Sabtu, 19 Juni 2010

laporan pratikum fisiologi spirometri

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seringkali kita melihat orang yang memiliki kecepatan pernapasan berbeda dari orang yang normal atau yang paling sering kita temukan adalah penyakit asma. Asma adalah suatu keadaan di mana saluran napas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir kedalam saluran udara dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernapas.
Penyakit-penyakit ini merupakan yang diebabkan gangguan ventilasi sehingga bagian dari paruparu akan melakukan adaptasi seperti penyempitan jalan napas dan inflamasi yang mengakibatkan seseorang menjadi sesak napas atau batuk.
Penyakit-penyakit seperti ini dapat dideteksi melalui suatu tes (peak flow rate) dengan menggunakan alat yang sederhana yaitu peak flow meter. Peak flow meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia, kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin.
Olehnya itu, sebagai seseorang yang berkecimpung di dunia kesehatan seharusnya kita mengetahui cara-cara pemeriksaan dengan alat ini yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada system pernapasan seseorang yang akan dipelajari dalam praktikum ini.
B. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan peak flow rate.




























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Jalur Konduksi Pernapasan
Jalan pernapasan yang menghantarkan udara keparu-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkhiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkhiolus dilapisi oleh membrane mukosa bersil
ia. Ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka udara disaring, dihangatkan dan dilembabkan.
1. Rongga hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lender, didalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sibasea) dan kelenjar keringat ( kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yng masuk.
2. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan dua saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalist). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar seperti suara. Makan sambil berbicara akan mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, benapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
3. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya kurang lebih 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
4. Cabang-cabang tenggorokan (Bronki)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
5. Paru-paru (pulmo)
Besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml atau 4,5 sampai 5 liter udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya atau 500 ml adalah udara pasang-surut (tidal air), yaitu yang di hirup masuk dan di hembuskan ke luar pada pernapasan biasa dengan tenang. (Evelyn C.Pearce:2006)
Paru-paru terletak didalam rongga dada bagian atas, dibagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan dibagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dexter) yang terdiri atas tiga lobus paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas dua lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuksecara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeable terhadap air dan zat-zat lain. paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastic, dan pembuluh darah.
Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter kurang lebih 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibandingkan dengan bronkus. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epithelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia.
Bronkiolus berkahir pada gugus kantung udara (alveolus). Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantung kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel-selyang aktif secara metabolic, mensekresi surfactant, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolaragar tidak kolaps. Sel alveolar tipee III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting. (http://harnawatiaj.wirdpress.com)
Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak terdapat banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan difusi gas pernapasan.
Parameter yang sering di ukur dalam uji faal paru adalah isi paru dengan beberapa bagiannya. Volume paru ini menggambarkan fungsi static paru. Ada dua golongan volume paru, yaitu
a. Volume paru
Ada empat jenis volume paru yang masing-masing berdiri sendiri- sendiri, tidak saling tercampur yaitu,
• Volume tidal, yaitu volume udara yang dihirup atau yang dihembuskan pada satu siklus pernapasan selama pernapasan biasa
