Minggu, 20 Juni 2010

TUGAS ANATOMI 2

ankle joint

BAB I
PENDAHULUAN

A) Latar Belakang
Pengertian Anatomi
Anatomi berasal dari dua kata yaitu : Ana yang berati menguraikan dan Tomy berarti memotong. Jadi anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh manusia dengan jalan menguraikan dan memotong bagiannya.
Dalam ilmu anatomi mempelajari berbagai hal mengenai susunan tubuh manusia. Terdapat berbagai istilah dalam ilmu anatomi, salah satunya joint (sendi) yang merupakan istilah berbahasa inggris. Khusus dalam karya tulis ini, membahas mengenai joint atau persendian terutama Ankle Joint.
Pengertian Sendi
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.
B) Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari sendi (joint)
2. Memahami sendi – sendi yang terdapat pada ankle joint
3. Mengetahui fungsi, persarafan, bidang gerak, axis, origo dan insertio pada gerakan inversi – supinasi serta eversi – pronasi pada ankle joint.

C) Manfaat
1. Kita dapat lebih memahami apa itu anatomi, dan lebih terkhususkan pada sendi
2. Dapat mengetahui sendi – sendi serta fungsi maupun persarafan pada gerakan inversi – supinasi dan eversi – pronasi pada ankle joint.



BAB II
PEMBAHASAN

Anatomi-Fisiologi Sendi
Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang bersendi diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi sejenis kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial untuk “meminyaki” sendi. Bagian luar kapsul diperkuat oleh ligamen berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya dan membatasi gerakan yang dapat dilakukan.
Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi ganda yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan sendi menjadi mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar rawan berfungsi baik, maka diperlukan matriks rawan yang baik pula.
Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu :
• Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80% air, hal inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan rawan sendi elastis
• Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan terhadap tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan sendi yang tebal kolagennya akan tahan terhadap tarikan
Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti enzim.
Gejala Sama, Jenis Berbeda
Kebanyakan orang tahu bahwa rematik menyebabkan rasa nyeri, kaku, dan kadang-kadang pembengkakan pada sendi. Tapi, rematik juga dapat mempengaruhi otot dan tendon (tempat otot melekat), yang mungkin tidak bengkak tetapi tetap sakit.
Jenis rematik ada kuranglebih 100 macam, yang paling umum adalah Osteoarthritis, Rheumathoid Arthritis dan Gout (Arthritis Pirai).
Ankle Joint
Ankle Joint (pergelangan kaki) merupakan persendian yang paling sering mengalami cidera pada orang dewasa. Penentuan bagaimana penanganannya biasanya hanya berdasarkan pemeriksaan klinis dan interpretasi dari foto rontgen.

Anatomi Fisiologi

Stabilitas pada mortise ankle beergantung pada struktur tulang-tulang dan ligamen. Persendian utama berada diantara talus dan cekungan tibia. Talus yang berbentuk seperti pelana kuda sangat pas kedudukannya dengan cekungan tibia dan benturan kecil saja pada keharmonisan dari tibiotalar joint ini akan mengurangi contact area dan akan membebani articular cartilago yang akan menyebabkan arthrosis.

Pada sisi medial talotibial joint di topang dengan kuat oleh medial malleolus dan ligamen medial collateral, yang lebih kuat dari ligamen di sisi lateralnya. Pada sisi lateral terdapat penopang fleksibel yang dibentuk oleh lateral complex yang terdiri dari fibula, syndesmosis dan lateral Collateral bands.
Syndesmosis merupakan serat pengubung antara tibia dan fibula yang dibentuk oleh ligamen tibiofibular anterior dan posterior yang letaknya setinggi cekungan tibia dan ligamen intraosseus yang tebal, berada di bawah membran intraosseus dan terletak 2 cm di atas cekungan tibia dimana ruang kecil bagian superior dari persendian berakhir.
Ligamen tibiofibula anterior dan posterior sering sebut sebagai syndesmosis anterior dan posterior. Ligamen lateral collateral menghubungkan distal fibula dengan talus dan calcaneus. Fleksibilitas dari lateral complex membuat talus dan fibula bergerak dan berputar selama pergerakan normal dari ankle. Pergerakan fibula ini pada syndesmosis merupakan bagian penting dari fungsi normal ankle.

Persambungan/ artikulasio : pertemuan antara dua atau lebih dari tulang rangka.
Artrologi: ilmu yang mempelajari persendian.
Fibrosa: hubungan antar sendi oleh jaringan fibrosa
Kartilago/tulang rawan: ruang antar sendinya berikatan dengan tulang rawan.
Sinovial/sinovial joint: ada ruang sendi dan ligament untuk mempertahankan persendian.
Sendi Berdasarkan Jenis Persambungannya
Sinartrosis
Sendi yang terdapat kesinambungan krn di antara kedua ujung tulang yang bersendi tdp suatu jaringan
Diartrosis
Sendi terdapat ketidak-sinambungan karena di antara tulang yg bersendi terdapat rongga (cavum articulare)
Sinartrosis
1. Syndesmosis: jaringan penghubungnya mrp jaringan ikat
a. Sutura: tepi-tepi tulang dihubungkan oleh
jaringan ikat yg tipis. Cth: di antara tulang-
tulang tengkorak
b. Schindylesis: lempeng pd tulang yg satu
terjepit di dlm celah pada tulang lain. Cth
antara rostrum sphenoid & vomer
c. Ghomphosis: tulang yg 1 berbentuk kerucut
masuk ke dalam lekuk yg sesuai dgn bentuk
itu pd tlng lain.Cth: antara gigi dg rahang
d. Syndesmosis elastica: jar ikat penghubungnya
mrp jar ikat elastin. Cth: di antara arc.
Vertebra oleh lig.flavum
e. Syndesmosis fibrosa: jar ikat penghubungnya
mrp serat kolagen. Cth: antara ulna & radius
oleh membran interossa antebrachii


Diartrosis
Pada diartrosis tdp bgn2 sbb:
1. Ujung-ujung tulang yg bersendi:
kepala sendi (caput articulare)
& lekuk sendi (cavitas glenoidalis)
2. Simpai sendi (capsula articularis): stratum fibrosum (bgn luar) & stratum synoviale (bgn dlm)
3. Rongga sendi (cavum articulare) berisi cairan synovial
4. Alat-alat khusus:
- tendon: membatasi gerak sendi & sbg penyokong
mekanik
- kartilago & bantalan lemak (fat pads): discus &
meniscus articulares sbg alat menerima tumbukan,
penyangga, & untuk mengurangi diskongruen
- kandung sega (bursae mucosae) untuk memudahkan
gerakan sendi
- ligament (accessories, extracapsular, & intracapsular
ligaments)
ANKLE JOINT
Pada ankle joint terdapat 3 (tiga) pasang gerakan yaitu dorsi flexi – plantar flexi, eversi – inversi, dan pronasi – supinasi. Akan tetapi menurut AN De Wolf dalm bukunya berjudul `Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh`, manyatakan bahwa gerakan eversi sama dengan pronasi serta gerakan inversi sama dengan gerakan supinasi. Gerakan eversi/pronasi merupakan gabungan dari dorso flexi, abduksi, dan pronasi. Gerakan inversi/supinasi merupakan gabungan dari plantar flexi, adduksi, dan supinasi.



Berikut tabel fungsi,persarafan,bidang dan axis gerak, serta origo/insertio pada gerakan inversi-supinasi dan eversi-pronasi yang terjadi pada ankle joint.
NO ANKLE JOINT PERSARAFAN BIDANG AXIS ORIGO INSERTIO
GERAK GERAK
1. EVERSI/PRONASI Frontal Sagital
Agonis :
M.Peroneus Longus N.fibularis superficialis Caput fibula, dua pertiga Tuberositas ossis meta
(N.ischiadius) proksimal facies lateral dan tarsalis (1) dan os cunei
Akar Saraf : L4,L5 ; S1-3 margo posterior fibula forme medial
M.Peroneus Brervis N.fibularis superficialis Separuh distal facies Tuberositas ossis meta
(N.ischiadius) lateralis dan margo tarsalis V
Akar Saraf : L4,L5 ; S1-3 anterior fibula
Antagonis :
M.Tibialis Anterior N.fibularis profundus Epicondylus lateralis tibia, Basis ossis metatarsalis
(N.ischiadicus) facies lateralis dan mem I dan os cuneiforme
Akar Saraf : L4,L5 ; S1-3 brana interossea medial
M.Tibialis Posterior N.tibialis (N.ischiadicus) Facies posterior tibia bag. Tuberositas ossis navi
Akar Saraf :L5 proksimal, facies medialis cular, permukaan
fibula dan membrana plantar os cuniform &
interossea basis metatarsal II-IV
Sinergis :
M.Gastrocnemius N.tibialis (N.ischiadicus) Caput medial : Tuber calcanei dan
Akar Saraf : L5 Epicondylus tendo calcaneus
Medialis humeri (Achilles)
Caput lateral :
Epicondylus
Lateralis humeri
M.Soleus N.tibialis (N.ischiadicus) Epicondylus
Akar Saraf :L5 Lateralis humeri
Fiksator :
M.Ekstensor Digitorium N.fibularis profundus Condilus lateralis tibia, Aponeurosis keempat
Longus (N.ischiadicus) margo anterior fibula dan jari lateral kaki
Akar Saraf : L4,L5; S1-3) membrana interossea
M.Ekstensor halucis N.fibularis profundus Fibula,Facies medialis Permukaan dorsal
longus (N.ischiadicus) dan membrana interossea jari I
Akar Saraf : (L4,L5; S1-3)

2. INVERSI/SUPINASI Frontal Sagital
Agonis :
M.Tibialis Anterior N.fibularis profundus Epicondylus lateralis tibia, Basis ossis metatarsalis
(N.ischiadicus) facies lateralis dan mem I dan os cuneiforme
Akar Saraf : L4,L5 ; S1-3 brana interossea medial
M.Tibialis Posterior N.tibialis (N.ischiadicus) Facies posterior tibia bag. Tuberositas ossis navi
Akar Saraf :L5 proksimal, facies medialis cular, permukaan
fibula dan membrana plantar os cuniform &
interossea basis metatarsal II-IV
Antagonis :
M.Peroneus Longus N.fibularis superficialis Caput fibula, dua pertiga Tuberositas ossis meta
(N.ischiadius) proksimal facies lateral dan tarsalis (1) dan os cunei
Akar Saraf : L4,L5 ; S1-3 dan margo posterior fibula forme medial
M.Peroneus Brevis N.fibularis superficialis Separuh distal facies Tuberositas ossis meta
(N.ischiadius) lateralis dan margo tarsalis V
Akar Saraf : L4,L5 ; S1-3 anterior fibula
Sinergis :
M.Ekstensor Digitorium N.fibularis profundus Condilus lateralis tibia, Aponeurosis keempat
Longum (N.ischiadicus) margo anterior fibula dan jari lateral kaki
Akar Saraf : L4,L5; S1-3) membrana interossea
M.Ekstensor Halucis N.fibularis profundus Fibula,Facies medialis Permukaan dorsal
Longus (N.ischiadicus) dan membrana interossea jari I
Akar Saraf : (L4,L5; S1-3)
Fiksator :
M.Gastrocnemius N.tibialis (N.ischiadicus) Caput medial : Tuber calcanei dan
Akar Saraf :L5 Epicondylus tendo calcaneus
Medialis humeri (Achilles)
Caput lateral :
Epicondylus
Lateralis humeri
M.Soleus N.tibialis (N.ischiadicus) Epicondylus
Akar Saraf :L5 Lateralis humeri

Adapun fungsi dari masing-masing otot tersebut yaitu :
1. M. Parenous Longus untuk pronasi dan plantar fleksi ankle
2. M. Parenous Brevis untuk pronasi dan plantar fleksi ankle
3. M. Tibialis Anterior untuk dorso fleksi dan supinasi kaki
4. M. Tibialis Posterior untuk plantar fleksi dan supinasi
5. M. Gastrocnemius untuk plantar fleksi ankle dan membantu fleksi knee
6. M. Soleus untuk plantar fleksi ankle dan membantu fleksi knee
7. M. Ekstensor Digitorium Longus untuk ekstensi jari kaki
8. M. Ekstensor Halucis Longus untuk ekstensi jari kaki









BAB III
PENUTUP
A) Kesimpulan
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.
Adapun gerakan-gerakan yang dihasilkan oleh ankle joint, yaitu :
1. Dorsal Fleksi
2. Plantar Fleksi
3. Eversi
4. Inversi
5. Pronasi
6. Supinasi
Menurut AN De Wolf bahwa gerakan inversi sama dengan supinasi, sedangkan eversi sama dengan pronasi.

B) Saran
Sebaiknya materi dijelaskan dengan terperinci dan disertai dengan contoh, agar lebih dipahami.



PLANTAR FLEKSI

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar belakang

Anatomi berasal dari dua kata yaitu : ana yang berarti menguraikan dan tomi berarti memotong. Jadi, anatomi adlah ilmu yang mempelajari susunan tubuh manusia dengan jalan menguraikan dan memotong bagiannya.
Angkle joint merupakan sendi synovial (bebas bergerak). dibentuk oleh malleolus tibia dan fibula serta talus. Diperkuat oleh ligamen deltoideum dan liga-men collateral lateral.Pada sisi medial ankle joint diperkuat oleh 5 ikatan ligamen yang kuat, 4 ligamen yang menghubungkan malleolus medial tibia dengan tulang tarsal bagian posterior, calcaneus, talus dan navicular. pada angkle joint terdapat enam gerakan yaitu; plantar fleksi, dorsal fleksi, abduksi, adduksi, inversi, dan eversi. Namun yang akan di bahas pada makalah ini hanyalah gerakan plantar fleksi dan gerakan dorso fleksi.
Otot-otot kaki terdiri atas otot-otot ekstrinsik dan otot-otot intrinsik. Otot ekstrinsik terletak pada bagian anterior, lateral dan posterior tungkai bawah sampai ke kaki. Otot primemover plantarfleksi ankle adalah otot two-joint gastrocnemius dan one-joint so-leus. Otot-otot lain yang memberikan kontribusi ter-hadap plantarfleksi adalah otot tibialis poste-rior, fleksor hallucis longus, fleksor digitorum longus, serta otot peroneus longus dan brevis. Oleh karena itu akan dibahas secara lengkap dalam makalah ini.
B. Tujuan
1. Mengetahui otot-otot yang bekerja pada saat melakukan gerakan plantar fleksi dan dorso fleksi
2. Mengetahui bidang dan axis gerak pada gerakan ankle joint.







BAB II
PEMBAHASAN


II.1 GERAKAN PLANTAR FLEKSI

Angkle joint merupakan sendi synovial (bebas bergerak). Pada angkle joint gerakan plantar fleksi adalah gerakan membengkokkan sendi kearah plantar. Pada saat plantarfleksi ankle, malleolus lateral (fi-bula) akan berotasi ke medial dan tertarik kearah inferior serta kedua malleoli saling mendekati. Pada sendi superior, caput fibula akan slide kearah inferior. Bidang gerak pada plantar fleksi adalah bidang gerak sagital yaitu membagi tubuh menjadi 2 bagian, kiri dan kanan. Sedang axis gerak pada plantar fleksi adalah axis frontal ,yaitu axis yang tegak lurus terhadap bidang gerak sagital. Saat melakukan gerakan plantar fleksi otot-otot yg bekerja adalah:
1. M.Triceps surae
Terdiri dari:
a. M.Gastroknemius
Origo : (caput medial) epicondylus medialis humeri, (caput lateral) epicondylus lateralis humeri.
Insertio : Tuber calcanei dan tendo calcaneus(Achilles)
Nervus : N.fibularis superficialis (L4-S2)
Sifat : Agonis
b. M.Soleus
Origo :Epicondylus lateralis humeri
Insertio :Tuber calcanei dan tendo calcaneus
Nervus : N.fibularis superficialis (L4-S2)
Sifat : Agonis
c. M.plantaris
Origo :Epicondylus lateralis humeri
Insertio :Tendo calcaneus (Achilles)
Nervus : N.fibularis superficialis L4-S2
Sifat : Agonis


2. M.Tibialis posterior
Origo :Facies posterior tibia bagian proksimal, facies medialis fibula dan membrane interossea
Insertio :Tuberositas ossis navikular, permukaan plantar os cuniforme dan basis metatarsal II-IV
Sifat : Agonis
Nervus : N.tibialis L4-S3

3. M.Fleksor digitorum longus
Origo : Facies posterior tibia dan margo interossea
Insertio : Phalang distal jari kaki 2-5
Sifat : Sinergis
Nervus : N.tibialis L4-S3
4. M.Fleksor hallucis longus
Origo : Facies posterior dan margo posterior fibula
Insertio : Phalang distal jari kaki 1
Nervus : N.tibialis L4-S3
Sifat : Sinergis


5. M.Peroneus longus
Origo :Caput fibula, dua pertiga proksimal facies lateral dan margo posterior fibula
Insertio : Tuberositas ossis metatarsalis (1) dan os cuneforme medial
Nervus : N.fibularis superficialis L4-S2
Sifat : Sinergis
6. M.Peroneus brevis
Origo : Separuh distal facies lateralis dan margo anterior fibula
Insertio : Tuberositas ossi metatarsalis V
Nervus : N.fibularis superficialis L4-S2
Sifat : Sinergis



Gambar tungkai bawah tampak anterior Gambar tungkai bawah tampak posterior


II. GERAKAN DORSO FLEKSI

Pada angkle joint gerakan dorso fleksi adalah gerakan meluruskan sendi kearah dorsal/belakang dari posisi plantar fleksi. Pada saat dorsifleksi ankle, malleolus lateral akan berotasi ke lateral dan tertarik kearah superior serta kedua malleoli saling membuka. Pada sendi superior, caput fibula akan slide kearah superior.
Bidang gerak pada dorso fleksi adalah bidang gerak sgital, yaitu membagi tbuh menjadi 2 bagian, kiri dan kanan. Sedang axis gerak pada dorso fleksi adalah axis frontal, yaitu axis yangn tegak lurus terhadap bidang gerak sagital. Pada saat melakukan gerakan dorso fleksi otot-otot yang bekerja adalah:


1. M.Tibialis anterior
Origo : Epicondylus lateralis tibia, facies lateralis dan membrane interossea.
Insertio : Basis ossis metatarsalis I dan os cuneiforme medial.
Nervus : N.fibularis profundus L4-S2
Sifat : Agonis

2. M.Ekstensor hallucis longus
Origo : Fibula, facies medialis dan membrarana interossea.
Insertio : Permukaan dorsal jari I.
Nervus : Nfibularis profundus L4-S2.
Sifat : Antagonis

3. M.Ektensor digitorum longus
Origo :Condilus lateralis tibia, margo anterior fibula dan membrane interossea.
Insertio : Aponeurosis ke empat jari lateral kaki.
Nervus : N. tibularis profundus
Sifat : Antagonis



Gambar angkle tampak lateral



BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Otot-otot yang bekerja pada gerakan plantar fleksi adalah M. Triceps Surae, M. Tibialis posterior, M. Flexor digitorum longus, M. flexor Hallucis longus, M. Peroneus longus dan M. Peroneus brevis.
Otot-otot yang bekerja pada gerakan dorso fleksi adalah M. tibialis anterior, M. Ekstensor haluccis longus, dan M. Digitorum longus.
Bidang gerak pada gerakn dorso dn plantar fleksi adalah bidang sagital. Axis gerak pada gerakan dorso dan plantar fleksi adalah axis frontal.

B. Saran
Sebaiknya dalam pembuatan makalah ini gambar di perlengkap.



BAB II
PEMBAHASAN
A. HIP JOINT
Hip joint merupakan triaxial joint, karena me-miliki 3 bidang gerak. Hip joint juga merupakan hubungan proksimal dari extremitas inferior. Dibandingkan dengan shoulder joint yang konstruksinya untuk mobilitas, hip joint sangat stabil yang konstruksinya untuk menumpuh berat badan. Selama berjalan, gaya dari extremitas inferior ditransmisikan keatas melalui hip ke pelvis & trunk, dan aktivitas extremitas inferior lainnya.
Karena hip joint merupakan triaxial joint maka terdapat 3 pasang gerakan yang terjadi pada hip joint.
B. GERAKAN PADA HIP JOINT
Gerakan tersebut adalah fleksi – ekstensi, abduksi – adduksi, external rotasi – internal rotasi. Gerakan yang paling luas adalah fleksi hip dan yang paling terbatas adalah ekstensi/hipereks-tensi hip
Fleksi hip adalah gerakan femur ke depan da-lam bidang sagital.
Jika knee lurus, maka gerakan fleksi hip dibatasi oleh ketegangan otot hamstring.
Pada gerak fleksi yang luas, pelvis akan back-ward tilt untuk melengkapi/menyempurnakan gerakan pada hip joint.
Extensi adalah gerakan kembali dari fleksi. Hiperekstensi adalah gerakan femur ke bela-kang dalam bidang sagital.Gerakan ini sangat terbatas, kecuali para dan-cer dan akrobat yang memungkinkan terjadi rotasi femur keluar sehingga gerakannya cukup luas. Faktor penghambat hiperekstensi hip adalah ketegangan ligamen iliofemoral pada bagian depan sendi. Keuntungan dari keterbatasan gerak ini adalah sendi menjadi sangat stabil untuk weight bearing (menumpuh berat badan) tanpa mem-butuhkan kontraksi otot yang kuat.
Abduksi adalah gerakan femur ke samping da-lam bidang frontal sehingga paha bergerak jauh dari midline tubuh. ROM Abduksi yang lebih besar dapat terjadi jika femur berotasi keluar. Abduksi dibatasi oleh otot-otot adduktor dan ligamen pubofemoral
.Adduksi adalah gerakan kembali dari abduksi. Hiperadduksi hanya dapat terjadi jika tungkai sisi kontralateral digerakkan keluar. Pada hiperadduksi yang luas, ligamen teres femoris menjadi tegang.
External rotasi adalah suatu rotasi femur disekitar axis longitudinal sehingga knee terputar keluar. External rotasi juga merupakan suatu rotasi femur disekitar axis sagital sehingga knee terputar kedalam. ROM external rotasi biasanya lebih besar daripada internal rotasi.
Internal rotasi adalah gerak rotasi femur disekitar axis longitudinal sehingga knee terputar kedalam. Internal rotasi juga merupakan gerak rotasi femur disekitar axis sagital sehingga knee terputar keluar. ROM internal dan external rotasi dipengaruhi oleh derajat torsi femoral (terputarnya femur pada axis longitudinal sehingga salah satu ujungnya berotasi kedalam terhadap ujung lainnya).
Diagonal adduksi adalah suatu gerakan ke depan dari posisi abduksi paha dalam bidang horizontal, yang diikuti oleh penurunan external rotasi. Diagonal abduksi adalah suatu gerakan ke samping dari posisi fleksi hip dalam bidang horizontal, yang diikuti oleh external rotasi

.
C. OTOT PADA ROTASI HIP JOINT
• Eksorotasi
Bidang Gerak : Tranversal
Axis Gerak : Longitudinal
Otot menurut fungsi:
AGONIS :
1. M. obtorator eksternus
Origo : Bagian luar Foramen Obturatorium,membrane obturatoria.
Insertio: Fossa trochanterica
Saraf : N.Obturatorius (plexus lumbalis)
Fungsi : Eksorotasi dan Fleksi Hip
2. M. Obtorator internus
Origo : Foramen obturatorium
Insertio: Fossa trochanterica
Saraf : N.musculi obturatorii interni dan Rr.musculares (plexus sacralis)
Fungsi : Eksorotasi Hip
3. M. Quadratus femoris
Origo : Tuber Ischiadicum
Insertio: Crista trochantica
Saraf : N.musculi quadrati femoris
Fungsi : Eksorotasi Hip
4. M. Gemelus Inferior
Origo : Fossa trochanterica
Insertio: Fossa trochanterica
Saraf : N. musculi obturatorii interni dan Rr.musculares (plexus sacralis)
Fungsi : Eksorotasi Hip
5. M. Gamellus Superior
Origo : Spina ischiadica
Insertio: Spina ischiadica
Saraf : N.musculi obturatorii interni dan Rr.musculares (plexus sacralis)
Fungsi : Eksorotasi dan Fleksi Hip
6. M. Adduktor Magnus
Origo : Ramus inferior ossis pubis, ramus dan tuber ossis ischii (tepi medial)
Insertio: Labium mediale linae asperae (dua per tiga bagian proximal), Tuberositas, Tuberculum adductorium (hiatus adductorius antara kedua insertion)
Saraf : N. Obturoturius dan N. ishiadichus
Fungsi : Adduksi, rrotasi ke luar, fleksi (bagian depan), ekstensi (bagian belakang)

ANTAGONIS
1. M. Iliacus
Origo : Fossa iliaca dan spina iliaca anterior inferior(Os coxae),kapsul depan sendi pangkal paha.
Intersio :Trrochanter minor dan daerah yang membatasi labium mediale lineasperae
Saraf :Rr.musculares
Fungsi : Fleksi, Rotasi ke dalam (rotasi ke luar bersamaan dengan kontraksi Mm. glutei)
2. M. Psoas major
Origo : LAPISAN PERMUKAAN:corpus vertebrae thoracicae XII sampai corpus vertebrae lumbalis IV(permukaan samping),Disci intervertebrales
LAPISAN DALAM:Procsss..zostalis pada vertebrae lumbales I-IV
Insertio : Trochanter minor
Saraf : Rr.musculares
Fungsi : Fleksi, rotasi kedalam (rotasi keluar bersamaan dengan kontraksi Mm.glutei)
3. M. Psoas minor
Origo : Corpus vertebrae thiracicae XII dan corpus vertebrae lumbalis I (permukaan samping)
Insertio : Fascia M. iliopsoas, Arcus ilopectineus (seringkali suatu tendo yang pipih dan panjang
Saraf : Rr.musculares
Fungsi : Fleksi, rotasi kedalam (rotasi keluar bersamaan dengan kontraksi Mm.glutei)

SINERGIS
1. M. Gluteus Maximus
Origo : bagian dorsal os sacrum, facies dorsal os illium
Insertio: tuberositas glutea, tractus iliotibilis
Saraf : N. gluteus inferior (L4-S2)
Fungsi : ekstensi, rotasi ke luar, adduksi dan abduksi.
2. M. gluteus medius
Origo : Alae ossis glutea, facies glutea
Insertio: Trochanter majus
Saraf : N. gluteus superior (L4-S1)
Fungsi : Abduksi, ekstensi dan rotasi ke luar.
3. M. Piriformis
Origo : os sacrum foramina
Insertio: Trochanter majus
Saraf : N. ishiadicus dan N. musculi piriformis (L5-S1)
Fungsi : Rotasi Keluar, ekstensi dan adduksi.
4. M. sartorius
Origo : spina iliaca anterior superior
Insertio: sisi medial tuberositas tibia
Saraf : N.Femoralis (L2-L3)
Fungsi : fleksi, rotasi ke luar, abduksi
5. M. pectineus
Origo : pecten os pubis
Insertio: linea pectenia
Saraf : N.Femoralis dan N.Obturatorius (L2-L3)
Fungsi : adduksi, rotasi ke luar, fleksi
6. M. adductor longus
Origo : ramus superior dan inferior os pubis
Insertio: linea pectenia
Saraf : N. obturatorius (plexus lumbalis)
Fungsi : adduksi, fleksi, rotasi ke luar, (rotasi luar serabut paling depan)

FIKSATOR
1. M. Sartorius
Origo : Spina iliaca anterior superior
Insertio: Tuberositas Tibiae (permukaan medial)
Saraf : N. femoris
Fungsi : fleksi, rotasi ke luar, adduksi
2. M. Adductor brevis
Origo ; Ramus inferior ossis pubis (lebih dekat ke foramen obturatim daripada ke. M. adductor longus)
Insertio : Labium medial linea asperae (sepertiga bagian proksimal)
Saraf : N. obturatorius
Fungsi : Adduksi, fleksi, rotasi ke luar


• Endorotasi
Bidang Gerak : Tranversal
Axis Gerak : Longitudinal
Otot menurut fungsi:
AGONIS :
1. M. Iliacus
Origo : Fossa iliaca dan spina iliaca anterior inferior(Os coxae),kapsul depan sendi pangkal paha.
Intersio :Trrochanter minor dan daerah yang membatasi labium mediale lineasperae
Saraf :Rr.musculares
Fungsi : Fleksi, Rotasi ke dalam (rotasi ke luar bersamaan dengan kontraksi Mm. glutei)

2. M. Psoas major
Origo : LAPISAN PERMUKAAN:corpus vertebrae thoracicae XII sampai corpus vertebrae lumbalis IV(permukaan samping),Disci intervertebrales
LAPISAN DALAM:Procsss..zostalis pada vertebrae lumbales I-IV
Insertio : Trochanter minor
Saraf : Rr.musculares
Fungsi : Fleksi, rotasi kedalam (rotasi keluar bersamaan dengan kontraksi Mm.glutei)
3. M. Psoas minor
Origo : Corpus vertebrae thiracicae XII dan corpus vertebrae lumbalis I (permukaan samping)
Insertio : Fascia M. iliopsoas, Arcus ilopectineus (seringkali suatu tendo yang pipih dan panjang
Saraf : Rr.musculares
Fungsi : Fleksi, rotasi kedalam (rotasi keluar bersamaan dengan kontraksi Mm.glutei)

ANTAGONIS

1. M. obtorator eksternus
Origo : Bagian luar Foramen Obturatorium,membrane obturatoria.
Insertio: Fossa trochanterica
Saraf : N.Obturatorius (plexus lumbalis)
Fungsi : Eksorotasi dan Fleksi Hip
2. M. Obtorator internus
Origo : Foramen obturatorium
Insertio: Fossa trochanterica
Saraf : N.musculi obturatorii interni dan Rr.musculares (plexus sacralis)
Fungsi : Eksorotasi Hip
3. M. Quadratus femoris
Origo : Tuber Ischiadicum
Insertio: Crista trochantica
Saraf : N. musculi quadratis femoris
Fungsi : Eksorotasi Hip
4. M. Gemelus Inferior
Origo : Fossa trochanterica
Insertio: Fossa trochanterica
Saraf : N.musculi obturatorii interni dan Rr.musculares (plexus sacralis)
Fungsi : Eksorotasi Hip
5. M. Gamellus Superior
Origo : Spina ischiadica
Insertio: Spina ischiadica
Saraf : N.musculi obturatorii interni dan Rr.musculares (plexus sacralis)
Fungsi : Eksorotasi dan Fleksi Hip
6. M. Adduktor Magnus
Origo : Ramus inferior ossis pubis, ramus dan tuber ossis ischii (tepi medial)
Insertio: Labium mediale linae asperae (dua per tiga bagian proximal), Tuberositas, Tuberculum adductorium (hiatus adductorius antara kedua insertion)
Saraf : N. Obturoturius dan N. ishiadichus
Fungsi : Adduksi, rrotasi ke luar, fleksi (bagian depan), ekstensi (bagian belakang)

SINERGIS
.
1. M. gluteus medius
Origo : Alae ossis glutea, facies glutea
Insertio: Trochanter majus
Saraf : N. gluteus superior (L4-S1)
Fungsi : Abduksi, ekstensi dan rotasi ke luar.
2. M. Semitendinosus
Origo : Tuber ishiadicum (bersatu dengan caput longum musculi bicipitis femoris)
Insertio: Tuberositas tibiae
Saraf : N. ishiadicus bagian tibial (L5-S1)
Fungsi : Rotasi ke dalam, ekstensi dan adduksi.
3. M. Semi membranosus
Origo : Tuber ishiadicum
Insertio: Proksimal ujung tibia
Saraf : N.Femoralis (L2-L3)
Fungsi : Ekstensi, rotasi ke dalam, dan adduksi

FIKSATOR
1. M. Tensor Fascia Latae
Origo : Spina iliaca anterior superior
Insertio: Lateral ujung tibia (di atas Tractus iliotibialis di bawah condylus lateralis)
Saraf : N. gluteus superior
Fungsi : fleksi, rotasi ke dalam, abduksi
2. M. Gracilis
Origo ; Ramus inferior ossis pubis (pinggir medial, sepanjang symphisis pubis)
Saraf : N. obturatorius
Fungsi : Adduksi, fleksi, rotasi ke luar


BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Hip joint merupakan triaxial joint, karena me-miliki 3 bidang gerak. Hip joint juga merupakan hubungan proksimal dari extremitas inferior. External rotasi adalah suatu rotasi femur disekitar axis longitudinal sehingga knee terputar keluar. Internal rotasi adalah gerak rotasi femur disekitar axis longitudinal sehingga knee terputar kedalam.
Otot-otot yang bergerak pada gerakan eksorotasi dan endorotasi pada hip joint antara lain sebagai berikut:
• Gerakan eksorotasi
a. Agonist : M.Obturatorius internus, M. Quadratus femoris, M.Obturaturatorius eksternus, M. gamellus superior, M.gamellus inferior, M.Adduktor magnus, M Glateus Magnus,
b. Antagonist : M.Illiacus, M. Psoas major, M.Psoas minor
c. Sinergis : M.Gluteus maksimus, M.Gluteis medius, M.Gamellus superior,M.sartorius, M.fisiformis, M.pectinus, M.Abduktor longus
d. Fiksator : M.Glateus maksimus, M.Tensor faciae latae

• Gerakan endorotasi
a. Agonist : M.Illiacus, M.Psoas major,M.Psoas minor
b. Antagonist : M.Obturatorius internus,M.Quadratus femoris,M.Gamellus superior,M.Adductor magnus,M.Glateus magnus
c. Sinergis :M.Glateus medius,M.Glateus minimus,M.Adductir magnus
d. Fiksator : M.Facia latae, M.Gracillis

Arah,bidang dan axis pada gerakan eksorotasi dan endorotasi antara lain sebagai berikut :
Gerakan eksorotasi dan endorotasi : arahnya medial dan lateral,bidangnya transversal dan axisnya longitudinal.

SARAN
• Materi yang di berikan sebaiknya di jelaskan secara terperinci
• Dalam menjelaskan materi sebaiknya di sertai dengan contoh gerakan sehingga mudah di pahami

BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Anatomi Hip
• Hip joint dibentuk oleh caput femur yang kon-veks bersendi dengan acetabulum yang konkaf.
• Hip joint adalah ball and socket (spheroidal) triaxial joint.
• Acetabulum terbentuk dari penyatuan os ilium, ischium, dan pubis.
• Seluruh acetabulum dilapisi oleh cartilago hyaline, & pusat acetabulum terisi oleh suatu massa jaringan lemak yang tertutup oleh membran synovial.

B. Sudut Pada Hip Joint
• Sudut inklinasi adalah sudut yang dibentuk antara axis neck femur dan shaft femur (nor-malnya 125o).
• Jika sudut inklinasi lebih besar dari normal disebut dengan coxa valga, jika lebih kecil dari normal disebut dengan coxa vara.
• Torsion adalah sudut yg dibentuk oleh axis transversal condylus femur dan axis neck femur (normalnya 8 – 25o atau 12o).
• Peningkatan sudut torsion disebut dengan ante-version (shaft femur berotasi ke medial).
• Penurunan sudut torsion disebut dengan retro-version (shaft femur berotasi ke lateral).
C. Gerakan pada Hip
• Karena hip joint merupakan triaxial joint maka terdapat 3 pasang gerakan yang terjadi pada hip joint.
• Gerakan tersebut adalah fleksi – ekstensi, ab-duksi – adduksi, external rotasi – internal rotasi
• Gerakan yang paling luas adalah fleksi hip dan yang paling terbatas adalah ekstensi/hipereks-tensi hip.
1. Fleksi Hip
• Fleksi hip adalah gerakan femur ke depan da-lam bidang sagital.
• Jika knee lurus, maka gerakan fleksi hip diba-tasi oleh ketegangan otot hamstring.
• Pada gerak fleksi yang luas, pelvis akan back-ward tilt untuk melengkapi/menyempurnakan gerakan pada hip joint.

2. Ekstensi/hiperekstensi Hip
• Extensi adalah gerakan kembali dari fleksi.
• Hiperekstensi adalah gerakan femur ke bela-kang dalam bidang sagital.
• Gerakan ini sangat terbatas, kecuali para dan-cer dan akrobat yang memungkinkan terjadi rotasi femur keluar sehingga gerakannya cukup luas.
• Faktor penghambat hiperekstensi hip adalah ketegangan ligamen iliofemoral pada bagian depan sendi.
• Keuntungan dari keterbatasan gerak ini adalah sendi menjadi sangat stabil untuk weight bearing (menumpuh berat badan) tanpa mem-butuhkan kontraksi otot yang kuat.

3. Abduksi
• Abduksi adalah gerakan femur ke samping da-lam bidang frontal sehingga paha bergerak jauh dari midline tubuh.
• ROM Abduksi yang lebih besar dapat terjadi jika femur berotasi keluar.
• Abduksi dibatasi oleh otot-otot adduktor dan li-gamen pubofemoral.

4. Adduksi
• Adduksi adalah gerakan kembali dari abduksi.
• Hiperadduksi hanya dapat terjadi jika tungkai sisi kontralateral digerakkan keluar.
• Pada hiperadduksi yang luas, ligamen teres femoris menjadi tegang.

5. External/Lateral Rotasi
• External rotasi adalah suatu rotasi femur disekitar axis longitudinal sehingga knee terputar keluar.
• External rotasi juga merupakan suatu rotasi femur disekitar axis sagital sehingga knee ter-putar kedalam.
• ROM external rotasi biasanya lebih besar dari-pada internal rotasi.

6. Internal/Medial Rotasi
• Internal rotasi adalah gerak rotasi femur dise-kitar axis longitudinal sehingga knee terputar kedalam.
• Internal rotasi juga merupakan gerak rotasi femur disekitar axis sagital sehingga knee ter-putar keluar.
• ROM internal dan external rotasi dipengaruhi oleh derajat torsi femoral (terputarnya femur pada axis longitudinal sehingga salah satu ujungnya berotasi kedalam terhadap ujung lainnya).

7. Diagonal Adduksi/Abduksi
Diagonal adduksi adalah suatu gerakan ke depan dari posisi abduksi paha dalam bidang horizontal, yang diikuti oleh penu-runan external rotasi.
Diagonal abduksi adalah suatu gerakan ke samping dari posisi fleksi hip dalam bidang horizontal, yang diikuti oleh external rota.

D. Arthrokinematika
Caput femur berbentuk konveks akan bergerak slide dalam arah yang berlawanan dengan gerak fisiologis femur.

No. Gerak fisiologis Gerak Arthrokinematika
1. Fleksi Slide ke posterior
2. Ekstensi Slide ke anterior
3. Abduksi Slide ke inferior
4. Adduksi Slide ke superior
5. Internal Rotasi Posterior
6. External Rotasi Anterior













Gerakan Abduksi pada Hip Joint
• Bidang gerak : Frontal
• Aksis gerak : Sagital
• Otot menurut fungsi :

A. AGONIS

M. Gluteus Medius
Origo Insertion Insertion Fungsi
Ala ossis glutea, facies glutea Trochanter major N. gluteus superior (plexus sacralis) Abduksi hip, membantu endorotasi dan eksorotasi

M. Tensor Fascia Latae
Origo Insertion Saraf Fungsi
Spina iliaca anterior superior Tractus iliotibialis N. gluteus superior (plexus lumbosacralis) Membantu fleksi dan abduksi hip




B. ANTAGONIS
M. Adduktor Magnus

Origo Insertion Saraf Fungsi
Ramus ossis ischii, dan sisi caudal tuber ischiadicum 2/3 bagian proksimal linea aspera, epicondylus medial femur N. obturatorius (plexus lumablis) dan bagian tibia N. ischiadicus (plexus sacralis) Adduksi hip, membantu endorotasi

M. Abduktor Brevis
Origo Insertion Saraf Fungsi
Ramus inferior ossis pubis lebih dekat ke foramen obturatum daripada ke M. adductor longus 1/3 bagian proximal labium mediale lineae asperae N. obturatorius (plexus lumablis) Adduksi hip, eksorotasi , dan fleksi hip

M. Adduktor Longus
Origo Insertion Saraf Fungsi
Ramus superior dan inferior os pubis 1/3 tengah labium medial linea aspera N. obturatorius (plexus lumbalis) Adduksi hip, membantu ekstensi dan eksorotasi




M. Pectineus
Origo Insertion Saraf Fungsi
Pectin os pubis Linea pectenia N. femoralis dan N. obturatorius (plexus lumbalis) Adduksi hip, membantu fleksi dan eksorotasi

M. Gracilis
Origo Insertion Saraf Fungsi
Ramus inferior os pubis, sepanjang simpisis os pubis Sisi medial tuberositas tibia N. obturatorius (plexus lumbalis) Adduksi hip, membantu fleksi, dan endorotasi knee

C. SINERGIS
M. Sartorius
Saraf : N. Femoralis

Gerakan Adduksi pada hip joint
• Bidang gerak : frontal
• Axis gerak : sagital
• Otot menurut fungsi

A. AGONIS
M. Adduktor Magnus
Origo Insertion Saraf Fungsi
Ramus ossis ischii, dan sisi caudal tuber ischiadicum 2/3 bagian proksimal linea aspera, epicondylus medial femur N. obturatorius (plexus lumablis) dan bagian tibia N. ischiadicus (plexus sacralis) Adduksi hip, membantu endorotasi

M. Abduktor Brevis
Origo Insertion Saraf Fungsi
Ramus inferior ossis pubis lebih dekat ke foramen obturatum daripada ke M. adductor longus 1/3 bagian proximal labium mediale lineae asperae N. obturatorius (plexus lumablis) Adduksi hip, eksorotasi , dan fleksi hip

M. Adduktor Longus
Origo Insertion Saraf Fungsi
Ramus superior dan inferior os pubis 1/3 tengah labium medial linea aspera N. obturatorius (plexus lumbalis) Adduksi hip, membantu ekstensi dan eksorotasi

M. Pectineus
Origo Insertion Saraf Fungsi
Pectin os pubis Linea pectenia N. femoralis dan N. obturatorius (plexus lumbalis) Adduksi hip, membantu fleksi dan eksorotasi

M. Gracilis
Origo Insertion Saraf Fungsi
Ramus inferior os pubis, sepanjang simpisis os pubis Sisi medial tuberositas tibia N. obturatorius (plexus lumbalis) Adduksi hip, membantu fleksi, dan endorotasi knee



B. ANTAGONIS
M. Gluteus Medius
Origo Insertion Saraf Fungsi
Ala ossis glutea, facies glutea Trochanter major N. gluteus superior (plexus sacralis) Abduksi hip, membantu endorotasi dan eksorotasi

M. Tensor Fascia Latae
Origo Insertion Saraf Fungsi
Spina iliaca anterior superior Tractus iliotibialis N. gluteus superior (plexus lumbosacralis) Membantu fleksi dan abduksi hip




















BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gerakan pada hip joint adalah :
• Fleksi hip
• Ekstensi/hiperekstensi hip
• Abduksi
• Adduksi
• Eksternal/lateral rotasi
• Internal/medial rotasi
• Diagonal abduksi/adduksi
Bidang gerak abduksi dan adduksi pada hip joint adalah FRONTAL
Axis gerak abduksi dan adduksi pada hip joint adalah SAGITAL

B. SARAN
Pada pelaksaan perkuliahan anatomi sebaiknya dilengkapi dengan alat peraga agar tujuan perkuliahan dapat berjalan dengan baik.

Sabtu, 19 Juni 2010

laporan pratikum fisiologi spirometri

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seringkali kita melihat orang yang memiliki kecepatan pernapasan berbeda dari orang yang normal atau yang paling sering kita temukan adalah penyakit asma. Asma adalah suatu keadaan di mana saluran napas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir kedalam saluran udara dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernapas.
Penyakit-penyakit ini merupakan yang diebabkan gangguan ventilasi sehingga bagian dari paruparu akan melakukan adaptasi seperti penyempitan jalan napas dan inflamasi yang mengakibatkan seseorang menjadi sesak napas atau batuk.
Penyakit-penyakit seperti ini dapat dideteksi melalui suatu tes (peak flow rate) dengan menggunakan alat yang sederhana yaitu peak flow meter. Peak flow meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia, kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin.
Olehnya itu, sebagai seseorang yang berkecimpung di dunia kesehatan seharusnya kita mengetahui cara-cara pemeriksaan dengan alat ini yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada system pernapasan seseorang yang akan dipelajari dalam praktikum ini.
B. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan peak flow rate.




























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Jalur Konduksi Pernapasan
Jalan pernapasan yang menghantarkan udara keparu-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkhiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkhiolus dilapisi oleh membrane mukosa bersil
ia. Ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka udara disaring, dihangatkan dan dilembabkan.
1. Rongga hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lender, didalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sibasea) dan kelenjar keringat ( kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yng masuk.
2. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan dua saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalist). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar seperti suara. Makan sambil berbicara akan mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, benapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
3. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya kurang lebih 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
4. Cabang-cabang tenggorokan (Bronki)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
5. Paru-paru (pulmo)
Besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml atau 4,5 sampai 5 liter udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya atau 500 ml adalah udara pasang-surut (tidal air), yaitu yang di hirup masuk dan di hembuskan ke luar pada pernapasan biasa dengan tenang. (Evelyn C.Pearce:2006)
Paru-paru terletak didalam rongga dada bagian atas, dibagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan dibagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dexter) yang terdiri atas tiga lobus paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas dua lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuksecara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeable terhadap air dan zat-zat lain. paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastic, dan pembuluh darah.
Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter kurang lebih 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibandingkan dengan bronkus. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epithelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia.
Bronkiolus berkahir pada gugus kantung udara (alveolus). Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantung kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel-selyang aktif secara metabolic, mensekresi surfactant, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolaragar tidak kolaps. Sel alveolar tipee III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting. (http://harnawatiaj.wirdpress.com)
Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak terdapat banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan difusi gas pernapasan.
Parameter yang sering di ukur dalam uji faal paru adalah isi paru dengan beberapa bagiannya. Volume paru ini menggambarkan fungsi static paru. Ada dua golongan volume paru, yaitu
a. Volume paru
Ada empat jenis volume paru yang masing-masing berdiri sendiri- sendiri, tidak saling tercampur yaitu,
• Volume tidal, yaitu volume udara yang dihirup atau yang dihembuskan pada satu siklus pernapasan selama pernapasan biasa
• Volume Cadangan inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihisap sesudah akhir unspirasi tenang
• Volume Cadangan ekspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihembuskan sesudah akhir ekspirasi tenang. Pada pernapasan tenang, ekspirasi terjadi secara pasif, tidak ada otot ekspirasi yang bekerja. Ekspirasi hanya terjadi oleh daya lenting dinding dada dan jaringan paru semata-mata. Posisi rongga dada dan apru pada akhir ekspirasi ini merupakan posisi istirahat. Bila dari posisi istirahat ini dilakukan gerak ekspirasi sekuat-kuatnya sampai maksimal, udara cadangan ekspirasi itulah yang keluar.
• Volume residu, yaitu jumlah udara yang masih ada di dalam paru sesudah melalukan ekspirasi maksimal.
Residu volume menjadi volume udara yang masih terdapat di dalam paru-paru setelah ekspirasi yang paling kuat. volume ini rata-rata sekitar 1200 ml.pada pria dewasa yang muda. (Guyton : 2001)
b. Kapasitas paru
Nilai kapasitas ini mencakup dua atau lebih nilai isi paru pada butir (1) di atas.
• Kapasitas paru total (KPT), yaitu jumlah maksimal udara yang dapat dimuat paru pada akhir inspirasi maksimal
• Kapasitas vital (KV), volume yang mengubah paru-paru diantara inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal. Ini juga bias diartikan menjadi volume maksimum dari udara yang setiap orang hirup setelah ekspirasi maksimum.
Vital kapasita,hal penting yang terpenting kapasitas, yang terbesar jumlah udara yang dapat berakhir setelah suatu usaha inspirasi maksimal,, apakah sering mesured secara klinis sebagai suatu index dari fungsi berkenaan dengan paru-paru. (W F.Ganong:2000)
Capasitas vital setiap orang bias diukur melalui spirometri. Jika dikombinasikan dengan ukuran fisiologi, kapasitas vital bias membantuuntuk mendiagnosis adanya penyakit pada paru-paru.
Hal penting kapasitas ditaksir selama suatu inspiratory maneuver. Permulaan dari end-tidal volume pokok materi berakhir secara maksimal dan sesudah itu membuat inspiratorian penuh. Ini menjadi inspiratiry kapasitas penting. (http://www.spirxpert.com)
• Kapasitas inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang dapat dihisap dari posisi istirahat (akhir ekspirasi tenang)
• Kapasitas residu fungsional (KRF), yaitu jumlah udara yang masih tertinggal dalam paru pada posisi istirahat
B. Peak Flow Rate
ukuran dari aliran expiratory maksimal dipelopori oleh Dr. martin Wright,yang membuat pertama kali secara rinci merancang untuk mengukur index fungsi paru. sejak yang asli instrumen diperkenalkan pada tahun 1950, dan pengembangan yang berikut suatu versi kecil, yang lebih rendah ( ' Mini-Wright'flow rate), alat ini dengan desain baru sudah tersebar disebagaian Negara. (http://en.wikipedia.org)
Peak flow rate (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya psoisi tubuh, usia, kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin. Peak flow meter (PFM) mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas. Peak flow rate (PFR) adalah kecepatan (laju) aliran udara ketika seseorang menarik napas penuh, dan mengeluarkannya secepat mungkin. Agar uji (tes) ini menjadi bermakna, orang yang melakukan uji ini harus mampu mengulangnya dalam kelajuan yang sama, minimal sebanyak tiga kali.
C. Ventilasi Paru
Ventilasi dapat terselenggara jika arus udara ke dan dari alveoli melaui saluran napas, lancar. Arus udara ini kecuali di tentukan oleh isi paru, juga ditentukan tekanan yang menimbulkan aliran, dan tahanan saluran napas. Tekanan yang menimbulkan aliran ada dua macam, yaitu tekanan oleh kontraksi otot pernapasan dan tekanan daya lenting jaringan paru. Kedua tekanan tadi dilawan oleh tahanan saluran napas. Ventilasi merupakan saluran napas yang di lalui udara sehingga mulai dari udara masuk kehidung sampai terjadinya pertukaran udara ke alveoli. Ventilasi dapat mengalami gangguan secara patologis
Ventilasi Obstruktif
Respirasi abnormal ini mempunyai karaktersitik yaitu kekuatan kecepatan ekspirasi yang lambat. Ini terjadi pada orang yang asma atau empisimea, peningkatan volume residu dan residu fungsional kapasitas dan penurunan kapaistas vital adalah hal yang paling mudah di lihat. Pada seseorang yang menglami penyakit ini volume parunya sama dengan orang normal.
Ventilasi Restriktif
Karena tekanan pleura drop memaksa paru menjadi inflamsi, kedalaman pernapasan pada orang yang mengalami restriktif berbeda dibandingkan pada orang yang normal, dan mereka mengakhiri pernapasan dengan pernapasan dangkal dan cepat.

















BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat
Alat-alat yang dibutuhkan :
1. Mini wright Peak Flow Meter
2. Kapas dan Alkohol
Percobaan yang menggunakan spirometri tidak dilakukan karena keterbatasan alat.
B. Cara Kerja
Dalam percobaan ini hanya dilakukan pengukuran Peak Flow Rate (PFR):
Orang coba pertama diminta memegang Peak Flow Meter yang sudah dibersihkan dengan alcohol dan masukkan pipa tiup kedalam mulutnya.setelah inspirasi maksimal, orang coba diminta meniup sekuat-kuatnya sampai maksimal dalam Flow Meter. Bacalah nilai yang dicapai pada Flow Meter (liter/menit).
Masing-masing dilakukan tiga kali berturut-turut, kemudian dari hasil pertama, kedua dan ketiga dijumlahkan dan hasilnya dibagi dengan tiga dengan menggunakan satuan L/Menit. Dari hasil tersebut dapat diketahui berapa peak flow rate dari orang coba pertama. Pada orang coba kedua dilakukan hal yang sama, dilakukan tiga kali dan dihitung berapa peak flow ratenya, sehingga dapat diketahui berapa nilai PFR dari masing-masing orang coba.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Nama orang coba : dati sumiati
Jenis kelamin : perempuan
Umur :18 tahun
PFR : - 390 L/Menit
- 400 L/Menit
- 410 L/Menit
PFR Rata-rata = (390 + 400 + 410 )/3
1200/3 = 400L/Menit
2. Nama orang coba : angria pradita
Jenis kelamin : perempuan
Umur :18 tahun
PFR : - 500 L/Menit
- 430 L/Menit
- 485 L/Menit
PFR Rata-rata = ( 500 + 430 + 485 )/3
1415/3 = 472 L/Menit
B. Pembahasan
Dua kali melakukan percobaan dilakukan dengan dua orang berbeda perempuan dan laki-laki. Meminta ekspirasi ke dalam Peak Flow Meter sebanyak tiga kali untuk memastikan keakuratan kemudian PFR diambil dari rata-rata pengukuran tadi. Hasil pengukuran pertama yang didapatkan adalah 410 L/Menit. Jika dilihat dari standar normal dari PFR, orang coba pertama berada pada garis standar normal, dilakukan dengan baik sesuai prosedur penggunaan Peak Flow Meter.
Sedangkan Hasil pengukuran kedua yang didapatkan adalah 472 L/Menit. Dilihat dari cara mempergunakan Peak Flow Meter orang coba kedua kurang tepat mempergunakan Peak Flow Meter dan juga dikarenakan orang coba kedua adalah perokok aktif sehingga dapat mempengaruhi hasil dari PFRnya.
Akan tetapi, PFR setiap orang berbeda-beda dan banyak faktor yang mempengaruhi. Jadi, bias saja meskipun dengan perhitungan PFR menunjukkan bahwa PFR dibawa normal, akan tetapi dengan nilai demikian seseorang tidak mengalami gangguan pernapasan. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor tadi misalnya umur, jenis kelamin, postur tubuh, posisi selama pengukuran, ataupun karena standar tersebut hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang berbeda ras dengan orang Indonesia pada umumnya.
Usia berpengaruh terhadap PFR dimana saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi cairan menjadi berisi cairan menjadi berisi udara dan luas paru-paru masih terlalu kecil. Perkembangan paru pada masa bayi belum terlalu baik sehingga PFRnya lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Demikian halnya pada usia lanjut, PFR akan menurun akibat otot-otot pernapasan tidak seelastis dengan orang yang lebih muda.
Posisi juga berpengaruh terhadap nilai PFR, nilai PFR pada posisi berbaring terlentang lebih besar dibandingkan pada saat duduk karena ketika duduk diafragma akan mendorong rongga dad keatas sehingga keotak menghirup udara, udara akan lebih sedikit masuk ke paru-paru dibandingkan ketika berbaring dimana diafragma tidak mendorong rongga dada sehingga udara yang masuk lebih banyak dan yang akan diekspirasikan juga legih banyak.
Selain usia dan posisi, tinggi badan atau ukuran badan tubuh setiap orang juga berpengaruh terhadap nilai PFR dimana tubuh yang lebih besar akan memilik PFR yang lebih besar karena orang ini membutuhkan lebih banyak oksigen dari udara untuk memenuhi kebutuhan jaringan di dalam tubuhnya. Selain itu, orang yang memilki ukuran tubuh lebih besar juga memiliki kekuatan menghirup udara lebih banyak.
PFR laki-laki juga lebih besar dibandingka perempuan karena kekuatan otot-otot pernapasan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, sehingga udara yang dihirup dan dihembuskan lebih banyak dibandingkan perempuan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpuldalan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah :
Volume dan kapasitas paru dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut spirometri. Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia,kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin.
Untuk menentukan berapa PFR seseorang dapat digunakan rumus yaitu PFR rata-rata, dimana hasil dari PFR satu,dua, dan tiga dijumlahkan dan dibagi dengan tiga.
ventilasi patologis yang dapat diketahui dalam pemeriksaan terdiri dari ventilasi obstruktif, ventilasi restriktif, dan ventilasi campuran (mixed) yaitu gabungan dari ventilasi obstruktif dan ventilasi restriktif.
B. Saran
1. Sebaiknya alat-alat yang digunakan dalam praktikum lebih dilengkapi agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
2. Dalam pelaksanaan praktikum faal sebaiknya dilaksanakan lebih tertib dan disiplin, dimulai dari mahasiswanya maupun dari pembimbing praktikumnya
3. Mater-materi praktikum yang dibawakan sebaiknya dijelaskan lebih rinci sehingga dalam penyusunan laporan praktikumnya tidak mendapatkan hambatan.
4. Sebaiknya dalam satu laporan dibuat oleh satu kelompok saja.
5.
DAFTAR PUSTAKA

C Pearce, evelyn.2006.anatomi dan fisiologi untuk paramedic.penerbit
PT Gramedia Pustakaa Utama, Jakarta.
Guyton.2001.text book of medical phsyiologi.Saunders, Newyork
W.F. Ganong.2000.review of medical physiology.Lithographed in USA,
California
Vital capacity, (http://www.spirspert.com)
Peak Floe rate, (http://en.wikipedia.org)
Askep Bronkitis, (http://harnawatiaj.wordpress.com)

laporan pratikum fisiologi RKP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kekurangan oksigen dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan sel yang irreversible terutama sel-sel susunan saraf pusat yang sanagat sesensitif terhadap hipoksia. Hilangnya suplai oksigen keotak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu 15 detik dan pernapasan akan berhenti dalam waktu kurang dari 1 menit. Bila oksigenisasi tidak diperbaiki secepatnya, maka kerusakan permanen akan terjadi dalam waktu 4 menit dan korban tidak mempunyai harapan lagi bila anoksia berkelanjutan sampai 8 menit.
Asfiksia Cerebral terjadi terutama oleh karena :
1. Kegagalan pernapasan
a. Obstruksi jalan napas : umumnya disebabkan oleh karena jauthnya lidah kebelakang pada dinding posterior pharynx
1. Pernapasan terhenti : sebagai akibat berhentinya stimulasi dari pusat pernapasan terhadap otot-otot pernapasan. Hal ini terjadi setelah trauma kepala, shock listrik, dosis obat yang berlebihan atau hipoksia
2. Kegagalan sirkulasi
Terjadi bila jantung berhenti berkontraksi yang dapat disebabkan oleh Asistole atau Fibrilasi Ventrikel. Penyebab yang umum adalah Infark Miokard atau serangan jantung, tetapi shock listrik juga dapat menyebabkan hal ini.
B. Tujuan Percobaan
Mengetahui cara-cara mengatasi gangguan transport oksigen, baik yang disebabkan berhentinya pernapasan maupun gangguan fungsi sirkulasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pemakaian oksigen dan pengeluaran karbondioksida sangat diperlukan untuk menjalankan fungsi normal seluler didalam tubuh. Pemakaian tesebut melalui suatu proses pernapasan, sehingga secara harfiah pernapasan dapat diartikan pergerakan oksigen dari atmosfer menuju sel keudara bebas. Proses pernapasan terdiri dari beberapa langkah dimana system pernapasan, system saraf pusat dan system kardiovaskuler memegang peranan yang sangat penting.
• Fisiologi saluran pernapasan
Proses terjadinya pernapasan terbagi dalam dua bagian, yaitu inspirasi ( menarik napas) dan ekspirasi ( menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian dan beraturan, berirama dan terus menerus.
inspirasi dan ekspirasi juga mempengaruhi variasi di (dalam) tekanan darah systemic, sebab perubahan di (dalam) kapasitas [menyangkut] vasculature yang berkenaan dengan paru-paru selama pernapasan memodifikasi perpindahan darah untuk mengangkat oksigen kejantung. (Ewald E. Selkurt,2000)
Saluran pernapasan udara dimulai dari hidung hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring , trachea, bronchus, dan bronkhiolus.
Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkhiolus dilapisi oleh membrane mukosa yang b ersilia, ketika udara masuk kedalam rongga hidung udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Kemudian udara mengalir kefaring menuju laring. Oksigen pada proses pernapasan dipindahkan dari udara luar kedalam jaringan dan stadium pertama ventilasi, yaitu masuknya campuran gas kedalam dan keluar paru-paru. Transportasi masuknya campuran gas yang keluar masuk paru terdiri dari bebrapa aspek, yaitu :
a. Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru, dan diantara darah sistematik dan sel jaringan
b. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner, dan penyesuainnya dengan distribusi udara dalam alveolus
c. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500-5000 ml (4,5-5 liter). Udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan expirasi) hanya 10 %, kurang lebih 5000 ml dihembuskan pada pernapasan biasa. (Syaifuddin, 2006)
Stadium yang ketiga adalah respirasi sel, yaitu saat dimana metabolit dioksida untuk mendapatkan energienergi dan karbondioksida terbentuk sebagai sampah metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru.
• Fisiologi kardiovaskuler
Jantung merupakan salah satu organ yang terletak dalam mediastinum dirongga dada, yaitu pericardium parrietalis dan pericardium visceralis. Pericardium parietalis melekat pada tulang dada sebelah depan dan kolumna vertebralis bagian belakang, sedangkan kebawah pada diafragma. Pericardium visceralis langsung melekat pada permukaan jantung.
Fisiologis siklus jantung ventrikel kiri memompa darah keaorta melalui katup seminularis aorta, dari aorta darah akan dialirkan menuju arteri kemudian kejaringan melalui cabang kecil arteri (arteriola), dari arteriola kemudian menuju kevenula. Kemudian melalui vena darah akan dialirkan keatrium kanan, dari atrium kanan darah menuju ventrikel kanan melaluyi katup trikuspidalis, dari katup seminularis pulmonalis. Dari arteri pulmonalis kepulmo. Dari pulmo darah keluar melalui vena pulmonalis keatrium kiri, dari atrium kiri kemudian menuju ventrikel kiri melalui katup bicuspidalis atau mitralis. Demikian seterusnya darah akan mengalir melalui siklus tersebut.
Resusitasi jantung paru tidak dilakukan pada semua yang mengalami gagal jantung atau pada orang yang sudah mengalami kerusakan pernapasan atau sirkulasi yang tidak ada lagi kemungkinan untuk hidup, melainkan yang mungkin hidup lama tanpa meninggalkan kelainan diotak.
Suatu prosedur keadaan darurat di mana paru-paru dan jantung dibuat untuk bekerja dengan pedoman dengan tangan memampatkan pada dada diposisikan pada jantung dan udara memaksa ke dalam paru-paru [itu]. CPR digunakan untuk memelihara peredaran ketika perhentian jantung yang memompa, pada umumnya oleh karena penyakit, obat/racun, atau trauma. (http://id.answers.yahoo.com)
Resusitasi jantung paru atau resusitasi kardiopulmonar bertujuan untuk mengembalikan fungsi pernapasan atau sirkulasi dan penanganan akibat henit nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest), yang mana fungsi tersebut gagal total yang memungkinkan untuk hidup normal.
otak mati dan kematian permanen terjadi dalam 4-6 beberapa menit setelah berhubungan dengan jantung bagaimana cara seseorang menghentikan. Berhubungan dengan jantug menghentikan dapat dilakukan jika yang diperlakukan nya di dalam beberapa menit dengan suatu goncangan elektris untuk mengembalikan kembali suatu denyut jantung normal. Proses ini disebut defibrillation. Suatu kesempatan korban dikurangi 7-10 persen dengan tiap menit itu lewat CPR dan defibrillation. Sedikit usaha pada penyadaran berhasil setelah 10 beberapa menit. (http://www.americanheart.org/presenter)
Fibrilation ( mata gelap cordis)Secara normal berbagai serabut otot dari bilik jantung mengontrak di (dalam) cara, sedemikian sehingga oleh tindakan [yang] dipersatukan mereka [adalah] tekanan di (dalam) rongga ditingkatkan dan darah dialirkan. (Tuttle and Schottelius, 2001)
Adapun sebab henti nafas, yaitu
• Sumbatan jalan nafas
Bias disebabkan karena adanya benda asing, aspirasi, lidah yang jatuh kebelakang, pipa trachea terlipat, kanula trachea tersumbat, kelainan akut glottis dan sekitarnya (sembab glottis, perdarahan)
• Depresi pernapasan
Sentral : obat, intoksikasi, Pa oksigen rendah, Pa karbondioksida tinggi, setelah henti jantung,tumor otak dan tenggelam.
Perifer : obat poelumpah otot, penyakit gravis, poliomyelitis
Sebab dari henti jantung, yaitu penyakit kardiovaskuler, penyakit jantung sistemik, infark miokardial akut, embolus paru, fibrosis pada system konduksi (penyakit lenegre, sindrom adams stokes, noda sinus atrioventrikulaer sakit), kekurangan oksigen akut, henti nafas, benda asing dijalan nafas, sumbatan jalan nafas oleh sekresi, asfiksia dan hipoksia, kelebihan dosis obat dan gangguan asam basa, digitalis, quinidin, antidepresan trisiklik, propoksifen, adrenalin dan isoprenalin, kecelakaan, syok listrik dan tenggelam. (http://hennykartika.wordpress.com)
Dalam tindakan resusitasi kardiopulmonar terdapat tiga cara, yaitu
• Airway
• Breathing
• Sirkulasi






BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Cara Kerja
Tindakan pertama dalam resusitasi kardiopulmonar, yaitu
a. Safety : amankan diri dan orang lain
b. Respon : cek kesadaran korban (panggil nama, tepuk pundak korban,rangsang dengan cubit)
c. Call for help
d. Look (lihat pengenbnagan dadanya), listen (dengar suara nafas), feel (rasakan hawanya). Kemudian lakukan hal-hal sebaggai berikut :
1. Jalan Napas
Untuk menjamin jalan napas sanggat penting dilakukan tindakan Safar Triple Airway Manoeuvre, yaitu
a. Adakan ekstensi dari kepala
b. Sokonglah rahang (mandibula)
c. Buka kedua bibir
Bila korban telah bernapas dengan baik, maka korban dimiringkan keposisi lateral yang akan mempertahankan Airway.
2. Pernapasan
Bila setelah tindakan pertama (Safar) tidak tampak adanya pernapasan, maka harus dilakukan pernapasan buatan :
a. Mulut ke mulut (Mouth to Mouth = Expired Air Resuscitation)
Setelah melakukan tindakan pertama, maka penolong menarik napas dan meniupkan udara ekspirasi kedalam mulut korban sambil memperhatikan naiknya dada korban. Kemmudian penolong melepaskank bibirnya dari bibir korban untuk memastikan turunnya dad korban dan merasakan hembusan udara ekspirasi korban. Penolong harus memastikan naik turunnya dad pada setiap pernapasan. Siklus pernapasan harus diulangi sebanyak 12 kali per menit, yaitu satu kali setiap 5 detik.
b. Metode Nielsen
Korban ditelungkupkan dengan kepala dipalingkan kesamping beralaskan kedua punggung tangannya. Penolong berlutut didepan kepala korban dan kedua tangan ditempatkan pada kedua lengan atas korban tepat diatas sikunya. Penolong menarik dan mengangkat kedua lengan korban kearah dirinya dengan mengayunkan badan kebelakang sampai terasa suatu perlawanan yang kuat. Kemudian kembalikan lengan pada sikap semula dan kedua tangan penolong dipindahkan kesisi punggung dengan jari-jari direnggangkan serta ibu jari diatas tulang belikat. Dengan kedua lengan diluruskan penolong mengayunkan badannya kedepan sehingga terjadi tekanan dan kembali pada posisi semula. Tindakan-tindakan ini diulang setiap 5 detik.
c. Metode Silvester
Korban dibaringkan terlentang dan tempatkan bantalan pakaian dibawah pertengahan punggung. Penolong berlutut didepan kepala korban dan menghadap kearah korban. Peganglah pergelangan tangan korban dan dengan mengayunkan tubuh kebelakang, tariklah kedua tangan korban keatas melewati kepala sampai kedua tangan terletak diatas tanah/lantai. Dengan demikian terjadi inspirasi oleh karena otot-otot dada menarik iga-iga bagian atas dada. Kemudian penolong menekankan kedua tangan korban diatas dadanya dalam arah vertical kebawah. Tindakan ini dilakukan setiap lima detik.
d. Sirkulasi
Bila setelah tindakan satu dan dua (memperbaiki jalan napas), denyut nadi tidak teraba yang berarti terjadi kegagalan sirkulasi maka haruslah dilakukan Kompresi Jantung Luar (External Cardiac Compression=ECC). ECC berupa menggerakkan bagian bawah sternum kebawah lengan tangan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Penanganan korban henti jantung dalam resusitasi kardiopulmonar dilakukan dengan tiga cara, yaitu airway, breathing, dan sirkulasi.
Korban dengan indikasi henti nafas dilakukan resusitasi kardiopulmonar dengan menggunakan cara Airway.Cara pertama berhasil dilakukan sehingga cara kedua dan ketiga tidak dilakukan kembali.
B. Pembahasan
Resusitasi jantung paru tidak dilakukan pada semua penderita yang mengalami gagal jantung atau pada orang yang sudah mengalami kerusakan pernapasan atau sirkulasi yang tidak ada lagi kemungkinan untuk hidup, melainkan yang mungkin untuk hidup lama tanpa meninggalkan kelainan di otak.
Keberhasilan resusitasi dimungkinkan oleh adanya waktu tertentu diantara mati klinis dan mati biologis.
a. Mati klinis
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, mati klinis dapat reversible. korban mempunyai kesempatan waktu selama 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi, sehingga memberikan kesempatan kedua system tersebut berfungsi kembali.
b. Mati biologis
Terjadi kematian sel, dimana kematian sel dimulai terutama sel otak dan bersifat irreversible, biasa terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung.
Mati klinis terjadi bila dua fungsi penting yaitu pernapasan dan sirkulasi mengalami kegagalan total. Jika keadaan tidak ditolong akan terjadi mati biologis yang irreversible. Resusitasi jantung paru yang dilakukan setelah penderita mengalami henti nafas dan jantung selama 3 menit, presenti kembali normal 75 % tanpa gejala sisa. Setelah 4 menit presenti menjadi 50 menit dan setelah 5 menit menjadi 25 %. Maka jelaslah waktu yang sedikit itu harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Indikasi dilakukannya resusitasi kardiopulmonar yaitu
a. Henti nafas
Berhentinya pernafasan pada pasien/korban yang ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban. Pada saat awal terjadinya henti nafas oksigen masih beredar dalam darah untuk bebrapa menit dan jantung masih berdenyut sehingga darah masih disirkulasikan keseluruh tubuh termasuk organ vital lainnya terutam otak. Bila keadaan ini diberikan bantuan nafas akan sanagat bermanfaat dan dapat mencegah terjadinya henti jantung.
b. Henti jantung
la Pada keadaan henti jantung sirkulalsi berhenti, keadaan ini denagn cepat menyebabkan otak dan organ keku
rangan oksigen dan biasanya ditandai dengan tanda awal nafas yang tersengal-sengal atau air hanger.
Kontra indikasi dilakukannya dilakukannya resusitasi kardiopulmonr yaitu fraktur sternum, angina pectoris dan orang sehat.
a. Airway (jalan nafas)
Sumbatan jalan nafas oleh lidah yang menutupi dinding posterior faring adalah merupakan persoalan yang sering pada pasien yang tidak sadar lentdetrengan posisi terlentang. Rsesuisitasi tidak akan berhasil bila sumbatan tidak diatasi.
Tiga cara untuk menjaga agar jalan nafas tetap terbuka (membebaskan jalan nafas) yaitu
• Chin lift head lift : dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat dagu (bagian dagu yang keras) keatas.disertai dengan menahan kepala mempertahankan posisi.
• Jaw truth (metode ekstensi kepala angkat dagu)
• Safar triple manoeuvre ( metode angkat dagu dorong mandibula)
Dimana metode angkat dagu dorong mandibula lebih efektif dalam membuka jalan nafas atas daripada angkat leher. Pendorong mandibula saja tanpa ekstensi kepala juga merupakan metode paling aman untuk memelihara jalan nafas atas tetap terbuka pada korban dengan patah tulang leher. Bila korban yang sadar bernafas spontan dan kuat dengan tidak ada sianosis, korban sebaiknya diletakkan dalam posisi benar untuk mencegah aspirasi. Disini teknik dorong mandibula tanpa ekstensi kepala merupakan cara yang paling aman untuk membuka jalan nafas, bila dengan ini belum berhasil dapat dilakukan sedikit ekstensi kepala.
Empat cara membersihkan jalan nafas, yaitu
• Cross finger : membuka mulut dengan cara menggunakan 2 jari yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift, ibu jari mendorong rahang atas keatas, telunjuk menekan rahang bawah kebawah, mengeluarkan benda yang menyangkut ditenggorokan korban.
• Finger sweap : menggunakan dua jari yang sudah dibalut dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan-cairan.
• Heimlich manouvre : dengan cara memposisikan badan dibelakang badan korban, kemudian menarik tangan kearah belakng atas.
• Back bowl : dilakukan sebanyak lima kali yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang scapula dipunggung.
Setelah dilakukannya tindakan-tindakan diatas sebaiknya dilakukan metode pengecekan , yaitu
• Look : lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapasan)
• Listen : dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal (bias timbul karena ada hambatan sebagian)
• Feel : rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban.
b. Breathing (pernapasan)
Setelah nafas terbuka, penolong hendaknya segera menilai apakah korban dapat bernafas spontan atau tidak. Ini dapat dilakukan dengan mendengarkan gerak nafas pada korban, bila pernapasan spontan tidak timbul kembali diperlukan ventilasi buatan.
• Mouth to mouth
Untuk melakukan ventilasi multu kemulut penolong hendaknya memperthankan kepalan dan leher korban dalam salah satu sikap yang telah disebutkan diatas dan memencet hidung korban dengan satu tangan atau dua kali ventilasi dalam. Kemudian segera raba denyut nadi karotis atau femoralis.
• Mouth to nouse
• Mouth to trakea
c. Circulation (sirkulasi)
Dengan cara pijat jantung. Pijat jantung adalah usaha untuk memaksa jantung memompakan darah kesuluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada korbabn dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan nafas buatan. Prosedur pijat jantung, yaitu
• Posisikan diri disamping pasien
• Posisikan tangan ditengah-tengah dada (di center of the chest)
• Posisikan tangan tegak lurus pada korban
• Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)
• Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cm
• Setelah menekan, tarik sedikit tangan keatas agar posisi dada kembali normal
• Satu set pijat jankatung dilakukan sejumlah 30 kali tekananuda, untuk ,memudahkan menghitung.
Resusitasi kardiopulmonar harus dihentikan apabila,yaitu
• Arteri carotis teraba
• Penolong kelelahan
• Ambulance/orang yang ahli dating
• > 8-30 menit arteri tidak teraba (korban meninggal)











BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Resusitasi jantung adalah usaha yang dilakukan untuk mengmabilankan fungsi pernapasan dan atau sirkulasi pada henti nafas dan henti jantung, pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali. Tindakan yang dilakukan yaitu membebaskna jalan nafas, membersihkan jalan nafas, breathing (pernafasan), sirkulasi. RKP dihentikan apabila arteri carotis teraba,penolong kelelahan, orang yang ahli dating, lebih dari dari 8-30 menit arteri carotis tidak teraba korban meninggal.
B. Saran
1. Alat-alat praktikum sebaiknya dilengkapi untuk peningkatan kualitas praktikum fisiologis selanjutnya.
2. Dalam pelaksanaan praktikum faal sebaiknya dilaksanakan lebih tertib dan tepat waktu, dimulai dari mahasiswanya maupun dosen pembimbingnya.
3. Materi-materi praktikum yang dibawakan sebaiknya dijelaskan lebih rinci lagi sehingga dalam penyusunan laporan praktikumnya tidak mendapatkan hambatan
DAFTAR PUSTAKA

Tuttle dan Schottelius. 2001. Textbook of Phsyologi. United State of
Amerika : The C.V. Mosby Company.
Selkurt, Edwald. E. 2000. Physiology. Boston : Little, Brown and
Company.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Resusitasi Jantung Paru (http://henykartika.wordpress.com)
Define CPR ? (http;//id.answers.yahoo.com)
Can Cardiac arrest be reserved ? (http://www.americanheart.org)

laporan pratikum fisiologi fisis jantung

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung (bahasa latin, cor) adalah sebuah rongga, organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti berhubungan dengan jantung, dari Yunani cardia untuk jantung. Ukuran jantung manusia kurang lebih sebesar kepalan tangan seorang laki-laki dewasa. Jantung adalah satu otot tunggal yang terdiri dari lapisan endothelium. Jantung terletak di dalam rongga thoracic, dibalik tulang dada atau sternum. Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit kearah kiri.
Dalam proses perkembangannya, makhluk hidup sangat tergantung pada berfungsinya system kardiovaskuler secara optimal, dan kelainan yang terjadi pada system ini akan menyebabkan konsekkwensi klinik serius. Jantung sangat berperang penting bagi kehiudan manusia karena jantung memiliki fungsi vital yaitu untuk memompakan darah ke seluruh tubuh atau jaringan tubuh. Darah yang dipompa menghantarkan nutrisi dan o2 ke jaringan untuk kelangsungan hidupnya, sehingga jaringan dapat hidup dan menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
Melihat betapa pentingnya peranan jantung tersebut, kita perlu mempelajari tata cara pemeriksaan terjadi dari pemeriksaan ini. Dalam percobaan ini akan dilakukan pemeriksaan fisis jantung untuk mengetahui letak apeks, batas-batas jantung, dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
B. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah :
1. Mempelajari 4 cara pemeriksaan fisis jantung
2. Menentukan posisi daripada apeks jantung
3. Menentukan batas-batas jantung
4. Mempelajari suara-suara yang ditimbulkan oleh aktivitas jantung selama satu siklus.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jantung
Jantung adalah suatu organ bagian badan berotot dalam semua hewan bertulang belakang yang bertanggung jawab untuk pemompaan darah melalui sampai pembuluh darah oleh singkatan yang diulangi, rhytmic, atau suatu struktur serupa di (dalam) annelids, kerang-kerangan, dan hewan tak bertulang bel. istilah cardiac ( seperti di cardiology) alat-alat yang dihubungkan dengan jantung.
stuktur
Di dalam tubuh yang dibuat, jantung pada umumnya diposisikan di dalam rongga dada dengan bagian paling besar dari jantung set kepada yang ditinggalkan ( walaupun kadang-kadang itu pada sisi kanan, lihat dextrocardia), dibawah breastbone itu. Jantung pada umumnya merasa untuk menjadi pada sisi kiri sisi sebab jantung yang ditinggalkan ( bilik jantung yang ditinggalkan) lebih kuat ( memompa bagi semua komponen badan). Paru-paru tempat terbuka adalah lebih kecil dibanding kebenaran paru-paru tempat terbuka sebab jantung menduduki lebih dari ditinggalkan. Jantung diberi makan oleh serangan jantung peredaran dan yang terlampir oleh suatu kantung mengenal sebagai selaput jantung meliputi dua part. Selaput jantung yang berserat, dibuat dari jaringan tisu menghubungkan berserat tebal dan padat dan suatu struktur selaput ganda yang berisi suatu serous cairan untuk mengurangi friksi selama singkatan jantung ( serous selaput jantung). Jantung ditempatkan terletak di dalam mediastinum, yang yang pusat, bagian menyangkut rongga yang yang berkenaan dengan dada itu. Mediastinum juga berisi lain stuctures, seperti oesophagus dan batang tenggorok, dan diapit sebelah menyebelah oleh disegala tempat rongga berkenaan dengan paru-paru, yang mana memondokkan paru-paru. (http://en.wikipedia.org)
ventricular gallop
Jantung ekstra nampak dalam kaitan dengan ventricular cepat mengisi. Pendeteksian dan jenis: yang terdengar di atas puncak kulminasi; whlie pasien adalah pada terlentang atau meninggalkan posisi cabang samping.
penemuan pada atas pengujian: awal titik nada lemparan yang rendah daistolic jantung ekstra nampak. meningkat/kan[lah dengan inspirasi, latihan, elavation kaki dan dengan meningkat kembalian pembuluh darah.
Atrial gallop
Jantung keempat nampak dalam kaitan dengan atrial pengeluaran kuat
pendeteksian dan jenis: yang terdengar di atas puncak kulminasi; sedang pasien adalah pada terlentang atau semilateral posisi yang ditinggalkan
penemuan pada atas pengujian: titik nada lemparan rendah jantung ekstra nampak pada akhir-akhirnya diastole atau awal systole. Meningkatkan dengan inspirasi dipaksa, latihan, elavation kaki, dan dengan kembalian pembuluh darah increased. (file://H:Other/New %20Folder/s3.htm)
periode menyangkut ventricular

untuk kepentingan clatiry adalah periode ventricular systole dan diastole kadang-kadang dibagi lagi lebih lanjut . Pengamatan figur 247 sekali lagi, akan jadi dicatat bahwa ada suatu interval pendek/singkat antara penutup dari A-V klep dan pembukaan menyangkut klep berkenaan dengan paru-paru dan yang aortic. Selama interval bilik jantung meningkat/kan tegangan nya tetapi tidak berkurang volume nya, oleh karena itu, serabut otot yang panjangnya tetap, di mana alasan interval dikenal sebagai neriod singkatan isometrik.
Antara pembukaan menyangkut semilunar klep dan penutup mereka, darah mengalir dari bilik jantung itu. tekanan di bilik jantung tidak ber;ubah sampai jumlah besar tertentu meskipun demikian serabut otot dari bilik jantung ber;ubah mereka sangat panjang, oleh karena itu, otot mengontrak hampir isotonically, dan tihs periode dari contactionor periode pengeluaran isotonik.
Yang dengan seketika setelah semilunar klep menutup dan sebelum di depan A-V klep membuka, bilik jantung secara relatif kecil sebab mereka sudah mengosongkan suatu porsi yang besar dari;ttg darah mereka. lagipula, panjangnya dari ventricular otot serabut lakukan ont ber;ubah sampai A-V klep membuka, tetapi tegangan mereka melanjut untuk berkurang. Periode ini memanggil periode relaksasi isometrik sebab ventricular otot sedang bersantai isometrically.
Beberapa ahli fisiologi mempertimbangkan diastole untuk mulai ketika perhentian jantung yang mengeluarkan darah. oleh karena itu, periode antara akhir penutup dan pengeluaran dari semilunar klep memanggil periode yang protodiastolic.
Setelah A-V klep membuka, semua ventricular musculature tinggal dalam keadaan relaksasi sampai kepada titik A-V klep terpotong. alinea terlalu besar, (guyton,2001)
pertimbangan anatomi
di dalam jantung mammalian 4-chambered, SA tangkai bengkak urat terletak di simpangan dari atasan vena cava dengan hak atrium. AV tangkai bengkak urat terletak di dalam kebenaran pantat membagi-bagikan interatrial sekat ( Fig28-1). Ada 3 bundel atrial serabut yang berisi purkinje mengetik serabut dan melakukan dorongan gerakan hati dari SA tangkai pohon bengkak urat kepada AV kode internodal bidang Wenckebach yang di depan, dan pantat itu internodal bidang thorel. serabut ini memusat dan dengan serabut didalam AV tangkai pohon bengkak urat. AV tangkai pohon bengkak urat adalah berlanjut dengan bundel dari nya, yang mana menyemburkan suatu cabang bundel ditinggalkan ada di puncak menyangkut interventricular sekat dan melanjut seperti hak bundel cabang. Cabang bundel yang ditinggalkan membagi dalam suatu fascicle di depan yang lari subendocardially menurun yang manapun sisi menyangkut sekat dan berhubungan dengan purkinje sistem, serabut yang mana tersebar kepada semua bagian-bagian dari ventricular myocardium (ganong,2000)
A. Siklus Jantung
1. Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (systole) dan relaksasi (diastole) jantung sampai akhir systole dan diastole berikutnya.
a. Kontraksi janutng mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui ruang-ruang dan masuk ke arateri.
b. Walaupun sisi kiri dan kanan jantung memiliki tekanan atrium dan ventricular yang berbeda, sisi-sisi tersebut berkontraksi dan berelaksasi bersamaan serta aliran darah yang sama.
2. Peristiwa mekanik dalam siklus jantung.
a. Selama masa diastole, tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-sama rendah, tetapi tekanan atrium lebih besar dari tekanan ventrikel.
1. Atrium secara pasif terus-menerus menerima darah dari vena (vena kava superior dan inferior, vena pulmonar).
2. Darah mengalir dari atrium menuju ventrikel melalui katup A-V yang terbuka.
3. Tekanan ventricular mulai meningkat saat ventrikel mengembang untuk menerima darah yang masuk.
4. Katup semilunar aorta dan pulmonar menutup karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar daripada tekanan dalam ventrikel.
5. Sekitar 70% pengisian ventricular berlangsung sebelum systole atrial.
b. Akhir diastole ventricular. Nodus S-A melepas impuls, atrium berkontraksi dan peningkatan tekanan dalam atrium mendoroanng tambahan darah sebanyak 30 % ke dalam ventrikel.
1. Tekanan dalam atrium kiri meningkat antara 7 sampai 8 mmHg; tekanan dalam atrium kanan meningkat antara 4 sampai 6 mmHg.
2. Volume diastolic akhir adalah volume darah dalam setiap ventrikel di akhir diastole. Volume normalnya sekitar 120 ml.
c. Sistole vnetrikular. Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat dengan cepat dan mendorong katup A-V untuk segera menutup
1. Vnetrikel kemudian menjadi rongga tertutup dan volume darah tidak dapat berubah. Ini disebut periode kontraksi isovolumetrik.
2. Bunyi katup yang menutup merupakan bunyi jantung pertama.
3. Jika kontraksi ventricular berlanjut, tekanan akan meningkat dalam ventrikel kanan, mendorong katup semilunar aorta dan pulmoner untuk terbuka.
d. Ejeksi darah ventricular ke dalam arteri
1. Tidak semua darah ventricular dikeluarkan saaat kontraksi. Volume sistolik akhir darah yang tersisa pada akhir systole adalah sekitar 50 ml.
2. Isi kuncup (70 ml) adalah perbedaan antara volume diastole akhir (120 ml) dan volume systole akhir (50 ml).
e. Diastole Akhir.
1. Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta dan trunkus pulmolar, sehingga katup semilunar menutup (bunyi jantung kedua).
2. Ceruk dikrotik yang memperlihatkan adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat penutupan katup semilunar aorta.
Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik karena katup masuk dan katup keluar menutup. Jika tekanan dalam ventrikel menurun tajam 100 mmHg sampai mendekati nol, jauh di bawah tekanan atrium, katup A-V membuka dan siklus jantung dimulai kembali. (Ethel Sloane,2004)
B. Bunyi jantung
Bunyi jantung adalah suara yang dihasilkan dari denyutan jantung dan aliran darah yang melewatinya. Disebut juga denyut jantung. Untuk memeriksanya digunakan steteskop.
Bunyi jantung dibagi menjadi bunyi jantung normal dan patologis yang mengindikasian suatu penyakit. Bunyi jantung dikenali sebagai lub dan dub secara bergantian. Bunyi murmur dihasilakan oleh turbulensi aliran darah di jantung. Stenosis merupakan penyebab dari turbulensi tersebut. Insufidiensi katup menyebabkan aliran darah berbalik dan bertabrakan dengan aliran yang berlawanan arah. Pada keadaan ini, murmur akan terdengar menjadi bagian dari tiap siklus jantung.
a. Normal jantung normal
Bunyi pertama, SI, disebabkan oleh penutupan katup atrioventrikular, yaitu mitral dan trikuspidalis, pada saat awal sari kontraksi ventrikel, atau sistol. Ketika tekanan ventrikel meningkat diatas tekanan atrium, arus darah vena tiba-tiba terbalik ke atrium, katup menutup dan pencegahan regurgitasi darah dari ventrikel kembali ke atrium. Bunyi SI adalah gema dari darah yang dikaitkan dengan pentupan katup.
Bunyi kedua, S2, disebabkan penutupan katup aorta dan pulmonal pad akhir sistol ventrikularis, awal dari diastole. ketika ventrikel kiri kosong, tekanan jauh dibawah aorta, aliran darah di aorta berbalik ke ventrikel kiri dan dihalangi oleh penutupan katup aorta. Serupa juga dengan ventrikel kanan, ketika tekanan di ventrikel kanan menurun dibawah tekanan pulmonalis, katub pulmonalis menutup.
b. Bunyi jantung tidak normal
Bunyi murmur dihasilkan dari turbulensi aliran darah. Regurgitasi katup mitral kebanyakan dikenal seperti murmur. Stenosis katup aorta mengakibatkan peningkatan bunyi murmur sistolik. Bunyi murmur lainnya diasosiasiksn dengan pembukaan yang tidak normal dari ventrikel kiri dan kanan atau aliran darah balik dari aorta dan arteri pulmanalis yang menyebabkan tekanan jantung menurun.(speedytown.com)


BAB IV
METODOLOGI PERCOBAAN
A. ALAT
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah stetoskop
B. CARA KERJA
Orang coba berbaring terlentang dengan kepala sebelah pemeriksa, kemudian lakukanlah cara-cara sebagai berikut :
1. Inspeksi (periksa pandang)
Perhatikan posisi dari denyut jantung dan nyatakan titik terendah dan terluar dari pada palpasi jantung maksimum. Biasanya ini terletak pada ruang interkostal 5 mkiri sternum.
2. Palpasi ( periksa raba)
Rabalah dengan jari pada daerah apeks dan rasakanlah dorongan dari apeks selama systole-ventrikel
3. Perkusi (periksa ketuk)
Letakkanlah jari telunjuk tanga kiri pada dinding toraks dan ketuklah dengan jari tengah tangan kanan. Mul-mula jari telunjuk tanga kiri diletakkan di atas daerah paru-paru kemudian sambil mengetuk pindahkanlah jari ntersebut menuju ke daerah jantung. Perhatikan saat terjadinya perubahan dari bunyi ketukan yang terdengar dan berilah tanda pada tempat tersebut. Dengan demikian dapat dilukiskan batas-batas dari jantung.
SUARA JANTUNG PERTAMA (SI)
Letakkanlah stetoskop pada dada yaitu pada ruang interkostal V sebelah kiri sternum di atas apeks jantung. Pada tempat ini S1 terdengar sangat jelas denga intensitas yang maksimum.
SUARA JANTUNG KEDUA (S2)
Letakkan stetoskop pada ruangintercostal II sebelah kanan sternum. Disini paling jelas terdengar S2. Pada daerah pulmonary (pinggir kiri sternum bagian atas) normal dapat didengar dua komponen S2 (suara kedua yang terpisah). Komponen I disebabkan oleh penutupan katup aorta sedangkan komponen II disebabkan oleh penutupan katup pulmonalis.
Pemisahan (spiliitting) dari S2 ini menjadi lebih lebar (lebih jelas) pada waktu inspirasi. Letakkan stetoskop pada pinggir kiri sternum bagian atas dan dengarkan apakah terjadi pemisahan S2 pada waktu inspirasi dalam.
SUARA JANTUNG KETIGA (S3)
Suaranya ini umumnya terdengar pada orang muda, paling jelas pada apeks jantung. Sifatnya lemah dan terjadi kira-kira 0,08 detik sesudah S2. Suara ini disebabkan oleh osilasi pada dinding ventrikel akibat masuknya darah dari atrium denga cepat (rapid filling). Letakkan stetoskop pada apeks jantung (interkostal V kiri) dan dengarkan ada tidaknya S3 sesudah S2. Untuk memperjelas S3 tinggikanlah tungaki orang coba atau mintalah orang coba untuk melakukan kegiatan sebentar.
SUARA JANTUNG KEEMPAT (S4 )
Normal suara ini tidak terdengar denga stetoskop kecuali pada keadaan paatologis. S4 ini terjadi akibat kontraksi atrium yang meneyebabkan darah masuk kedalam ventrikel denga cepat.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan pada orang coba atas nama Ashabul diper kahfi dengan hasil :
- keadaan umum (inspeksi) : tampak sehat, kurus, skleranya normal, tidak terdapat edem.
- thoraks : bentuknya simetris, tidak terdapat penonjolan maupun bekas luka, inspirisin dan ekspirasi normal.
-palpasi, perabaan pad dareah apeks jantung dengan menggunakan telapak tangan tengah diperoleh hasil : gaya dorong jantung normal dan daerah palpasi tidak menunjukkan tanda-tanda abnormal.
-perkusu jantung menghasilkan bunyi pekak relative.
Batas atas : bunyi sonor ke pekak relative (batas atas paru-basis jantung), intercosta II
Batas bawah : bunyi pekak relative menjadi pekak (batas jantung bawah dengan hati) interkosta V.
Batas kanan : perkusi ke arah medial, linea parastenalis dekstra.
Batas kiri : perkusi dari linea midaksila kea rah media, terdengar perubahan bunyi dari sonor ke pekak relative, linea midelavikula.
- Auskultasi
Mendengarkan bunyi jantung dengan menggunakan teleskop.
SI : pada ruang ICS V ebelah kiri sternum (apeks), dapat terdengar jelas dengan intensitas maksimum.
S2 : pada ruang ICS II sebelah kanan sternum (basal) dapat terdengar dengan jelas. Terdapat dua komponen S2 yang dapat terdengar jelas, yang pertama yaitu karena disebabkan penutupan katup pulmonalis. Suara ini dapat terdengar jelas pada saat orang coba melakukan inspirasi dalam.
S3 : tidak terdengar.
S4 : tidak terdengar.
B. Pembahasan
Pemeriksaan fisis jantung dapat dilakukan dengan 4 cara. Cara tersebut yaitu dengan melakukan inspeksi (pemeriksaan dengan melihat), palpasi(pemeriksaan bunyi jantung), perkusi(pemeriksaan dengan cara mengetuk), dan auskultasi(pemeriksaan dengan mendengar bunyi jantung). Pemeriksaan dengan keempat car ini dilakukan untuk mengetahui letak apeks jantung, batas-batas jantung, dan bunyi yang di hasilkan jantung pada saat beraktivitas pada satu siklus jantung.
Inspeksi yang dilakukan pada orang coba untuk melihat keadaan keseluruhan daerah jantung jika dilihat dari luar seperti pucat, atau tidaknya orang coba, pergerakan dada simetris atau tidaknya orang coba, pergerakan dada simetris atau tidak, dan memperhatikan posisi dari denyut apeks jantung, memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada tonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan congenital. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, tidak terlihat kelainan dari pemeriksaan inspeksi ini. Garis anatomis pada permukaan badan yang penting dalam melakukan pemeriksaan dada adalah: garis tengah sterna, garis tengah klavikula, garis anterior aksilar, dan garis parasternal kiri dan kanan.
Palpasi dilakukan dengan meraba daerah permukaan kullit daerah jantung untuk merasakan denyut jantung pada daerah jantung dan merasakan gaya dorong dari apeks tersebut. Selain itu, palpasi dilakukan untuk mengetahui adanya hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi karena kelainan congenital. Biasanya, jika terdapat dinding dada yang tebal atau emfiisemiapulmona impuls jantung hanya dapat teraba jika pasien duduk tegap atau membungkuk kedepan. Akan tetapi pada orang yang mengalami obesitas terkadang sulit untuk melihat dan meraba ituscordiks. Pada insufisiensi aorta dan mitral jika ventrikel harus bekerja melawan resistensi yang rendah impuls apeks tersebut juga kuat, tetapi mempunyai amplitude yang lebih besar dan lebih mendadak serta lebih hidup. Dalam percobaan ini, denyut jantung daerah apeks dari orang coba dapat dirasakan dan tidak terdapat kelainan seperti hipertropi atau kelainan denyut jantung.
Setelah pemeriksaan inspeksi dan palpasi kemudian dilakukan pemeriksaan dengan perkusi yang bertujuan untuk mengetahui letak dan batas-batas jantung dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan. Pada keadaan normal jantung mempunyai bunyi pekak relative karena selain jantung merupakan padatan jantung juga mempunyai rongga dan cairan. Sebelum melakukan perkusi, pemeriksa terlebih dahulu menetapkan IC2 dan IC5.
Setelah 3 pemeriksaan diatas, orang coba kemudian diperiksa dengan auskultasi atau mendengar bunyi jantung dengan menggunakan steteskop. Dengan auskultasi, keadaan fisiologis jantung dapat diketahui utamanya pada bunyi yang dihasilkan. Terdapat 4 bunyi jantung dan yang dapat di dengar melalui stetoskop adalah bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2. Bunyi jantung 3 terdengar lemah atau bahkan tidak terdengar dan secara fisiologis dapat terdengar jelas setelah melakukan aktivitas berat seperti olahraga. Bunyi jatung 4 hanya terdengar pada keadaan patologis.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik pada praktikum ini adalah :
Pemeriksaan jantung di lakukan dengan 4 cara yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Batas-batas jantung : sebelah superior ibterkosta II dekstra, sebelah interior interkosta V sinistra, sebelah dekstra linea parasternalis, dan sinistra linea midea clavicularis.
Dari bunyi jantung SI,S2,S3,dan S4 hanya S1 dan S2 yang terdengar jelas sedangkan S3 terdengar lemah. S4 terdengar bila terjadi keadaan patologis. Bunyi Jantung adalah suara yang dihasilakan dari denyutan jantung dan aliran darah yang melewatinya, disebut juga denyut jantung. Untuk memeriksanya digunakan stetoskop.
B. Saran
1. Sebaiknya praktikumnya dilaksanakan tepat pada waktunya sesuai jadwal yang telah ditentukan
2. Sebaiknya alat-alat pendukung praktikum dilengkapi untuk kelancaran praktikum fisiologi
3. Materi-materi yang dijelaskan dalam praktikum sebaiknya dijelaskan lebih rinci sehingga dalam penyusunan laporan tidak mengalami hambatan





DAFTAR PUSTAKA
W.F. Ganong.2000.review of medical physiology.Lithographed in USA,
California
Guyton.2001.text book of medical phsyiologi.Saunders, Newyork
Sloane Ethel.2001.anatomi dan fisiologi untuk pemula.penerbit buku
Kedokteran EGC,Jakarta
(http://speedytown.com)
(http://en.wikipedia.org)
(file://H:Other/New %20Folder/s3.htm)










LAMPIRAN