai, pengontrolan diri, dan pengambilan keputusan," Rusaknya otak prefrontal conteks, akan membuat perasaan kita selalu kacau, makanya kita akan selalu ketergantungan untuk melihat film porno. "Saat melihat film porno, sistim limbik kita akan bekerja, sehingga keluarlah dufamin atau hormon kenikmatan,
diibaratkan, ketika seorang anak menyukai satu gelas ice cream maka hormon kenikmatan tersebut hanya akan keluar untuk satu gelas ice cream. Bila ditambah lagi satu gelas ice cream maka hormon tersebut tidak akan keluar. "Sama seperti orang nge-seks atau nonton film porno, hormon terserbut akan keluar sampai batas kenikmatan puncak,"




 Lima Otak yang Diserang
1. Obesity merusak bagian otak Orbitofrontral Mid frontal dan nucieus accumbens
2. Methapetamin merusak bagian otak Orbitofrontral Midfrontal, Insula Hippocampus Tempral, dan Patumencingalute.
3. Cocain merusak bagian otak Orbitofrontral Midfrontal, Insula Hippocampus Tempral, dan nucieus accumbens
4. Film Porno merusak lima bagian otak yaitu Orbitofrontral Midfrontal, Insula Hippocampus Tempral, nucieus accumbens, Patumencingalute, dan Cerebelum.
B. Dampak Negatif Nonton film Porno
Paparan materi pornografi secara terus-menerus menyebabkan kecanduan (adiksi) yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan otak mengecil dan fungsinya terganggu.
ahli bedah syaraf dari Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton Jr, MD mengatakan bahwa adiksi mengakibatkan otak bagian tengah depan yang disebut Ventral Tegmental Area (VTA) secara fisik mengecil.
Penyusutan jaringan otak yang memproduksi dopamine–bahan kimia pemicu rasa senang– itu, menurut dia, menyebabkan kekacauan kerja neurotransmiter yakni zat kimia otak yang berfungsi sebagai pengirim pesan.
“Pornografi menimbulkan perubahan konstan pada neorotransmiter dan melemahkan fungsi kontrol. Ini yang membuat orang-orang yang sudah kecanduan tidak bisa lagi mengontrol perilakunya,” kata Hilton serta menambahkan adiksi pornografi juga menimbulkan gangguan memori.
Kondisi tersebut, ia menjelaskan, tidak terjadi secara cepat dalam waktu singkat namun melalui beberapa tahap yakni kecanduan yang ditandai dengan tindakan impulsif, ekskalasi kecanduan, desensitisasi dan akhirnya penurunan perilaku.
“Dan kerusakan otak akibat kecanduan pornografi adalah yang paling berat, lebih berat dari kecanduan kokain,”
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan apa dampak negatif apabila sesekali kita pernah menonton film beradegan syetan semacam ini :
1. Secara otomatis pikiran akan berubah, akan sering berfatamorgana, tidak fokus dengan apa yang menjadi kewajiban seperti sekolah, ibadah, belajar, mengaji ataupun yang yang berhubungan dengan kewajiban.
2. Kehilangan semangat dan tenaga, kewajiaban akan ditinggalkan, maksiat terus dilakukan.
3. Cenderung berbuat nekat, tidak ada istilah hukuman bagi mereka.
4. Kurang menghormati orang yang lebih tua dari dia, hilangnya sopan santun.
5. Menguangi semangat dalam beraktifitas.
C. Nonton Video Porno Bisa Mengakibatkan Kelainan Seks
Sejumlah pemerintah daerah mengimbau agar dilakukan blokade terhadap peredaran video mesum tersebut. Bahkan beberapa sekolah merazia telepon seluler siswanya. Para orangtua pun tak kalah cemas.
Kecemasan itu terkait dengan dampak negatif video porno (dan bahan pornografi lain), yang diperkirakan bisa mengakibatkan perilaku seksual menyimpang atau kekerasan seksual. Topik efek negatif bahan-bahan pornografi (termasuk di film, buku, video, internet)

 Penelitian dengan metode meta-analisis pada 1995 menemukan bahwa pornografi diperkirakan memperkuat perilaku agresif dan sikap negatif terhadap perempuan.
 Sebuah studi di Amerika Serikat menyebutkan bahwa remaja yang mengonsumsi pornografi: dua pertiga dari laki-laki dan 40 persen perempuan ingin mencoba beberapa perilaku yang mereka saksikan. Dan, 31 persen dari laki-laki dan 18 persen dari perempuan mengaku melakukan beberapa adegan seksual yang mereka lihat di bahan-bahan pornografi dalam beberapa hari setelah melihat.
 Sebuah studi pada 1993 menemukan: eksposur terhadap bahan seksual yang merangsang dapat menyebabkan perilaku agresif pada remaja. Bahan-bahan yang berisi kekerasan seksual menyebabkan perilaku agresif yang lebih besar dan berdampak negatif pada sikap pria terhadap perempuan.
 Evaluasi pada 1984 menyebutkan meningkatnya jumlah kasus pemerkosaan di berbagai negara sangat berkolerasi dengan liberalisasi pembatasan pornografi.
Kaitannya dengan ledakan pertumbuhan internet, peneliti mengatakan pornografi bebas yang tersedia di internet merupakan ancaman bagi keselamatan anak-anak. Mengutip sebuah penelitian lain, Peter Stock mengatakan bahwa satu dari lima anak, berusia antara 10 dan 17, menerima ajakan seksual melalui Internet pada tahun 1999. Beberapa peneltian juga telah menyimpulkan bahwa banyak industri pornografi, dengan miliaran dolar, memfokuskan sasaran anak laki-lagi usia 12-17 tahun, dengan tujuan menciptakan kecanduan– seperti halnya strategi pemasaran yang diduga biasa dilakukan industri rokok.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa 90 persen pornografi dikonsumsi di Internet, sedangkan 10 persen berasal dari toko video. Rata-rata, pria lajang menonton pornografi tiga kali seminggu selama 40 menit. Lajeunesse menemukan kebanyakan anak laki-laki mencari materi pornografi pada usia 10 tahun. Namun, mereka segera membuang apa yang tidak mereka sukai.





D. Metode Penyembuhan Kecanduan Pornografi


Terapi yang dapat digunakan untuk memulihkan kerusakan otak akibat kecanduan, menurut dia, antara lain pemberian motivasi pribadi untuk memacu semangat penderita guna melepaskan diri dari kecanduan, dan penciptaan lingkungan yang aman bagi pecandu dengan menurunkan secara drastis aksesnya terhadap pornografi.
Selain itu, ia menambahkan, pembentukan kelompok pendukung dengan konselor dan terapis serta terapi peningkatan spiritualitas dampaknya juga sangat bermakna dalam upaya pemulihan.“Penelitian menunjukkan, spiritualitas, agama apapun, akan mempercepat proses pemulihan,”
BAB III
PROSES PENYELUHAN
A. Identitas Sekolah
1. Nama sekolah : SMK Nurul Qalam Makassar
2. Alamat sekolah : jl. Poros KNPI kel. Sudiang
3. Nama Kepala sekolah : Dra. Husnawati Alwi
B. Proses Penyuluhan
Materi promosi kesehatan : Dampak kesehatan Nonton Film Porno Bagi pelajar
Waktu pelaksanaan : Senin, 21 juni 2010 pukul 09.00 sampai selesai.
Tempat pelaksanaan : Kelas X1 & X.II SMK Nurul Qalam Makasaar
Jumlah siswa : Siswa kelas X1 : 32 orang
Siswa kelas XII : 32 orang

Proses penyuluhan dilakukan dengan menampilkan materi dengan laptop serta lewat ceramah didepan kelas.
Ada beberapa pertanyaan yang timbul dari pembahasan yang dibawakan, yaitu :
1. Apa dampak negatif terdap nonton film porno?
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan apa dampak negatif apabila sesekali kita pernah menonton film semacam ini :
1. Secara otomatis pikiran akan berubah, akan sering berfatamorgana, tidak fokus dengan apa yang menjadi kewajiban seperti sekolah, ibadah, belajar, mengaji ataupun yang yang berhubungan dengan kewajiban.
2. Kehilangan semangat dan tenaga, kewajiaban akan ditinggalkan, maksiat terus dilakukan.
3. Cenderung berbuat nekat, tidak ada istilah hukuman bagi mereka.
4. Kurang menghormati orang yang lebih tua dari dia, hilangnya sopan santun.
5. Mengurangi semangat dalam beraktifitas.
2. Apa solusinya cara untuk menghindari nonton film porno?
Solusi menurut saya bagi mereka adalah kita harus mampu membuat mereka sibuk. Memberikan tugas sekolah tetapi menyenangkan bagi mereka, menarik bagi mereka. memberikan arahan apa dampak negatif dari hal semacam judul artikel ini. Dan semua ini tak lepas dari kedua orang tua atau orang yang ada didekat mereka, orang tua ini adalah pengganti pembimbing pada saat mereka diluar jam pelajaran.
C. Kesan-kesan
Begitu banyak kesan yang dialami selama melaksanakan penyuluhan kesehatan di SMK Nurul Qalam Makassar, kepala sekolahnya serta Guru-gurunya begitu ramah, sehingga tidak begitu sulit untuk mengadakan penyuluhan kesehatan disekolah tersebut. Para siswanya sangat senang diadakannya penyuluhan disekolah mereka.
Kendala yang sedikit menghambat penyuluhan kesehatan yaitu, pihak sekolah tidak bisa menyiapkan LCD sehingga penyuluhan kesehatan diberikan lewat ceramah saja.









BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
keseringan nonton film porno bisa merusak bagian otak. Bahayanya, bahkan lebih ganas dari pada kita mengkonsumsi narkoba yang hanya merusak tiga bagian otak anda saja, sementara jika menonton film porno akan ada lima bagian otak yang terserang.
Fornograpi dapat merusak lima bagian otak kita, sedangkan narkoba yang rusaknya hanya tiga,"tutupnya. bahaya akibat seringnya nonton film porno akan mengkeredilkan otak kita. "Fornografi adalah perusak otak, lebih dari methapetamin. Bagian otak prefrontal conteks kita akan hancur. Bagian tersebut merupakan bagian otak yang mengontrol moral dan nilai, pengontrolan diri, dan pengambilan keputusan," Rusaknya otak prefrontal conteks, akan membuat perasaan kita selalu kacau, makanya kita akan selalu ketergantungan untuk melihat film porno. "Saat melihat film porno, sistim limbik kita akan bekerja, sehingga keluarlah dufamin atau hormon kenikmatan,
diibaratkan, ketika seorang anak menyukai satu gelas ice cream maka hormon kenikmatan tersebut hanya akan keluar untuk satu gelas ice cream. Bila ditambah lagi satu gelas ice cream maka hormon tersebut tidak akan keluar. "Sama seperti orang nge-seks atau nonton film porno, hormon terserbut akan keluar sampai batas kenikmatan puncak,"
B. Saran
 Untuk menghindari dampak dari film porno sebaiknya orang tua yang sangat berperang penting dalam mengawasi anak-anaknya.


RADIASI

BAB I
PENDAHULUAN
Handphone atau telepon seluler (ponsel), menimbulkan gelombang radiasi saat sedang aktif digunakan, yakni saat menerima maupun melakukan panggilan. Mungkin kita belum menyadari efek radiasi yang ditimbulkannya, ataupun tak mau ambil pusing terhadapnya. Dan sebaiknya, kita harus menunjukkan sikap peduli atas dampak yang diakibatkannya, mulai sekarang!
Handphone atau biasa disebut juga dengan panggilan hp, bukan merupakan barang asing bagi semua masyarakat diindonesia. Handphone sudah sudah banyak memiliki, termasuk anak-anak sekalipun. Hanya saja bagi orang tua harus hati-hati untuk membekali handphone pada anak-anak. Meski pun handphone mungkin ada manfaat positifnya tetapi ada juga dampak negatifnya. Apabila pengguna tidak terkontrol dan terarah, disamping menyebabkan pemborosan pulsa bisa juga dikhawatirkan disalah gunakan untuk mengakses situs porno dari internet.
Pengaruh pengguna telepon selular pada anak-anak bisa bermacam-macam, tergantung lama pembicaran dan tinggi rendahnya nadanya. Jika frekuensi paparan bunyi hanya sebentar, si anak-anak tidak mengalami gangguan pendengaran. Tetapi jika dia menggunakan terlalu lama telepon selular terlalu lama untuk berbicara, pendengaran si anak bisa terganggu
Pada anak-anak, gejala yang pertama kali terlihat adalah telinga terdengung. Lama-kelamaan, ia akan mengalami penurunan frekuensi pada nada tingginya. Artinya begitu frekuensi anda tinggi, telinganya langsung terdengung
Pada penelitian terakhir oleh tim dari Technion, Israel ditemukan hubungan antara radiasi gelombang mikro, yang biasanya terdapat pada handphone dengan beberapa macam gangguan pada mata. Paling tidak satu jenis gangguan terus berakumulasi dari waktu ke waktu dan tidak sembuh, menantang pandangan umum dan dunia riset tentang durasi dari terkena radiasi. Para ilmuwan juga berkata standar radiasi sekarang kemungkinan dapat berubah.
Efek dari terkena radiasi elektromagnetik telah lama menjadi subjek debat pada ilmuwan. Perkembangan teknologi dalam duapuluh tahun lagi seperti handphone, komunikasi nirkabel, monitor hingga kabel listrik bertegangan tinggi telah dipelajari sebagai faktor beresiko untuk kanker dan penyakit-penyakit lainnya. Tidak begitu mendapatkan perhatian publik, tetapi masih menjadi bahan ekstensif penelitian, adalah mempelajari efek dari radiasi gelombang mikro pada sistem visual terutama mata. Motivasi dasar dari riset ini adalah sejak diketemukannya bahwa operator radar di Perang Dunia II memiliki resiko lebih besar untuk terkena katarak (pengaburan pandangan dari lensa mata). Walaupun kecurigaan ini seringkali diperdebatkan, ini adalah untuk pertamakalinya radiasi elektromagnetik diketahui membahayakan. Lebih lagi, mata sebagai detektor radiasi alamiah adalah pilihan penting untuk meneliti efek radiasi elektromagnetik terhadap tubuh manusia.
Pada penelitian terhadap hewan, pembentukan katarak pada mata hewan telah menjadikan standar Non-Ionizing Radiation Protection (ICNIRP) pada tahun 1998. Ukuran standar untuk mengukur besaran radiasi gelombang mikro adalah dengan Specific Absorption Rate (SAR) yang mengukur energi per berat tubuh (Watt/Kg). Ini adalah standar yang digunakan perusahaan pembuat handphone untuk mengukur besaran radiasi. Saat energi gelombang mikro melewati tubuh, ada yang diserap dan diubah menjadi panas karena konduksi ion. Panas ini menjadi temperatur yang meningkat di bagian tubuh. Penelitian terakhir pada hewan memperlihatkan peningkatan suhu di dekat mata (sekitar 3 derajat Celcius) memperbesar resiko untuk katarak. Dengan tingkat SAR rendah mungkin suhu setinggi ini tidak akan tercapai. Cara yang kurang terkenal adalah dengan Specific Energy Absorption (SA) yang mengukur besaran energi yang diserap tubuh dibagi dengan berat tubuh. Apabila SAR adalah ukuran dari radiasi gelombang mikro yang diserap tubuh, SA adalah ukuran dari total energi yang diserap. Perbedaannya memberikan efek signifikan pada penelitian terakhir tentang dampak radiasi gelombang mikro terhadap mata.















BAB II
ISI
A. Radiasi Handphone
Ponsel sudah menjadi kebutuhan primer warga era kini, tanpanya dunia serasa sepi..tak ada yang bisa diajak ngobrol kapanpun dimanapun,tapi penggunaan HP bisa menyebabkan gangguan otak walaupun dampak yang terasa tidak secara langsung.Radiasi yang dipancarkan ke HP-HP kita bisa menyebabkan kerusakan saraf dan biasanya gejala awal bagi pengguna HP adalah sakit kepala/pusing. karna itu disarankan, menggunakan Loudspeaker/handsfree ketika sedang mengobrol (headset/earset juga tidak disarankan karena sifatnya sama saja dapat merusak saraf) dan jangan terlalu lama menaruh HP dekat sekali dengan tubuh kita(seperti di saku celana, baju atau ditaruh di samping kepala)
Dewasa ini penggunaan HP meningkat pesat. Pada masyarakat modern, HP sudah menjadi sebuah kebutuhan primer. Padahal penggunaan HP itu sendiri ternyata menimbulkan radiasi yang cukup berbahaya bagi kesehatan. Pada HP terdapat transmitter yang mengubah suara menjadi gelombang sinusoidal kontinu yang kemudian dipancarkan keluar melalui antenna dan gelombang ini berfluktuasi melalui udara. Gelombang RF(radio frequency) inilah yang menimbulkan radiasi elektromagnetik.
Radiasi elektromagnetik terdiri dari gelombang elektrik dan energi magnetik dengan kecepatan cahaya. Semua energi elektromagnetik jatuh pada spectrum elektromagnetik, yang rangenya dari radiasi ELF(extremly low frequency) sampai sinar X dan sinar Gamma. Ketika orang menelpon, HPnya diletakkan dekat kepala. Pada posisi ini, peluang radiasi dari HP diserap oleh jaringan tubuh sangat besar. Beberapa institusi menyatakan bahwa radiasi dari penggunan HP tidak berbahaya. Dan memang radiasi HP tersebut, yang tergolong gelombang RF, tidak cukup berbahaya. Tapi bukan berarti kemungkinan adanya efek samping tidak ada.
Radiasi RF pada level tinggi dapat merusak jaringan tubuh. Radiasi RF punya kemampuan untuk memanaskan jaringan tubuh seperti oven microwave memanaskan makanan. Dan radiasi tersebut dapat merusak jaringan tubuh, karena tubuh kita tidak diperlengkapi untuk mengantisipasi sejumlah panas berlebih akibat radiasi RF. Penelitian lain menunjukkan radiasi non-ionisasi (termasuk gelombang RF) menimbulkan efek jangka panjang
Hasil sebuah percobaan pengukuran paparan gelombang radiasi dari beberapa ponsel yang sedang aktif digunakan. Cara pengukuran ini menggunakan suatu alat yang namanya radiasi meter. Radiasi meter ini merupakan satu alat ukur, yang biasanya dipakai juga untuk mendeteksi adanya pancaran radiasi dari suatu sumber ( X-Ray ataupun Gamma-Ray ) oleh para pekerja radiasi. Dan dengan alat ini, akan dicoba untuk mengetahui, seberapa besar radiasi yang ditimbulkan, saat ponsel menerima panggilan.
Perangkat headset atau ponsel yang diukur radiasinya adalah ponsel bermerk Siemens C35, S35, M35, Nokia 3310, 3330 dan Ericcson T10s (Pengambilan sample terhadap ponsel ini adalah acak, dan tidak ada maksud untuk mendiskreditkan salah satu merek maupun type ponsel tertentu). Saat ponsel aktif menerima panggilan, ponsel tersebut ditempelkan pada radiasi meter, seperti halnya kalau kita memakai ponsel dengan menempelkan di telinga. Di sini radiasi meter mencatat adanya paparan radiasi antara 5 mili rem /jam bahkan ada yang sampai 80 mili rem /jam. Padahal, ambang batas yang bisa diterima oleh manusia secara umum adalah 0,125 mili rem /jam-nya.
Kemudian, hal ini kita ulangi lagi, tetapi jarak ponsel tersebut dijauhkan kurang lebih 5 cm dari radiasi meter. Disini radiasi meter menunjukkan penurunan paparan radiasinya. Saat ponsel jarak ponsel diperlebar terhadap radiasi meter, yakni kira-kira 10 cm, hanya beberapa jenis perangkat ponsel saja yang masih menimbulkan radiasi, tetapi jumlahnya sangat minim atau kecil.
Dalam penelitian tersebut, telah diperhitungkan mengenai ke-’tidak valid’-an alat pengukur yang digunakan. Namun setidaknya, hasil yang diperoleh dari percobaan tersebut dapat kita jadikan acuan mengenai efek radiasi yang kita terima saat ponsel tersebut kita pakai.
Oleh karena itu, sebaiknya sejak saat ini kita mencoba untuk meminimalisir efek radiasi yang kita terima. Berbagai usaha bisa kita lakukan, seperti: Menjaga jarak sejauh mungkin, antara telinga dan ponsel, saat kita sedang aktif berbicara. Kemudian, menggunakan aksesoris yang dapat mengurangi efek radiasi dari ponsel. Atau dapat juga dengan menggunakan hand set atau handsfree, sehingga radiasi yang keluar dari ponsel tidak akan langsung mengenai tubuh kita
B. Dampak Ditimbulkan
• Kanker
• Tumor otak
• Alzheimer
• Parkinson
• Gangguan pada mata ( Mis Katarak )
• Fatigue (terlalu capai)
• Sakit kepala
• Kemandulan,Dll

C. Saran untuk mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan
• Menggunakan hand-free headset
• Menggunakan HP yang antennanya sejauh mungkin dari kita
• Jauhkan antenna selama pemakaian
• Kurangi menelpon menggunakan HP dalam gedung
• Mempergunakan HP di ruangan terbuka sesering mungkin
• Kurangi pemakaian untuk anak-anak














D. Tabel

Tabel di atas memberikan satu gambaran bahwa Philips Genie, Nokia 5110, dan Ericsson T28 memiliki tingkat radiasi yg cukup tinggi, bahkan hampir mendekati ambang batas bahaya yang ditentukan FCC, yaitu 1.6 watt/kg. Selain itu juga dapat dilihat bahwa Motorola V3688 memiliki tingkat radiasi paling rendah. Padahal sebenarnya radiasinya yang dipancarkan V3688 sangat tinggi, yaitu sebesar 1.58 watt/kg, namun karena handphone ini menggunakan design lipat (clam-shell) maka posisi antena berada di samping rahang (jauh dari otak), sehingga pengaruh pancaran radiasi dari antenna ke otak hanya sebesar 0.02 watt/kg saja. Untuk lebih jelasnya lihat pengaruh posisi antenna terhadap resiko kanker otak.


















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika kita mengaktifkan handphone, handphone akan menghantar gelombang radio ke pusat handphone, dan gelombang radio manapun juga sedikit banyak akan terserap oleh tubuh, yang berdampak terhadap kesehatan kita. Proses ini di sebut radiasi handphone.

B. Saran
Menggunakan HP hendaknya bergantian pd telinga kanan dan kiri. Sama halnya dgn olahraga berjalan atau lari. Semakin jauh akan terasa capek dan otot pegal. Ada masanya utk istirahat bagi otot pendengaran," ujarnya. Selain itu, lanjut Dr Eka, perlu diwaspadai efek samping gelombang elektromagnetik yg dipancarkan HP. Radiasi HP berakibat buruk terhadap tubuh manusia. Ia menyebutkan radiasi HP memancarkan 215 kali perdetik masuk ke sel-sel otak mengenai DNA dlm sel.

BAHAYA MEROKOK


BAB I
PROSES PENYULUHAN PROMOSI KESEHATAN

Pelaksanaan promosi kesehatan berupa penyuluhan kesehatan ke sekolah menengah khususnya di SK Nurul Qalam Makassar. Selain itu kami tidak hanya melakukan penyuluhan kesehatan tapi sekaligus memperkenalkan kampus Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Fisioterapi. Pelaksanaan promosi kesehatan antara lain :
Materi Promosi Kesehatan : Bahaya Merokok

Waktu Pelaksanaan : Pada hari Sabtu, 19 April 2009 pukul 12..30
sampai seleasai.

Temapt Pelaksanaan : Kelas X1 & X.II SMK Nurul Qalam
Makasaar

Jumlah Siswa : Siswa kelas X1 : 23orang
Siswa kelas XII : 5 orang
Pertanyaan dan Penjelasan :
1. Apakah rokok mentol lebih aman daripada tanpa mentol?
Rokok mentol tidak lebih aman daripada merek lainnya. Faktanya malah dapat lebih berbahaya. Mentol memberikan sensasi mendinginkan di tenggorokan saat asap dihisap. Hal ini juga menurunkan reflex batuk dan menutupi rasa kering di tenggorokan yang biasanya dirasakan perokok. Orang yang merokok rokok mentol dapat menghisap lebih dalam dan lebih lama.
Penelitian terbaru menunjukkan orang yang merokok mentol lebih sedikit yang berusaha untuk berhenti dan kurang berhasil berhenti saat mencoba berhenti.
2. Apakah merokok betul-betul membuat kecanduan?
Ya..nikotin di rokok yang menyebabkan kecanduan. Nikotin adalah zat adiktif seperti heroin dan kokain.
• Saat dikonsumsi dalam jumlah sedikit, nikotin memberikan perasaan nyaman yang membuat perokok ingin merokok lagi. Bekerja pada zat kimia di otak dan sistem saraf pusat yang mempengaruhi mood perokok. Nikotin bekerja mirip sekali dengan obat yang menimbulkan ketergantungan lainnya, dengan meningkatkan dopamine di otak (senyawa kimia). Nikotin juga memberikan sedikit adrenalin, cukup untuk meningkatkan denyut jantung dan meningkatkan tekanan darah.
• Nikotin samapai ke otak beberapa detik setelah diihisap dan memberikan efek dalam beberapa menit. Hal ini membuat perokok mengambil rokok lainnya. Jika perokok tidak merokok gejala putus zat muncul dan bertambah berat.
• Perokok biasanya mengambil 10 hisapan setiap rokok. Seseorang yang merokok satu pak per hari mendapat 200 asupan nikotin setiap hari.

FLU BURUNG

PENDAHULUAN
Flu burung (Avian influenza) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus Avian influenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah tejadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasala dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinferksi.
Pada manusia, gejala flu burung biasanya sama dengan gejala influenza konvensional yaitu demam, batuk, sakit tenggorokan dan nyeri otot. Tetapi flu burung dapat mengakibatkan komplikasi yang mengancam jiwa.
Sampai dengan 22 September 2005, WHO telah mencatat sebanyak 115 kasus dengan 59 kematian pada manusia yang disebabkan virus ini.
Tetapi flu burung dapat bersifat simptomatik sesuai dengan gejala klinik, serta dapat disertai dengan pemberian anti virus.

DEFENISI
Flu burung atau Avian influenza adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus influenza A subtype H5N1 yang menyerang burung (unggas) ayam yang dapat menyerang manusia dengan gejala demam >380 C, batuk, pilek, nyeri otot, nyeri tenggorokan dan pernah kontak dengan binatang tersebut dalam 7 hari terakhir.
DEFENISI KASUS
A. Kasus observasi
Demam >380C disertai > 1 gejala berikut :
- Batuk
- Radang tenggorokan
- Sesak napas
Dimana pemeriksaan klinis dan laboratoriumnya sedang berlangsung.
B. Kasus ”possible” (suspek)
Kasus suspek adalah seorang yang menderita ISPA dengan gejala demam >380C, batuk dan sakit tenggorokan dan atau sesak napas serta dengan salah satu keadaan berikut :
- Hasil tes laboratorium positif untuk virus influenza A tanpa mengetahui subtypenya.
- Kontak 1 minggu sebelum timbul gejala denghan penderita “confirmed”.
- Kontak 1 minggu sebelum timbul gejala dengan unggas yang mati karena sakit.
- Bekerja di laboratorium yang memproses sample dari orang atau binatang yang disangka terinfeksi Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI).
C. Kasus ”probable”
Kausus probable adalah kasus suspek desertai salah satu keadaan :
- Hasil laboratorium tertentu positif untuk virus influenza A (H5) sepereti tes antibodi spesifik pada 1 spesimen serum.
- Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneuminia/ gagal pernapasan/ meninggal.
- Terbukti tidak terdapat penyebab lain.
D. Kasus ”confirmed”
Kasus confirmed adalah kasus suspek atau probable didukung oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium :
- Kultur virus influenza A (H5N1) positif atau
- Hasil dengan pemeriksaan PCR positif untuk influenza H5 atau
- Peningkatan titer antibody spesifik H5 sebesar >4x atau
- Hasil dengan IFA positif untuk antigen H5.

EPIDEMIOLOGI
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dari unggas ke manusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feses. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran dan sekret burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Orang yang mempunyai resiko besar untuk terserang flu burung adalah pekerja peternakan unggas dan penjual unggas. Belum ada bukti adanya penularan pada manusia melalui daging unggas yang dikonsumsi.
Angka kejadian Aqvian influenza yang menginfeksi manusia sejak 1997 adalah :
 H5N1, Hongkong, 1997 ; Avian influenza A terjadi pada hewan di peternakan dan manusia. Ditemukan 18 orang dirawat di Rumah Sakit, 6 di antaranya meninggal.
 H9N2, China dan Hongkong, 1999 ; dilaporkan 2 angka kejadian, keduanya sembuh.
 H7N2, Virgina, 2002 ; dilaporkan 1 orang yang memiliki hasil pemeriksaan serologik H7N2 positif.
 H5N1, China dan Hongkong, 2003 ; dilaporkan 2 kasus dan 1 orang meninggal.
 H7N7, Netherland, 2003 ; dilaporkan KLB pada beberapa peternakan, kemudian terjadi pada beberapa babi dan manusia. Dilaporkan 89 orang menderita H7N7 influenza, kebanyakan pada pekerja peternakan, 1 orang meninggal.
 H9N2, Hongkong, 2003 ; dilaporkan pada 1 orang anak.
 H7N2, New York, November 2003 ; dilaporkan pada 1 orang penderita.
 H5N1, Thailand dan Vietnam, 2004 ; 12 orang di Thailand, 23 orang di Vietnam dengan total 23 orang meninggal.
 H7N3, Canada, 2004, gejalanya berupa infeksi mata.
Sampai dengan 22 September 2005, WHO mencatat 115 kasus dengan 59 kematian pada manusia akibat virus ini, dengan rincian :
 Indonesia : 3 kasus dengan 2 kematian
 Vietnam : 91 kasus dengan 41 kematiuan
 Thailkand : 17 kasus dengan 12 kematian
 Kamboja : 4 kasus dengan 4 kematian

ETIOPATOGENESIS
Virus penyebab flu burung adalah virus RNA berulir negatif, termasuk genus virus influenza A dengan anggota family orthomyxoviridae. Flu burung dapat menyebar melalui udara, makanan unggas, air, peralatan dan pakaian yang telah tercemar oleh unggas yang sakit maupun kotorannya. Dalam banyak kejadian, itik dan itik liar (wild waterfowl) seringkali ditemukan tahan terhadap virus tersebut sehingga dapat menjadi carrier yang menyebabkan virus ke ayam atau menyebarkan virus flu burung melintasi benua.
Virus influenza dibagi menjadi 3 tipe : A, B dan C berdasarkan struktur virusnya. Tipe A bertanggung jawab terhadap angka kejadian influenza letal pandemik, sedangkan tipe B terjadi pada daerah yang lebih sempit (lokal). Tipe C gejalanya ringan. Influenza tipe B dan C biasanya hanya ditemukan pada manusia, sednagkan tipe A dapat menginfeksi manusia dan binatang, termasuk burung, babi, kuda, ikan paus dan kuda laut.
Berdasarkan struktur protein permukaan (Henagglutinin dan Neuromidase) terdapat 15 subtipe HA dan 9 subtipe NA. Kedua subtipe ini dapat bergabung membentuk berbagai kombinasi subtipe. Setiap kombinasi membentuk subtipe yang berbeda. Subtipe virus flu A dapat menyebabkan influenza pada manusia yaitu subtipe H1N1, H1N2, H3N2, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, dan H7N7. Strain yang sangat virulen yang dapat menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00 C. Virus ini akan mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dengan detrgen desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.
Virus influenza tipe A selanjutnya dibagi menjadi strain-strain yang tersusun secara konstan. Kemampuan virus influenza mengubah susunan genetiknya dan menggantinya membuat virus ini tidak dapat diramalkan dan dapat bersifat mematikan.
Virus influenza dapat berubah secara cepat, terus menerus dan kadang-kadang berubah drastis melalui 2 cara :
1. Antigenic drift. Penyimpangan ini dalam skala yang kecil dan permanen yang terjadi pada materi genetik virus karena virus tidak dapat memperbaiki kerusakan genetik yang terjadi, sehingga terbentuk strain baru menggantikan yang lama.
2. Antigenic shift. Hal ini dapat terjadi jika virus influenza tipe A dari spesies yang berbeda seperti contoh burung dan manusia saling bertukar dan menggabungkan gen yang menghasilkan strain yang baru.
Penularan virus Avian influenza pada manusia melalui 2 cara :
1. Secara langsung dari unggas, lingkungan yang terkontaminasi virus ke manusia.
2. Melalui host penularan seperti babi.
Virus Avian influenza masuk ke tubuh dan langsung menyerang paru-paru, seiring dengan terganggunya fungsi paru-paru, pasokan oksigen ke seluruh tubuh akan ikut terganggu dan mengakibatkan kegagalan fungsi organ. Ketika kerusakan organ sampai pada tahap lanjut, korban beresiko meninggal.

GEJALA KLINIK
Gejala flu burung pada manusia pada dasarnay sama dengan fku biasa. Adanya variasi berupa :
- Demam (suhu badan >380 C)
- Batuk
- Lemas
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Tidak nafsu makan
- Muntah, nyeri perut, diare
- Nyeri sendi
- Infeksi selaput mata (konjungtivitis)
- Dalam keadaan memburuk, terjadi severe respiratory disdtress.
Masa inkubasi :
- Pada unggas : 1 minggu
- Pada manusia : 1-3 hari






PEMERIKSAAN LABORATORIUM
A. Rutin : Untuk mengetahui keadaan kesehatan pasien.
Darah lengkap : hemoglobin, lekosit, trombosit, LED, albumin/globulin, SGOT/SGPT, ureum/kreatinin.
B. Mikrobiologi
- Pemeriksaan gram dan basil tahan asam
- Kultur usap tenggorokan/sputum
C. Analisa Gas Darah
D. Pemeriksaan serologik
Dapat dilakukan rapid test terhadap virus influenza walaupun hasilnya mungkin tidak terlalu tepat dan deteksi antibodi (ELISA) serta antigen.
E. Pemeriksaan foto thoraks dengan gambaran infiltrat yang tersebar di paru menunjukkan pada kasus ini adalah pneumonia.

DIAGNOSIS
- Anamnesis
- Pemeriksaan fisis
- Laboratorium

PENATALAKSANAAN
- Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan) karena ditakutkan adanya transmisi melalui udara.
- Oksigenasi jika terdapat sesak napas, dan cenderung ke arah gagal napas dengan mempertahankan saturasi O2 >90%.
- Hidrasi, yaitu pemberian cairan parenteral atau minum banyak.
- Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti anajgesik/antipiretik, dekongestan dan antitusif.
- Amantadine/Rimantadine (obat penghambat hemaglutinin) diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam 48 jam pertama selama 3–5 hari dengan dosis 5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Dosisi diturunkan pada penderita usia lanjut dan penderita penurunan fungsi hati atau ginjal.
- Oseltamivir (obat penghambat neuromidase) diberikan untuk anak < 15 kg adalah 30 mg 2 kali sehari. Berat badan >15-23 kg adalah 45 mg 2 kali sehari, >23-40 kg adalah 60 mg 2 kali sehari. Dosis untuk penderita usia >13 tahun adalah 75 mg 2 kali sehari. Harus diberikan dalam waktu 36 jam setelah osnet influenza dan diberikan selama 5 hari.

KOMPLIKASI
- Pneumonia
- Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

PENCEGAHAN
A. Pada unggas
1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung.
2. Vaksinasi pada unggas yang sehat.
B. Pada manusia
1. Kelompok beresiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)
- Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis kerja
- Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinferksi flu burung
- Menggunakan alat pelindung seperti masker dan pakaian krja
- Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja
- Membersihkan kotoran unggas setiap hari
- Imunisasi
2. Masyarakat umum
- Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi dan istirahat cukup.
- Pengolahan unggas dengan cara yang benar yaitu :
• Pilih unggas yang sehat
• Memasak daging ayam sampai dengan suhu 800 C selama 1 menit dan telur sampai dengan suhu 640 C selama 4,5 menit.





PERAN PERAWAT KOMUNITAS DALAM MENGANGANI KASUS
FLU BURUNG DI MASYARAKAT

Sebelum membahas tentang peran perawat dalam penanganan kasus flu burung ini, maka perlu diketahui terkebih dahulu peran perawat komunitas. Peran perawat komunitas tidak terlepas dari peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga, karena lingkup perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga dan kelompok. Oleh karena itu peran perawat dalam hal ini adalah sebagai berikut :
1. Peran pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dan masyarakat agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga /masyarakat.
Peran perawat sebagai pendidik dalam mengangani kasus flu burung yaitu perawat harus memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bagaimana cara pencegahan dan penularan penyakit flu burung ini. Cara pencegahan yang harus diajarkan kepada masyarakat antara lain penanganan terhadap kelompok beresiko tinggi. Kelompok beresiko tinggi terkena flu burung adalah mereka yang bekerja di lahan peternakan dan pedagang unggas.
Pendidikan yang harus diajarkan kepada mereka ini adalah mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis kerja, hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung, menggunakan alat pelindung seperti masker dan pakaian kerja, meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja, membersihkan kotoran unggas setiap hari dan imunisasi. Perawat juga memberikan pendidikan tentang pencegahan penyakit flu burung ini kepada masyarakat umum. Pendidikan yang diberikan adalah menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi dan istirahat cukup, pengolahan unggas dengan cara yang benar yaitu pilih unggas yang sehat, memasak daging ayam sampai dengan suhu 800C selamam 1 menit dan telur sampai dengan suhu 640C selama 4,5 menit.
2. Peran koordinator
Kordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kesehatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
Peran perawat sebagai koordinator dalam menangani kasus flu burung di masyarakat adalah perawat mampu mengkordinir masyarakat/keluarga dalam upaya-upaya kesehatan terutama yang menyangkut flu burung, mulai dari preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif.
3. Peran pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien baik di klinik, RS, rumah maupun di masyarakat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan langsung. Kontak pertama perawat kepada masyarakat melalui anggota keluarga/masyarakat yang sakit.
Peran perawat sebagai pelaksana dalam menangani kasus flu burung adalah memberikan asuhan keperawatan langsung kepada penderita dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan ini merupakan metode ilmiah yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi klien. Dalam pendekatan proses keperawatan ini perawat melakukan asuhan keperawatan dengan tahap-tahap proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
4. Peran pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga/masyarakat.
Perawat sebagai pengawas kesehatan dalam masalah flu burung adalah melakukan pengawasan terhadap masyarakat yang terpapar dengan virus flu burung yaitu pasien maupun masyarakat beresiko tinggi terkena virus flu burung dan masyarakat umum.
5. Peran konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga/masyarakat di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar masyarakat mau meminta nasihat kepada perawat, maka hubungan perawat dengan masyarakat harus dibina dnegan baik, perawat harus terbuka dan dapat dipercaya.
Perawat sebagai konsultan dalam menangani kasus flu burung adalah perawat mampu memberikan/menjawab berbagai persoalan dan masalah yang ditanyakan oleh keluarga dan masyarakat yang menyangkut flu burung, dan perawat mampu untuk memberikan solusi dan rencana-rencana apa yang akan dilakukan kedepannya.
6. Peran kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan RS atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga/masyarakat yang optimal.
Perawat sebagai kolaborator dalam mengangani kasus flu burung yaitu perawat mampu untuk melaporkan kejadian ini baik secara vertikal maupun secara horisontal. Perawat komunitas melaporkan kasus ke puskesmas dan dinas kesehatan kota/kabupaten dan juga perawat komunitas mampu untuk berkolaborasi dengan dokter atau RS yang berkompeten untuk mewrawat penderita flu burung.
7. Peran penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
Perawat sebagai penemu kasus dalam mengidentifikasi penyakit flu burung adalah perawat mampu mengenali gejala dini dari penyakit flu burung dengan menggunakan konsep teoritik yang dimilikinya, perawat mampu mengenali tanda awal dari penyakit flu burung yang didukung oleh rowayat pasien terpapar dengan unggas pada 7 hari terakhir. Peran ini sangat penting dimana kalau seorang perawat tidak mampu mengenali masalah ini maka tyidak dapat dipungkiri bahwa wabah flu burung dapat terjadi dan ini mengakibatkan endemi dan tidak ditangani secara cepat dan tepat, maka dapat mengancam jiwa.


8. Peran fasilitator
Peran perawat komunitas di sini ialah membantu keluarga/masyarakat di dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan. Kendala yang sering dialami keluarga/masyarakat adalah keraguan di dalam menggunakan fasilitas kesehatan, masalah ekonomi dan sosial budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan misalnya sistem rujukan dan dana sehat.
Perawat komunitas harus mampu memfasilitasi keluarga/masyarakat dalam menggunakan pelayanan kesehatan, perawat mampu menjelaskan kepada keluarga/ masyarakat tentang pentingnya menggunakan pelayanan kesehatan. Apabila perawat komunitas menemukan keluarga/masyarakat dengan ekonomi lemah yang terkena flu burung, maka perawat mampu memfasilitasinya untuk mendapatkan dana sehat yang mana dana sehat ini sangat berguna dan dapat digunakan di puskesmas maupun di rumah sakit.
9. Peran modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus mampu memodifikasi lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
Peran perawat komunitas sebagai modifikator lingkungan dalam mengangani kasus flu burung adalah perawat komunitas mampu untuk bersama-sama masyarakat pekerja peternakan unggas untuk membersihkan kotoran unggas setiap hari demi mencegah penularan yang luas. Dan karena virus flu burung juga dapat menular melalui udara pernapasan, maka modifiksi lain juga yang dilakukan adalah penggunaan masker oleh pekerja peternakan unggas.
Inti dari semua peran perawat komunitas ada 3 peran yaitu :
a. Peran pelaksana
Peran pelaksana dari perawat komunitas dalam menagnagi kasus flu burung ini yaitu memberikan asuhan keperawatan langsung kepada penderita, keluarga maupun masyarakat dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
b. Peran kepemimpinan
Peran kepemimpinan dari perawat komunitas dalam menangani kasus flu burung adalah perawat mampu memnpengaruhi masyarakat untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan dan penularan dari virus flu burung dan bersama-sama dnegan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya-upaya kesehatan.
c. Peran peneliti
Peran peneliti dari perawat komunitas ini bukan berarti melakukan penelitian seperti yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu pendidikan tinggi. Penelitian yang dimaksud di sini adalah melakukan kajian-kajian masalah kesehatan dan dapat dipaparkan kepada orang lain. Pada kasus flu burung ini, perawat peneliti melakukan kajian-kajian tentang flu burung dan dapat dipaparkan kepada masyarakat/keluarga maupun tenaga kesehatan lain untuk dilakukan kontribusi-kontribusi yang dapat digunakan di bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama T.Y, Flu Burung di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, UI, Jakarta, 2004

Brunner&Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, 2002

Depkes RI, Aspek Veteriner dan Epidemiologi Anti Influenza, Direktur Kesehatan Hewan, Jakarta, 2004

Priyanti Z.S, Influenza Burung Pada Manusia, Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, FKUI, Jakarta, 2004

Soroso T, Antisipasi Depkes Dalam Menghadapi Flu Burung, Depkes RI, Jakarta, 2004

__________, Makalah Kuliah Asuhan Keperawatan Keluarga, PSIK FK Unhas, Makassar, 2005

__________, Flu Burung Imun Terhadap Tamiflu, www.kcm.co.id, Jakarta, 2005


CARA MENGANGKAT, DUDUK YANG BAIK

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan INDONESIA SEHAT 2010. Salah satunya adalah melakukan penyuluhan kesehatan.
Begitu banyak masalah yang timbul dalam masyarakat , mulai dari adanya HIV AIDS, POLIO, AGB dan lain sebagainya akan tetapi ada salah satu permasalahan yang hamper terlupakan, yaitu masalah apa dan bagaimana cara duduk yang sehat itu.
Factor resiko terjadinya gangguan pada tulang belakang karena tegangnya postur tubuh dan beberapa aktivitas yang dilakukan dengan tidak benar seperti duduk yang lama. Duduk lama pada murid sekolah ataupun mahasiswa mengakibatkan nyeri pada punggung .
Masalah nyeri punggung yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi saat ini. Ternyata, 60 % orang dewasa mengalami nyeri punggung karena masalah duduk yang terjadi pada mereka yang bekerjja atau aktivitasnnya banyak dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunka sekitarnya.
Fenomena diatas sekarang terjadi pada siswa sekolah. Lamanya jumlah jam pelajaran yang harus diikuti siswa mengakibatkan lebih banyak dihabiskan dengan duduk dibangku sekolah mengikuti proses belajar mengajar.
Dari gambaran di atas jelas bahwa sebagian aktivitas siswa sekolah dihabiskan dengan posisi duduk yang lama saat proses belajar mengajar, hal ini menjadi resiko tterjadinya gangguan pada punggung. Hal-hal yang harus dihindari selama duduk agar tidak berakibat fatal bagi ksehatan tulang belakang antara lain duduk dengan posisi yang baik dan hindari dengan posisi yang sama dalam waktu lebih dari 30 menit. Atas dasar itulah dilakukannya penyuluhan tentang bagimana cara duduk yang sehat pada siswa sekolah.
B. Tujuan
Dilakukannya penyuluhan ini adalah
1. Agar siswa sekolah dapat mengetahui bagaimana cara duduk yang sehat itu
2. Memberikan informasi pada siswa sekolah
3. Menjalin hubungan baik dengan sekolah yang dikunjungi
4. Merupakan tugas mahasiswa yang harus diselesaikan pada mata kuliah promosi kesehatan









BAB II
PEMBAHASAN MATERI

A. Posisi duduk yang sehat
Duduk adalah suatu posisi tubuh torso vertical dengan badan bertumpu pada bokong. Duduk dapat dimanfaatkan untuk beristirahat jika dalam posisi dan jangka waktu yang tepat. Disbanding dengan berdiri, duduk dapat memberikan kenyamanan dan kestabilan. Duduk dengan posisi yang baik adalah postur tubuh dengan kepala tegak, lengan dan tungkai rileks serta dapat memberikan stabilitas yang baik. Posisi duduk sangat dipengaruhi oleh design kursi. Idealnya kursi yang baik adalah yang dapat mendukung postur pada saat duduk.
Buruknya postur tubuh, kegemukan (obesitas) dan gerakan yang kurang tepat selama bertahun-tahun, akan mengakibatkan kelainan pada otot dan diskus, bahkaan dapat berakibat nyeri punggung.
Duduk dalam posisi tegak 90 derajat, kerap menyebabkan timbulnya pergerakan sendi belakang sehingga tubuh tidak seimbang. Maka itu, posisi duduk santai dengan postur miring 135 derjat adalah posisi terbaik. Dalam posisi ini tulang belakang akan berada dalam posisi ideal, dimana tulang belakang bagian bawah akan berbentuk seperti huruf S.
Posisi duduk dengan sudut kemiringan 135 derajat akan memperbaiki sirkulasi darah dibagian bawah tubuh, sehingga dapat gangguan varises selulit, dan penggumpalan darah di kaki serta mengurangi kelelahan di kaki. Tubuh akan terasa lebih rileks, sehingga mengurangi terjadinya ketegangan otot. Duduk dengan posisi kemiringan 135 derjat juga akan menghasilkan mobilitas yang lebih baik.
Adapun cara duduk yang baik adalah :
a) Tegak dengan sandaran bangku yang vertical
b) Kedua tangan diletakkan di kedua sisi kursi dengan santai
c) Telapak kaki rata selevel dengan lantai
d) Leher tidak menempel pada sandaran kursi
e) Kursinya memiliki bantalan yang cukup padat / sandaran
Yang rata
Posisi tegak dan siap ini penting bagi tulang belakang karena melindungi :
a) Urat syaraf yang berhubungan dengan otak
b) Fungsi urat syaraf yang diperlukan bagi tubuh untuk bias berdiri dan berjalan
c) Urat syaraf yang diperlukan bagi tulang belakang agar kita bisa menekuk tubuh dan bergerak
d) Susunan tulang yang menyangga kepala
B. Gangguan yang dialami
Kebanyakan orang dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari melupakan masalah posisi tubuh. Sikap tubuh yang baik sangat penting karena akan membantu tubuh bekerja maksimal, juga membuat daya tahan dan pergerakan tubuh jadi efektif, disamping itu menyumbang kesehatan secara menyeluruh. Sikap yang tidak baik juga memicu cepat lelah, ketegangan otot, dan rasa sakit.
Banyak orang yang menderita sakit punggungternyata bermula dari kebiasaan salah yang mereka lakukan. Akibatnya, posisi dan fungsi organ-organ vital, khususnya di daerah perut ikut terpengaruh. Selain itu postur tubuh yang baik membuat penampilan menjadi memikat sehingga meningkatkan rasa kepercayaan diri.
Bahwa posisi duduk yang baik tegak maupun membungkuk dalam jangka waktu lebih dari 30 menit dapat mengakibatkan kelainan-kelainan pad tulng belakang. Ada hubungan bermakna antara duduk lama saat melakukan suatu pekerjaan.
Kelaianan yang sering terjadi akibat dari kesalahan duduk antara lain yaitu :
LBP (NYERI PINGGANG BAWAH)
Adalah nyerri daerah punggung antara sudut bawah costa (sekitar ekor). Nyeri juga bisa menjalar kedaerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
Gejala yang dirasakan pada orang yang menderita LBP bermacam-macam seperti nyeri rasa terbakar, nyeri tertusuk, nyeri tajam hingga kelemahan pada tungkai.
a. Penyebab
Penyebab yang paling sering ditemukan yang dapat mengakibatkan LBP adalah kekuatan spasme otot punggung oleh karena aktivitas yang kurang baik serta tegangnya postur tubuh.
b. faktor resiko terjadinya LBP
obesitas
Berat badan yang ebrlebihan akan meneybabkan tumpukan lemak yanh ;ebih banyak sehingga tekanan padatulang belakang menjajdi lebih besar yang dapat meningkatkan resiko terjadinya LBP.
Kehamilan
LBP pada saat kehamilan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kelemahan otot-otot abdomen karena kemhamilan. Selain itu pada masa pertengahan kehamilan massa uterus menjadi lebih berat sehingga pusat gratvitsi ibu hamil berubah mengakibatkan postur ibu berubah sehinggga dapat mengakibatkan LBP.
Sikap tubuh yang salah
Kebanyakan orang dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari sering melupakan msalah posisi tubuh. Sikap tubuh yang baik sangat penting karena akan membantu tubuh bekerja maksimal. Juga membuat daya tahan dan pergerakan tubuh jadi efektif, disamping itu menyumbang kesehatan secara menyeluruh.
Tidak hanya itu postur yang baik ternyata juga pencegah terbaik agar postur tidaj jadi buruk. Jika sikap tubuh tidak baik, selain tulang-tulang jadi tidak lurus, otot-otot, ruas, serta ligament (jaringan pengikat sendi) pun akan tertarik lebih keras. Sikap yang tibak baik juga memicu cepat lelah, ketegangan otot, dan akhirnya rasa sakit.
Selain LBP, kelainan yang sering terjadi pada tulang belakang adalah :
LORDOSIS
Yaitu tulang belakang yang melengkung atau membengkok kearah depan. Gejala yang timbul akibat lordosis yang paling sering alah penonjolan pada bagian ekor dari vertebra.
Gejala lain bervariasi sesuai dengan gangguan lain yang menyertainya seperti distrofi muskuler, gangguan perkembangan paha, dan gangguan neuromuskuler.
Nyeri pinggang, nyeri yang menja;ark e tungkai dan perubahan pola buang air besar dan buang air kecil dapat terjadi pada lordosis, tetapi jarang. Jika terjadi gejala ini, dibutuhkan pemeriksaan lanjut oleh dokter.
Selain itu, gejala lordosis juga seringkali menyerupai gejla gangguan atau deformitas tulang belakang lainnya, atau dapat diakibatkaan oleh infeksi atau cedera tulang belakang.
Tujuan dari pengobatan lordosis adalah menghentikan semakin membenkoknya tulang belakang dan mencegah deformitas (elainan bentuk). Penatalaksanaan lordosis tergantung pada penyebab lordosis. Latihan untuk memperbaiki sikap tubuh dapat dilakukan jika disebabkan oleh kelainan sikap tubuh.lordosis yang terjadi akibat gangguan paha harus diobati bersama dengan gangguan paha tersebut.
KIFOSIS
Adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi akibat trauma, gangguan perkembangan atau penyakit degenaratif. Kifosis berasal dari bahasa Yunani, kyphos yang berarti punuk). Kifosis sering dihubungkan dengan skoliosis, tulnag belakang melengkung menyamping. Kifosis sering dihubungkan dengan skoliosis, tulang belakang melengkung menyamping. Baru disebut kifosis bila lengkungannya lebih dari 40 derajat. Jika lebih dari 50 derajat dianggap tidak normal.
Kifosis ringan mungkin belum disadari Karena nyaris tidak menimbulkan keluhan kecuali rasa lelah, punggung nyeri, serta kaku yang awalnya dianggap wajar akibat kegiatan harian. Secara umum dikenal tiga jenis kifosis, yaitu :
congenital kyphosis, kelainan bawaan sejak di rahim ibu yang harus diatasi sedni mungkin, sebelum berusia 10 tahun
postural kyphosis, yang paling banyak ditemui (pda remaja putrid) dan biasa disebut “bungkuk udang”. Jarang menyebabkan nyeri dan tidak menimbulkan gangguan saat dewasa. Mengatasinya dengan memperkuat otot perut dan lutut yang membuat lebih nyaman.
Ketiga, Scheuermann’s khyphosis (diambil dari nama radiolog Denmark yang pertama kali menandainya). Banyak terjadi di usia belasan tahun terutama pada remaja pria yang terlalu kurus. Bisa mempengaruhi tulang punggung atas dan bawah (panggul). Gerak tertentu bisa memicu nyeri dan akhirnya tak kuat duduk atau berdiri lama. Bisa diatasi dengan memakai brace (rompi penyangga batang tubuh), latihan memperkuat tulang belakang, dan pemberian obat anti radang pereda nyeri.
SKOLIOSIS
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik. Vertebra cervical, thoracal dan lumbal membentuk columna vertical dengan vertebraSkoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik. Vertebra cervical, thoracal dan lumbal membentuk columna vertical dengan pusat vertebra berada pada garis tengah.
Skoliosis adalah deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional. Bentuk yang paling sering dijumpai adalah deformitas tripanal dengan komponen lateral, anterior dan rotasional.
Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis struktur dan non structural (postural). Pada skoliosis postural, deformitas bersifat atau sebagai kompensi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalanya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang.
Pada skolisis structural terdapat deformitas yang tidak dapat diperbaiki pada segmen tulang belakang yang terkena. Komponen penting dari itu adalah rotasi vertebra, processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva. Skolisois structural dapat dibagi menjadi dapat dibagi menjadi tiga kategori utama : konginetal, neuromuscular, dan skolisis idiopatik.
C. Cara mencegah dan cara yang dapat dilakukan
Duduk dalam posisi tegak 90 derajat, kerap menyebabkan timbulnya pergerakan sendi belakang sehingga posisi tubuh tidak seimbang. Maka itu, posisi duduk santai dengan miring 135 derajat adalah posisi terbaik. Dalam posisi ini, tulang belakang akan berada dalam posisi ideal, dimana tulang belakang akan berada dalam posisi ideal, dimana tulang belakang bagian bawah akan berbentuk seperti huruf S.
Penatalaksanaann yang terbaik pada nyeri punggung pada umumnya berdasarkan penyebab gangguan itu sendiri. Fisioterapi merupakan salah satu cara terapi untuk mengatasi masalah nyeri punggung yang salah akibat dari kesalahan dalam beraktiviatas misalnya duduk. Disamping kerap pula digunakan untuk rehabilitasi medic pasien stroke.
Fisioterapi adalah latihan untuk membuat kondisi pasien lebih baik dari sebelumnya. Teknik fisioterapi menitikberatkan tujuan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak atau fungsi yang terganggu , kemudian diikuti dengan proses atau metode terapi gerak.
Agar kita tidak mengalami kelainan akibat kesalahan duduk, dianjurkan kita duduk pada posisi yang benar :
a. Jangan terlalu sering membengkokan tubuh ke depan/belakang/samping.
b. Jika du2k terlalu lama > 1 jam, disarankan u/ melakukan relaksasi2 agar tubuh tidak mengalami kelelahan.
c. Du2k tegak, punggung rpt ke sandaran kursi. Kursi sebaiknya ckp rendah agar kaki bisa menapak ke lantai dgn lutut lbh tinggi dari paha.
Untuk mengatur properti sekolah dapat dilaksanakan dalam 2 tahap :
1. kursi harus diatur dengan ketinggian sisi depan kursi sama dengan bagian bawah dari lutut si murid. Sudut antara paha dan badan sebaiknya sedikit lebih besar dari 90 derajat. Dengan begitu, kedudukan sendi pinggul akan berada lebih tinggi dari sendi lutut. Telapak sepatu si murid harus menapak lantai.
2. ketinggian meja harus diatur sesuai dengan tempat duduk paduannya, Posisi optimal untuk bekerja atau belajar dpt dicapai bila meja tidak hanya dpt diatur ketinggiannya, tetapi juga kemiringan permukaannya sekitar 16-20 inchi. Jadi, permukaan area tulis dan baca akan menjadi pas & nyaman. Posisi tubuh bagian atas dan kepala juga tegak.

BAB III
PROSES PENYULUHAN
A. Cara penyuluhan
Penyuluhan kesehatan yang dibawakan berjudul “ CARA DUDUK TENTUKAN KESEHATAN TUBUH”, dilakukan diruangan kelas, dengan jumlah siswa sekitar 45 orang gabungan dari kelas 1, 2, dan 3, masing-masing 18 orang dari kelas 1, 12 orang dari kelas 2, dan 15 orang dari kelas 3.
Dilakukan dengan membagikan 15 hand out dan memberikan ceramah kepada siswa . Proses penyuluhan dimulai dari jam 13.15 sampai selesai, berlangsung kurang lebih 45 menit.
Timbul beberapa pertanyaan dari pembahasan yang dibawakan , yaitu :
1. Apakah fisioterapi itu ?
Semua siswa yang diberikan penyuluhan tidak tahu sama sekali tentang fisioterapi, yang mereka ketahui hanya kampusnya saja. Pada umumnya yang mereka ketahui hanya kebidanan, keperawatan, dan bidang kesehatan lainnya.
Fisioterapi adalah salah satu profesi yang bergerak diberbagai aspek pelayanan kesehatan, baik aspek promotif, kuratif maupun rehabilitative yang bertanggung jawab untuk meningkatkan terhadap kesehatan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Kaitannya dengan materi “cara duduk tentukan kesehatan tubuh” adalah bagaimana seorang fisioterapi bukan hanya menjelaskan tentang akibat dari kesalahan dalam duduk akan tetapi menjelaskan tentang bagaimana seharusnya cara duduk yang sehat itu.
2. Tindakan yang dilakukan sebelum terjadi kelainan pada tulang belakang ?
a) Jangan terlalu sering membengkokan tubuh ke depan, belakang, dan samping.
b) Jika duduk terlalu lama > 1 jam, disarankan untuk melakukan relaksasi-relaksasi agar tubuh tidak mengalami kelelahan.
c) Duduk tegak, punggung rapat ke sandaran kursi. Kursi sebaiknya cukup rendah agar kaki bisa menapak ke lantai dengan lutut lebih tinggi dari paha.
d) Kepala menghadap lurus ke depan, jangan menunduk jangan pula terlalu dan jangan pula terlalu bungkuk
e) Jika merasa punggung bagian bawah melengkung ke bawah, silangkan kaki atau letakkan kedua kaki ke atas tempat kaki.

B. Kesan
Selama melakukan penyuluhan kesehatan di SMA Negeri 18 Makassar terdapat kendala-kendala. Yaitu pihak sekolah tidak bisa meyediakan LCD sehingga penyuluhan dilakukan dengan memberikan ceramah dan membagikan hand out kepada siswa sekolah. Kemudian kendala yang muncul yaitu siswa-siswanya kurang disiplin, kurang tertib dalam mengikuti penyuluhan.
Fokus dari penyuluhan kesehatan ini adalah untuk kelas 3, akan tetapi kelas 3 yang diharapkan hanya 15 orang, sehingga siswa digabung dari kelas 1, 2, dan 3
Selain kendala-kendala yang muncul saat melakukan penyuluhan, kesan yang menyenangkanpun ada. Para siswanya sangat senang diadakannya penyuluhan, rasa ingin tahu dari sebagian siswa sangat tinggi, akan tetapi sebagian besar siswa yang berperan aktif adalah kelas 1.
Masyarakat disekolah tersebut sangat ramah, mulai dari kepala sekolahnya, para TU sampai siswa-siswanya sehingga lebih mudah melakukan penyuluhan di sekolah tersebut.



• Perokok biasanya menjadi tergantung terhadap nikotin dan menderita gejala fisik dan emosional putus obat saat berhenti merokok. Gejala seperti gelisah, cemas, sakit kepala dan sulit untuk tidur. Tanda utama ketergantungan adalah orang tetap merokok walaupun tahu rokok berakibat buruk terhadap kesehatan mereka, mempengaruhi hidup dan keluarga mereka
3. Apa efek dari nikotin?
Pada dosis besar nikotin adalah racun dan dapat membunuh dengan menghentikan otot pernapasan seseorang. Perokok umumnya mengambil dosis kecil dan tubuh dapat memetabolismenya dan mengeluarkannya. Dosis pertama nikotin memberikan perasaan siaga dan dosis selanjutnya memberikan perasaan tenang, santai.
Nikotin dapat membuat perokok pusing dan sakit pada perut. Laju jantung meningkat 2-3 denyut per menit pada perokok muda. Nikotin menurunkan suhu kulit dan menurunkan aliran darah ke tungkai dan kaki. Nikotin dapat meningkatkan risiko sakit jantung dan stroke pada perokok.










BAB II
R O K O K

A. Pengertian
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok.
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung(walapun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.
1. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb.
2. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet.
3. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas.

4. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong miskin, sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk membeli rokok. Rokok dengan merk terkenal biasanya dimiliki oleh perusahaan rokok asing yang berasal dari luar negeri, sehingga uang yang dibelanjakan perokok sebagaian akan lari ke luar negeri yang mengurangi devisa negara. Pabrik rokok yang mempekerjakan banyak buruh tidak akan mampu meningkatkan taraf hidup pegawainya, sehingga apabila pabrik rokok ditutup para buruh dapat dipekerjakan di tempat usaha lain yang lebih kreatif dan mendatangkan devisa.
5. Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok yang jahat. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga orang lain akan terkena penyakit kanker.
6. Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa, sehingga rokok dapat dikategorikan sebagai benda atau barang haram yang harus dihindari dan dijauhi sejauh mungkin. Ulama atau ahli agama yang merokok mungkin akan memiliki persepsi yang berbeda dalam hal ini.
B .Jenis Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.
1. Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
• Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
• Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
• Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas
• Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
2. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.
• Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
• Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
• Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
3. Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
• Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.
• Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang
rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan

namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.
4. Rokok berdasarkan penggunaan filter.
• Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
• Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.







C. Bahaya Rokok
Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat pada janian.
Pasioen-pasien perokok juga berisiko tinggi mengalami komplikasi atau sukarnya penyembuhan luka setelah pembedahan termasuk bedah plastik dan rekonstruksi, operasi plastik pembentukan payudara dan operai yang menyangkut anggota tubuh, bagian bawah.
Pada kenyataannya kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Apalagi orang yang merokok untuk mengalihkan diri dari stress dan tekanan emosi, lebih sulit melepaskan diri dari kebiasaan ini dibandingkan perokok yang tidak memiliki latar belakang depresi.
Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari seconhandsmoke yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok atau bisa disebut juga dengan perokok pasif. Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya yakni tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa dan tambakau tanpa asap (tembakau kunyah).

Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida.
• Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru.
• Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan.
• Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah
• tidak mampu mengikat oksigen.



Efek racun pada rokok ini membuat pengisap asap rokok mengalami resiko (dibanding yang tidak mengisap asap rokok):
• 14x menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan
• 4x menderita kanker esophagus
• 2x kanker kandung kemih
• 2x serangan jantung
Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia dan gagal jantung, serta tekanan darah tinggi.
Menggunakan rokok dengan kadar nikotin rendah tidak akan membantu, karena untuk mengikuti kebutuhan akan zat adiktif itu, perokok cenderung menyedot asap rokok secara lebih keras, lebih dalam, dan lebih lama.
TIDAK ADA BATAS AMAN BAGI ORANG YANG TERPAPAR ASAP ROKOK.
D.Zat-zat ang terkandung dalam rokok
Sebetulnya apa saja yang terkandung dalam asap sebatang rokok yang dihisap ? Tidak kurang dari 4000 zat kimia beracun. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas (85 persen) dan partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid, urethan, benzen, methanol, kumarin, 4-etilkatekol, ortokresol dan perylene adalah sebagian dari beribu-ribu zat di dalam rokok.
Komponen gas asap rokok adalah karbonmonoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker (karsinogen). Sebetulnya apa sih zat-zat tersebut dan bagaimana mereka membahayakan tubuh ?
(1) Nikotin. Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan.
(2) Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkung rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayakangkan bila seorang perkok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh.
(3) Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernasapan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen maka gas CO ini merebut tempatnya "di sisi" hemoglobin. Jadilah hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen. Sementara dalam darah perokok mencapai 4-15 persen.
(4) Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengedapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg.

Kesimpulan :
Jadi dapat disimpulkan bahwa merokok merupakan kegiatan bodoh yang dilakukan manusia yang mengorbankan uang, kesehatan, kehidupan sosial, pahala, persepsi positif, dan lain sebagainya. Maka bersyukurlah anda jika belum merokok, karena anda adalah orang yang smart / pandai.
Ketika seseorang menawarkan rokok maka tolak dengan baik. Merasa kasihanlah pada mereka yang merokok. Jangan dengarkan mereka yang menganggap anda lebih rendah dari mereka jika tidak ikutan ngerokok. karena dalam hati dan pikiran mereka yang waras mereka ingin berhenti merokok.
Entri ini dituliskan pada April 13, 2008 pada 12:00 pm dan disimpan dalam Kesehatan. Anda bisa mengikuti setiap tanggapan atas artikel ini melalui RSS 2.0 pengumpan. Anda bisa tinggalkan tanggapan, atau lacak tautan dari situsmu sendiri.