• Volume Cadangan inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihisap sesudah akhir unspirasi tenang
• Volume Cadangan ekspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihembuskan sesudah akhir ekspirasi tenang. Pada pernapasan tenang, ekspirasi terjadi secara pasif, tidak ada otot ekspirasi yang bekerja. Ekspirasi hanya terjadi oleh daya lenting dinding dada dan jaringan paru semata-mata. Posisi rongga dada dan apru pada akhir ekspirasi ini merupakan posisi istirahat. Bila dari posisi istirahat ini dilakukan gerak ekspirasi sekuat-kuatnya sampai maksimal, udara cadangan ekspirasi itulah yang keluar.
• Volume residu, yaitu jumlah udara yang masih ada di dalam paru sesudah melalukan ekspirasi maksimal.
Residu volume menjadi volume udara yang masih terdapat di dalam paru-paru setelah ekspirasi yang paling kuat. volume ini rata-rata sekitar 1200 ml.pada pria dewasa yang muda. (Guyton : 2001)
b. Kapasitas paru
Nilai kapasitas ini mencakup dua atau lebih nilai isi paru pada butir (1) di atas.
• Kapasitas paru total (KPT), yaitu jumlah maksimal udara yang dapat dimuat paru pada akhir inspirasi maksimal
• Kapasitas vital (KV), volume yang mengubah paru-paru diantara inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal. Ini juga bias diartikan menjadi volume maksimum dari udara yang setiap orang hirup setelah ekspirasi maksimum.
Vital kapasita,hal penting yang terpenting kapasitas, yang terbesar jumlah udara yang dapat berakhir setelah suatu usaha inspirasi maksimal,, apakah sering mesured secara klinis sebagai suatu index dari fungsi berkenaan dengan paru-paru. (W F.Ganong:2000)
Capasitas vital setiap orang bias diukur melalui spirometri. Jika dikombinasikan dengan ukuran fisiologi, kapasitas vital bias membantuuntuk mendiagnosis adanya penyakit pada paru-paru.
Hal penting kapasitas ditaksir selama suatu inspiratory maneuver. Permulaan dari end-tidal volume pokok materi berakhir secara maksimal dan sesudah itu membuat inspiratorian penuh. Ini menjadi inspiratiry kapasitas penting. (http://www.spirxpert.com)
• Kapasitas inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang dapat dihisap dari posisi istirahat (akhir ekspirasi tenang)
• Kapasitas residu fungsional (KRF), yaitu jumlah udara yang masih tertinggal dalam paru pada posisi istirahat
B. Peak Flow Rate
ukuran dari aliran expiratory maksimal dipelopori oleh Dr. martin Wright,yang membuat pertama kali secara rinci merancang untuk mengukur index fungsi paru. sejak yang asli instrumen diperkenalkan pada tahun 1950, dan pengembangan yang berikut suatu versi kecil, yang lebih rendah ( ' Mini-Wright'flow rate), alat ini dengan desain baru sudah tersebar disebagaian Negara. (http://en.wikipedia.org)
Peak flow rate (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya psoisi tubuh, usia, kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin. Peak flow meter (PFM) mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas. Peak flow rate (PFR) adalah kecepatan (laju) aliran udara ketika seseorang menarik napas penuh, dan mengeluarkannya secepat mungkin. Agar uji (tes) ini menjadi bermakna, orang yang melakukan uji ini harus mampu mengulangnya dalam kelajuan yang sama, minimal sebanyak tiga kali.
C. Ventilasi Paru
Ventilasi dapat terselenggara jika arus udara ke dan dari alveoli melaui saluran napas, lancar. Arus udara ini kecuali di tentukan oleh isi paru, juga ditentukan tekanan yang menimbulkan aliran, dan tahanan saluran napas. Tekanan yang menimbulkan aliran ada dua macam, yaitu tekanan oleh kontraksi otot pernapasan dan tekanan daya lenting jaringan paru. Kedua tekanan tadi dilawan oleh tahanan saluran napas. Ventilasi merupakan saluran napas yang di lalui udara sehingga mulai dari udara masuk kehidung sampai terjadinya pertukaran udara ke alveoli. Ventilasi dapat mengalami gangguan secara patologis
Ventilasi Obstruktif
Respirasi abnormal ini mempunyai karaktersitik yaitu kekuatan kecepatan ekspirasi yang lambat. Ini terjadi pada orang yang asma atau empisimea, peningkatan volume residu dan residu fungsional kapasitas dan penurunan kapaistas vital adalah hal yang paling mudah di lihat. Pada seseorang yang menglami penyakit ini volume parunya sama dengan orang normal.
Ventilasi Restriktif
Karena tekanan pleura drop memaksa paru menjadi inflamsi, kedalaman pernapasan pada orang yang mengalami restriktif berbeda dibandingkan pada orang yang normal, dan mereka mengakhiri pernapasan dengan pernapasan dangkal dan cepat.

















BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat
Alat-alat yang dibutuhkan :
1. Mini wright Peak Flow Meter
2. Kapas dan Alkohol
Percobaan yang menggunakan spirometri tidak dilakukan karena keterbatasan alat.
B. Cara Kerja
Dalam percobaan ini hanya dilakukan pengukuran Peak Flow Rate (PFR):
Orang coba pertama diminta memegang Peak Flow Meter yang sudah dibersihkan dengan alcohol dan masukkan pipa tiup kedalam mulutnya.setelah inspirasi maksimal, orang coba diminta meniup sekuat-kuatnya sampai maksimal dalam Flow Meter. Bacalah nilai yang dicapai pada Flow Meter (liter/menit).
Masing-masing dilakukan tiga kali berturut-turut, kemudian dari hasil pertama, kedua dan ketiga dijumlahkan dan hasilnya dibagi dengan tiga dengan menggunakan satuan L/Menit. Dari hasil tersebut dapat diketahui berapa peak flow rate dari orang coba pertama. Pada orang coba kedua dilakukan hal yang sama, dilakukan tiga kali dan dihitung berapa peak flow ratenya, sehingga dapat diketahui berapa nilai PFR dari masing-masing orang coba.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Nama orang coba : dati sumiati
Jenis kelamin : perempuan
Umur :18 tahun
PFR : - 390 L/Menit
- 400 L/Menit
- 410 L/Menit
PFR Rata-rata = (390 + 400 + 410 )/3
1200/3 = 400L/Menit
2. Nama orang coba : angria pradita
Jenis kelamin : perempuan
Umur :18 tahun
PFR : - 500 L/Menit
- 430 L/Menit
- 485 L/Menit
PFR Rata-rata = ( 500 + 430 + 485 )/3
1415/3 = 472 L/Menit
B. Pembahasan
Dua kali melakukan percobaan dilakukan dengan dua orang berbeda perempuan dan laki-laki. Meminta ekspirasi ke dalam Peak Flow Meter sebanyak tiga kali untuk memastikan keakuratan kemudian PFR diambil dari rata-rata pengukuran tadi. Hasil pengukuran pertama yang didapatkan adalah 410 L/Menit. Jika dilihat dari standar normal dari PFR, orang coba pertama berada pada garis standar normal, dilakukan dengan baik sesuai prosedur penggunaan Peak Flow Meter.
Sedangkan Hasil pengukuran kedua yang didapatkan adalah 472 L/Menit. Dilihat dari cara mempergunakan Peak Flow Meter orang coba kedua kurang tepat mempergunakan Peak Flow Meter dan juga dikarenakan orang coba kedua adalah perokok aktif sehingga dapat mempengaruhi hasil dari PFRnya.
Akan tetapi, PFR setiap orang berbeda-beda dan banyak faktor yang mempengaruhi. Jadi, bias saja meskipun dengan perhitungan PFR menunjukkan bahwa PFR dibawa normal, akan tetapi dengan nilai demikian seseorang tidak mengalami gangguan pernapasan. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor tadi misalnya umur, jenis kelamin, postur tubuh, posisi selama pengukuran, ataupun karena standar tersebut hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang berbeda ras dengan orang Indonesia pada umumnya.
Usia berpengaruh terhadap PFR dimana saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi cairan menjadi berisi cairan menjadi berisi udara dan luas paru-paru masih terlalu kecil. Perkembangan paru pada masa bayi belum terlalu baik sehingga PFRnya lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Demikian halnya pada usia lanjut, PFR akan menurun akibat otot-otot pernapasan tidak seelastis dengan orang yang lebih muda.
Posisi juga berpengaruh terhadap nilai PFR, nilai PFR pada posisi berbaring terlentang lebih besar dibandingkan pada saat duduk karena ketika duduk diafragma akan mendorong rongga dad keatas sehingga keotak menghirup udara, udara akan lebih sedikit masuk ke paru-paru dibandingkan ketika berbaring dimana diafragma tidak mendorong rongga dada sehingga udara yang masuk lebih banyak dan yang akan diekspirasikan juga legih banyak.
Selain usia dan posisi, tinggi badan atau ukuran badan tubuh setiap orang juga berpengaruh terhadap nilai PFR dimana tubuh yang lebih besar akan memilik PFR yang lebih besar karena orang ini membutuhkan lebih banyak oksigen dari udara untuk memenuhi kebutuhan jaringan di dalam tubuhnya. Selain itu, orang yang memilki ukuran tubuh lebih besar juga memiliki kekuatan menghirup udara lebih banyak.
PFR laki-laki juga lebih besar dibandingka perempuan karena kekuatan otot-otot pernapasan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, sehingga udara yang dihirup dan dihembuskan lebih banyak dibandingkan perempuan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpuldalan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah :
Volume dan kapasitas paru dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut spirometri. Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia,kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin.
Untuk menentukan berapa PFR seseorang dapat digunakan rumus yaitu PFR rata-rata, dimana hasil dari PFR satu,dua, dan tiga dijumlahkan dan dibagi dengan tiga.
ventilasi patologis yang dapat diketahui dalam pemeriksaan terdiri dari ventilasi obstruktif, ventilasi restriktif, dan ventilasi campuran (mixed) yaitu gabungan dari ventilasi obstruktif dan ventilasi restriktif.
B. Saran
1. Sebaiknya alat-alat yang digunakan dalam praktikum lebih dilengkapi agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
2. Dalam pelaksanaan praktikum faal sebaiknya dilaksanakan lebih tertib dan disiplin, dimulai dari mahasiswanya maupun dari pembimbing praktikumnya
3. Mater-materi praktikum yang dibawakan sebaiknya dijelaskan lebih rinci sehingga dalam penyusunan laporan praktikumnya tidak mendapatkan hambatan.
4. Sebaiknya dalam satu laporan dibuat oleh satu kelompok saja.
5.
DAFTAR PUSTAKA

C Pearce, evelyn.2006.anatomi dan fisiologi untuk paramedic.penerbit
PT Gramedia Pustakaa Utama, Jakarta.
Guyton.2001.text book of medical phsyiologi.Saunders, Newyork
W.F. Ganong.2000.review of medical physiology.Lithographed in USA,
California
Vital capacity, (http://www.spirspert.com)
Peak Floe rate, (http://en.wikipedia.org)
Askep Bronkitis, (http://harnawatiaj.wordpress.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar